Maafkan Aku Suamiku, Aku Hanya Wanita Biasa...
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex terbaru, Menjadi istri yang setia
merupakan cita-cita kebanyakan wanita, termasuk diriku. Sinta namaku, umurku 37
tahun. Aku sudah menikah selama 15 tahun dan sudah dikarunia 2 orang anak
laki-laki yang berumur 13 dan 10 tahun. Mas Andri adalah suamiku, umurnya lebih
tua 5 tahun dari aku. Dia berkerja di sebuah instansi pemerintahan dan memiliki
kedudukan yang cukup bagus sehingga kehidupan ekonomi keluargaku lebih dari
cukup.
Kimcilatos.blogspot.com, Awalnya kehidupan ranjang
kami baik-baik saja. Mas Andri selalu bisa memuaskanku, begitu juga dengan aku
yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk suamiku.
Namun perlahan-lahan Mas
Andri berubah. Sikapnya sekarang seperti malas kalau berhubungan denganku. Dulu
sebelum melakukan intim biasanya Mas Andri suka merauku dengan hal-hal yang
romantis tapi sekarang langsung masukin aja bahkan tanpa pemanasan. Tak jarang
juga hubungan intim aku dengan Mas Andri tidak lebih dari 5 menit. Hampir dua
tahun terakhir aku tidak perna mencapa orgasme kalau ditidurin Mas Andri.
Kadang aku suka bertanya-tanya,
apakah Mas Andri punya wanita lain selain aku sehingga sudah tidak bergairah
lagi dengan aku? Atau apakah aku ini sudah tidak cantik lagi di mata Mas Andri?
Padahal menurut ibu-ibu komplek aku termasuk ibu yang ‘segar’ karena rajin
merawat tubuhku. Kadang sehabis mandi aku suka berkaca sendiri sambil
telanjang. Kuperhatikan bagian tubuhku satu persatu. Memang wajahku sekarang
mulai ada kerutan-kerutan namun aku rasa dengan rambut panjang lurus dan
hidungku yang mancung aku masih cantik. Tubuhku memang sudah tidak langsing
lagi seperti muda dulu tapi aku rasa tubuhku masih kencang dan menarik tidak
seperti ibu-ibu komplek teman arisanku yang sudah banyak lemak yang
bergelambir. Payudaraku walau sedikit bergelantung tapi aku rasa masih seksi
dengan ukuran sebesar 38B. Apalagi pantatku yang besar montok, aku rasa juga
anak muda sekalipun ga banyak yang pantatnya semontok aku. Memang kehidupan
ranjangku akhir-akhir ini menyiksaku, namun sebisa mungkin aku menjaga
kesetiaanku terhadap Mas Andri sama halnya seperti aku menjaga keperawananku
dulu.
kimcilatos, Awalnya aku menerima saja
keadaan ini, namun saat aku berkenalan dengan dunia maya. Memang baru sebulan
ini kami berlanggan internet di rumah kami, itu juga karena anak kami yang
paling besar merengek-renget memintanya. Awalnya aku tidak pernah tertarik
dengan namanya internet namun karena kejadian itu semuanya berubah.
Waktu itu suatu malam
ketika aku habis berhubungan intim dengan Mas Andri yang seperti biasanya aku
tidak mencapai orgasme. Saat itu aku tidak bisa tidur, Mas Andri dan anak-anak
sudah pada tidur semua makanya aku iseng menyalakan computer dan membuka
internet. Awalnya aku hanya membuka situs tentang pakaian-pakaian wanita, lalu
aku membuka tentang alat-alat kebugaran. Waktu membuka situs tentang alat
kebugaran di bagian bawah situs tersebut terdapat iklan tentang ‘sex toys’. Aku
pun penasaran dan lalu kuklik link tadi. Awalnya aku terkejut saat kubuka situs
itu langsung muncul barang-barang yang bentuknya seperti penis. “mungkinkah
alat-alat ini yang dipakai untuk masturbasi?” tanyaku dalam hati. Aku memang
tau apa itu masturbasi tapi aku belum pernah mencoba karena aku tidak tahu
bagai mana caranya.
Lalu rasa penasaranku
semakin besar, kuketikan kata “cara masturbasi” di google. Lalu muncullah situs-situs
yang menjelaskan tentang masturbasi. Kubuka halaman tadi dan kubaca dengan
seksama sambil membayangkan mainan berbentuk penis tadi masuk ke memekku. Tanpa
kusadari tangan kanan ku sudah masuk ke dalam daster tidurku dan mengelus-elus
celana dalam ku. Kurasakan rembesan basah mulai terasa di celana dalamku. Aku
pun semakin menikmati dan kumasukan jari ke ke dalam celana dalam dan aku mulai
memainkan klitorisku. Semakin cepat dan cepat aku memainkan klitorisku dan
khayalanku terbang membayangkan tentang penis, tapi ntah penis siapa, yang
pasti penis yang besar yang menghujam-hujam memek ku. Aku pun mencapai orgsme,
orgasme yang selama ini terpendam dan tertahan. Terasa nikmat sekali
sampai-sampai celana dalamku basah sekali terkena cairan memekku. Setelah
selesai orgasme aku pun bisa tertidur pulas.
Pagi hari aku bangun
dengan perasaan yang berbeda. Hasratku yang terpendam telah tersalurkan meski
denga masturbasi. Kini pun aku telah siap memulai hari baru dengan ceria.
Seperti biasa setelah
suamiku pergi kerja dan anak-anak berangkat sekolah tinggallah aku sendiri.
Pekerjaan rumah telah menantiku, namun aku dahulukan ke warung Bu Tuti karena
kalau terlalu siang suka kehabisan sayuran untuk ku masak. Setelah berdandan
alakadarnya aku pun pergi ke warung Bu Tuti. Aku masih mengenakan daster yang
tadi malam dan aku juga belum mandi karena biasanya setelah beres semua kerjaan
aku baru mandi.
Aku belanja sayuran untuk
kumasak di hari itu. Namun entah kenapa hari itu aku membeli timun padahal aku
sendiri tidak tahu mau diapakan timunnya. Mungkin gara-gara saat kupegang timun
tadi aku langsung kepikiran yang tadi malam.
Sesampainya di rumah aku
langsung membongkar kantung plastic belanjaan tadi. Timun lah yang aku cari,
aku pegang-pegang sambil kunyalakan computer. Aku langsung membuka situs yang
tadi malam, namun aku rasakan aku inginkan sesuatu yang lebih. Aku pun mulai
mencari-cari dan sampailah pada sebuah situs yang menyajikan pornografi dalam
bentuk video.
Untuk beberapa saat aku
memperhatikan video tadi. Adegan yang diperankan oleh orang-orang bule yang
cantik mulus dan laki-laki dengan kontol yang gede, yang gedenya hampir sama
dengan timun yang kupegang. Adegan itu dimulai dengan salaing ciuman dengan
permainan lidah. Jantungku mulai berdetak tak beraturan, terasa panas mengalir.
Aku pun mulai merasakan rangsangan birahi yang menggebu.
Adegan dilanjutkan dengan
hisapan kontol sang lelaki oleh sang wanita. Adegan yang baru bagiku karena
selama ini aku belum pernah mencobanya dan Mas Andri pun belum pernah
memintanya. Tanpa disadari aku pun mulai mulai menjilat-jilat timun yang
kugenggam tadi dan tangan kiriku meraba-raba memekku yang sudah basah.
Adegan pun berlanjut,
begitu juga dengan timunku. Timunku perlahan-lahan sampai ke memek ku, dengan
perlahan-lahan aku masukan. Rasa yang sangat aku rindukan. Otot-otot dinding
memekku terasa terpenuhi dengan timun yang berukuran cukup lumayan besar.
Sungguh aku merindukan kontol yang besar dan tahan lama. Dan tak lama berselang
aku pun mencapai orgasme yang hebat.
Sudah sebulan lebih aku
memuaskan hasratku dengan masturbasi di depan computer. Hampir setiap pagi
ketika suami dan anak-anak sudah berangkat aku pasti melakukannya. Mulai dengan
melihat adegan bokep barat, india, Indonesia, negro sampai dengan membaca cerita-cerita
panas. Mulai dari dengan jari tangan, timun atau pun terong aku memuaskan
birahiku. Namun tetap saja aku merindukan kontol asli yang bisa memuaskanku.
Bukan seperti kontol Mas Andri yang kencil dan kendur meskipun sudah ereksi,
yang hanya bertahan 3 menit. Tapi kontol laki-laki sejati yang bisa memuaskan
hasrat birahiku.
Aku menjadi wanita yang
terobsesi dengan kontol. Setiap laki-laki yang jumpai aku selalu membayangkan
kontolnya sebesar apa. Aku selalu berimajinasi kalau kontol-kontol mereka itu
menghujam memekku degan perkasanya seperti adegan-adegan bokep di internet yang
selalu kutonton saat masturbasi. Namun itu hanya dalam hayalanku. Aku tidak ada
keberanian untuk merasakan kontol selain kontol suamiku. Atau juga memang tidak
ada kesempatan.
Hingga suatu hari kakak
permepuanku menitipkan anaknya Rendi di rumahku. Rendi baru saja lulus kuliah,
umurnya 22 tahun. Dia mau mengikuti wawancara kerja di kota ku. Wawancara kerja
itu dilakukan beberapa tahap sehingga tidak selesai dalam satu hari makanya
kakakku menyuruhnya untuk tinggal di rumahku dan kalau sudah pasti diterima
baru mencari tempat kost.
Hari itu seperti hari
senin yang biasa. Jam 7 pagi seperti biasanya anak dan suamiku sudah berangkat
dari rumah. Aku pun mulai menyalakan computer untuk ritual masturbasi yang
sudah menjadi rutinitas akhir-akhir ini. Namun ketika aku mau membuka internet
aku teringat sepupuku Rendi yang baru datang subuh tadi dengan kereta malam.
Aku pun hendak mengurungkan niatku untuk masturbasi takut nanti ketahuan Rendi.
Namun birahiku nampaknya
sedang bergelora pagi ini. Aku nekat untuk tetap melakukan masturbasi. Aku
berpikiran kalau Rendi akan tertidur pulas karena kelelahan setelah perjalanan
panjang. Aku pun segera naik ke lantai 2, kamar tamu yang kami siapkan untuk
Rendi. Aku hendak mengecek dia, apakah masih tertidur atau sudah terbangun.
Kalau masih tertidur maka
bebaslah aku bermasturbasi.
Aku dapati pintu kamar
ruang tamu itu sedikit terbuka, kunci kamar itu memang sudah lama rusak
sehingga pintunya tidak dapat tertutup rapat. Dari celah pintu itu aku lihat
Rendi masih tidur terlentang. Aku pun lalu melangkah untuk kembali ke ruang
tamu yang terdapat computer. Namun baru 2 langkah aku kembali ke pintu tadi.
Aku memperhatikan pemandangan yang tadi sempat terlewat. Aku memperhatikan
tonjoalan di celana boxer yang Rendi kenakan saat tidur terlentang. Sungguh
besar tojolan kontol di celana boxer Rendi itu.
Khayalan nakalku pun
mulai melayang seiring tingginya birahiku pagi itu. Aku membayangkan seberapa
besar kontol yang ada di dalam celana Rendi tersebut. Ah tidak, dia kan
keponakaku. Aku mencoba berpikiran rasional. Aku mencoba menepikan khayalan
nakal di otak ku. Namun semua itu sia-sia, tanpa sadar tangan kananku sudah
masuk ke dalam dasterku. Tanganku sudah mengelus-elus memek yang masih
terbungkus celana dalam.
Ah, persertan dengan
keponakan. Nafsu birahi telah menguasaiku. Aku pun mulai membuka celana dalam
merah yang aku kenakan. Tanganku kian gencar memainkan memek ku yang sudah
basah. Aku membayangkan besarnya kontol Rendi yang masih tertidur. Belum ereksi
aja sudah menonjol besar seperti itu apalagi kalau sudah nagaceng. Ah.. pasti
nikmat rasanya jika kontol Rendi yang sertinya besar itu menghujam di memek ku.
Dengan posisi duduk di kursi di depan pintu aku terus mengocok memek ku dengan
jari-jari ku dan tak lama berselang aku pun mencapai orgasme yang sungguh
nikmat.
Setelah selesai ritual
masturbasi yang tidak sesuai rencana itu aku melanjutkan pekerjaan rumah yang
telah menjadi rutinitasku. Sepanjang melakukan pekerjaanku itu pikiranku terus
terbayang kontol Rendi yang baru aku lihat sebatas tonjolan. Aku terus
memperkirakan seberapa besarnya, seberapa panjangnya, kencangnya seperti apa,
tahan seberapa lama. Ah, semakin lama semakin penasaran aku akan kontolnya
Rendi. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Rendi yang terakhir kali bertemu
masih bocah ingusan sekarang telah membangkitkan birahiku.
Setelah selesai dengan
pekerjaanku aku langsung mandi. Aku dapati juga Rendi telah selesai mandi dan
sedang bersiap-siap untuk wawancara kerjanya pukul 10 nanti. Entah mengapa pagi
itu aku ingin terlihat cantik di mata Rendi. Aku pun berdandan, padahal
biasanya aku ga pernah pakai kosmetik jika tidak mau berpergian. Aku
menggunakan celana legging agar pantatku bisa terlihat menonjol dan terilihat
cetakan celana dalamnya. Lalu aku mengenakan baju kaos yang ketat dan bra yang
kekecilan yang sudah lama tak ku kenakan agar toketnya terlihat menyembul dan
terlihat belahannya. Entah kenapa aku seperti anak ABG yang ingin mencari
perhatian laki-laki.
Setelah selesai berdandan
aku pun keluar kamar. Jam dinding menunjukan pukul 9 kurang 5 menit. Kudapati
Rendi sedang berbenah dengan tasnya, mungkin sedang memeriksa bawaan untuk
persiapan wawancarnya.
“Udah siap Ren?” Tanyaku
memulai pembicaraan.
Aku berjalan
berlenggak-lenggok layaknya pragawati yang memaerkan bokong menghampiri Rendi.
“Eh, tante.. Doa in aja
ya biar bisa diterima.” Jawabnya.
“Ya iya lah tante doa in,
nanti kalau sudah diterima tinggalnya di sini aja ya Ren..” Entah kenapa ucapan
itu tiba-tiba terlontar dariku. Padahal dari rencana awal juga Rendi akan
ngekost kalau sudah diterima.
“Ah, ntar ngerepotin
tante.. Rendi lebih baik nge-kost aja..”
“Gapapa ko Ren, kaya ma
siapa aja..” Aku menyilangkan kakiku berharap Rendi melihat bokongku yang
tercetak di celana legging. “Oh ya, emang wawancara kerjanya sampai kapan
Ren..?” lanjutku lagi.
“Sampai hari kamis tante,
tapi Rendi baru pulangnya hari sabtu, hari jumat nya Rendi mau jalan-jalan
dulu.. boleh kan tante?” Jawabnya seperti biasa tak ada reaksi yang berlebih
dari Rendi setelah kupamerkan bokongku.
“Ah gapapa ko’ Ren, lebih
lama lagi juga gapapa ko”
Ingin rasanya aku
bertelanjang ria di depan Rendi dan mendekapnya. Ah.. tapi aku masih belum
cukup gila. Tak lama kemudian Rendi pun berangkat untuk wawancara kerjanya.
Seharian itu pikiranku terus menjurus ke kontol Rendi yang menjadikan rasa
penasaranku cukup tinggi.
Esok harinya rutinitas
yang biasa pun berlalu, jam 7 pagi suami dan anak-anak ku sudah pada berangkat.
Kali ini Rendi sudah bangun dari pagi otomatis acara masturbasi ku pun
terhambat. Selama ini aku masturbasi selalu dengan rangsangan melihat bokep di
internet yang komputernya ada di ruang tamy. Aku tidak terbiasa masturbasi
dengan imajinasiku tanpa rangsangan secara visual. Dan rasanya tidak mungkin
juga masturbasi dengan mengintip Rendi seperti kemarin, Rendi sekarang sudah
terbangun, kalau ketahuan bisa berabe.
Ah, tapi bisa aja kan
minta langsung Rendi untuk memperlihatkan kontolnya. Pikiran gila terbesit di
otakku. Ah, gila kali nanti kalau Rendi lapor ke kakak ku, trus nanti suami ku
bisa tahu juga. Tapi kalau Rendi nya ikut terangsang dia pasti tidak akan
ngelaporin terus aku juga bukan hanya bisa melihat kontol Rendi tapi bisa juga
ngerasain memek ku di hujamnya dengan kontolnya yang gede. Aaaahhh.. pasti
nikmat pikirku. Tapi apa aku bisa membuat Rendi terangsang. Ayo Sinta, kamu
pasti bisa ! Aku benar-benar sudah kehilangan kewarasan. Nafsu sex menguasai
diriku dan aku pun benar-benar melaksanakan rencana gilaku itu.
Tidak seperti biasanya
pagi itu aku mandi lebih awal, pekerjaan rumah yang biasa kukerjakan aku
abaikan dahulu. Setelah mandi aku pun berdandan agar terlihat cantik. Setalah
kupilah-pilih aku pu memutuskan daster tipis warna pink untuk kukenakan. Aku
putuskan tidak menggunakan bra dan celana dalam agar Rendi bisa melihat cetakan
putingku dan akan kupertontonkan memek serta bokong ku secara langsung.
Pokoknya Rendi harus terangsang melihatku.
Setelah selesai berdandan
aku pun langsung mencari sosok keponakanku itu, dan kutemui dia di ruang tamu
sedang membaca koran.
“Pagi Ren… mau pergi jam
berapa hari ini?”
“Biasa tante jam 9…
memang ada apa tante?” Kali ini Rendi mulai mengamati tubuhku.
“Ah gapapa ko’.. Bisa
minta tolong ga angkatin jemuran ke atas..”
“Iya tante bisa, mana
jemurannya?”
Setelah menunjukan
jemurannya Rendi pun mengangkatkannya. Aku sengaja jalan terlebih dahulu dengan
harapan saat di tangga Rendi bisa melihat bokongku yang tidak terbungkus celana
dalam secara langsung. Dan memang seperti yang aku perkirakan, saat di tangga
Rendi melihat bokongku meski dengan curi-curi. ketika sudah sampai atas kulihat
besarnya tonjolan di celana Rendi yang menandakan sudah ereksi.
“Loh, sudah bangun lagi
Ren?” tanyaku ketika sampai di atas.
“Maksud tante? “ Rendi
nampak bingung.
“Itu dede yang di celana
nya?” Mata ku tertuju ke tonjolan di celana Rendi.
“Eh, ah.. eh..” Rendi
tampak salah tingkah dan tak dapat menjawab.
“Rendi terangsang ya
lihat tante?” tanyaku lagi.
Rendi tampak masih salah
tingkah dan tidak menjawab pertanyaanku.
“Boleh ga tante lihat
dedenya Rendi?” Aku pun mulai membuka gesper dan kancing celana Rendi.
“Ja.. ja.. jangan
tante..” kata Rendi.
Namun tak kulihat
penolakan Rendi terhadap apa yang aku lakukan. Aku pun terus membuka celana
Rendi. Kudapati kontol yang besar yang sudah ereksi kencang. Besarnya hampir
sama dengan dengan kontol-kontol bule yang aku lihat di film bokep, namun punya
Rendi lebih pendek sedikit.
Aku pun langsung melahap
kontol Rendi yang besar ke dalam mulutku. Mulutku penuh sesak dengan kontol
Rendi dan rasanya mulutku tidak bisa menampung panjangnya kontol Rendi. Rendi
terlihat menikmati permainan mulutku di kontolnya, begitu juga aku. Birahiku langsung
menggebu-gebu, kontol yang selama ini kudambakan dan kuhayalkan sekarang bisa
kurasakan di mulutku dan aku pun tak sabar untuk menerima sodokan kontol Rendi
yang besar ini.
Aku pun menudahi
permainan mulutku, kini aku tarik Rendi ke kamar tamu yang tepat di sebelahku.
“Jangan ah tante, nanti
Om Andri tahu..”
“Ayo lah, kalau Rendi ga
bilang pasti ga akan tahu..” Jawabku sambil menarik tangan Rendi ke kamar.
Rendi pun menuruti ajakan
ku. Ku dudukan Rendi di ranjang dan aku pun langsung membuka dasterku yang
membuatku menjadi telanjang bulat. Rendi nampak terbelalak melihat tubuh
bugilku terpampang di depannya. Lalu aku lucuti satu per satu pakaian Rendi
hingga sama telanjangnya denganku. Dadanya yang berbidang membuatku tak tahan.
Berbeda sekali dengan perut Mas Andri yang buncit dan dadanya yang kendur.
Aku langsung naik ke atas
Rendi. Kuciumi mulut Rendi dengan penuh nafsu. Kugesek-gesekan kontolnya yang
tegang ke bibir memek ku yang sudah membasah. Dan.. clepp.. terasa sensasi luar
biasa waktu pertama kontol Rendi masuk ke memek ku. Terasa terganjal nikmat
memeku. Lalu aku pun mulai bergoyang, berbeda sekali dengan waktu dengan Mas
Andri. Biasanya aku harus bersusah payah menggoyang agar kontol Mas Andri
mengenai titik sensitifku, namun dengan kontol Rendi yang besar hanya dengan
sedikit goyang titik sensitifku sudah terasa nikmat. Dan hanya dengan sekitar
tiga menit aku pun mencapai oragasme yang luar biasa.
“Aaahhh……. Kamu di atas
ya sayang…” aku minta untuk bertukar posisi, dan tak lama kemudian Rendi sudah
menindihku dengan kontol yang tertancap di memek ku.
“Tante haus Ren, puasin
tante.. puasin tante sayang…”
Mulutku mulai meracau tak
karuan. Aku terbawa melayang birahiku yang mengebu dengan diiringi kocokan
kontol Rendi yang perkasa. Aku berada di puncak kenikmatan birahi yang selama
ini tak bisa aku dapatkan dari suamiku Mas Andri. Tubuhku terasa panas,
keringat bercucuran dari tubuhku.
Tak aku bayangkan dia
keponakan dari kakak kandungku sendiri yang masih punya pertalian darah. Aku
hanya mengaggap dia lelaki perkasa yang bisa menyirami birahiku yang dahaga.
“Terus sayang… terus…
aaaahhhhh…”
Aku pun mencapai orgasme
yang kedua. Orgasme yang yang beruntun dengan posisi Rendi yang masih sama.
Baru kali ini aku merasakan multi orgasme, oragasme yang begitu dasyat yang
menjadikan tubuhku berkejang habat. Sungguh perkasa sekali keponakan ku ini.
Sudah hampir satu jam
memek ku dihujam kontol Rendi yang perkasa. Sudah 6 atau 7 kali aku mencapai
orgasme, ah untuk apa aku menghitung. Aku hanya menikmati…
Nampaknya sekarang juga
Rendi mau keluar, kocokannya terasa semakin cepat tidak beraturan. Kontolnya
kurasa lebih menegang di memek ku. Beberapa saat kemudian terasa cairan hangat
menyemprot di memek ku. Dan aku pun mencapai orgasme untuk entah yang keberapa
kali. Kurasakan banyak sekali cairan sperma yang keluar dari kontolnya Rendi
sampai meluap keluar dari memek ku. Lalu setelah kontolnya dicabut dari memek
ku aku pun langsung menjilati kontol Rendi, membersihkan cairan sperma yang
menempel di kontolnya sampai bersih. Aku menjilati sampai kontol Rendi laya tak
tegang lagi. Bahkan walaupun sudah loyo kalau aku perhatikan masih lebih besar
dibandingkan dengan kontol Mas Andri yang ngaceng. Sungguh perkasa keponakanku
ini.
Setelah satu jam lebih
kami bergulat Rendi pun pergi untuk wawancara kerjanya. Hari itu aku rasa lemas
sekali dan aku pun mengerjakan pekerjaan rumahku dengan malas. Aku sangat
menikmati dan puas dengan pelayanan Rendi. Nampaknya Rendi pun demikian. Terbukti
dengan terus diulanginya setiap pagi sebelum Rendi berangkat wawancara kerja.
Akhirnya Rendi pun
diterima kerja. Aku sudah menawarinya untuk tinggal bersama, aku masih ingin
dipuaskan oleh sepupuku Rendi namun ia menolaknya dengan alasan tak enak saat bertemu
Om Andri. Rendi pun mengekost tak jauh dari rumah kami dan kami pun masih suka
mencuri-curi waktu untuk saling memuaskan birahi.
Di satu sisi aku merasa
berdosa terhadap Mas Andri, aku merasa hina dengan menggadaikan kesetiaanku
sebagai seorang istri. Tapi si sisi lain aku hanya seorang wanita biasa yang
ingin terpenuhi kebutuhan bathinku. Kimcilatos.blogspot.com, certa sex 2015, cersex, cerita dewasa,
Tamat
http://kimcilatos.blogspot.co.id/2015/06/cerita-sex-maafkan-aku-suamiku-aku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar