Cerita Sex Rahasia Tante-Tanteku
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Namaku Anto, aku tinggal bersama pamanku di
Jakarta. Dia adalah salah satu
contoh orang sukses. Mempunyai 6 orang istri yang cantik-cantik. Istri
pertamanya bernama adalah Tante Endang usia 45 tahun, kedua Tante Rani
usia 42
tahun, ketiga Tante Yani usia 39 tahun, keempat Tante Rina usia 37
tahun,
kelima Tante Ratna usia 35 tahun, dan terakhir Tante Rini 33 tahun.
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Pada suatu hari ketika akau ke villa, aku
menemukan album foto di kamar
Tante Yani, yang ternyata berisi foto bugil Tante-Tanteku. Kubolak balik
foto-foto tersebut yang menampakkan tubuh-tubuh telanjang Tante-Tanteku,
walaupun ada yang ssudah berumur diatas 40 tahun seperti Tante Endang
dan Tante
Rani tapi tubuh mereka tidak kalah dengan keempat istri muda yang lain.
Membuat
aku terangsang dan ingin merasakan hangatnya tubuh mereka. Hingga ada
ide gila
untuk memperalat mereka melalui foto-foto tersebut. Mulai kususun
rencana siapa
yang pertama aku kerjain, lalu kupilih Tante Tante Endang (45 tahun) dan
Tante
Rina (37 tahun).
Aku telepon rumah Tante Endang dan Tante Rina. Aku minta mereka untuk
menemuiku di villa keluarga. Aku sendiri lalu bersiap untuk pergi ke sana.
Sampai disana kuminta penjaga villa untuk pulang kampung. Tak lama kemudian
Tante Endang dan Tante Rina sampai. Kuminta mereka masuk ke ruang tamu.
"Ada apa sih Anto?" tanya Tante Endang yang mengenakan kaos
lengan panjang dengan celana jeans.
"Duduk dulu Tante," jawabku.
"Iya ada apa sih?" tanya Tante Rina yang mengenakan Kemeja you
can see dengan rok panjang.
"Saya mau tanya sama Tante berdua, ini milik siapa?", kataku
sambil mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya berisi setumpuk foto.
Tante Endang lalu melihat foto apa yang ditunjukkan olehnya.
"Darimana kamu dapatkan foto-foto ini?" tanya Tante Endang panik
mendapatkan foto-foto telanjang dirinya.
"Anto.. apa-apaan ini, darimana barang ini?" tanya Tante Rina
dengan tegang.
"Hhhmm.. begini Tante Endang, waktu itu saya kebetulan lagi
bersih-bersih, pas kebetulan dikamar Tante Yani saya lihat kok ada foto-foto
telanjang tubuh Tante-Tante yang aduhai itu," jawabku sambil tersenyum.
"Baik.. kalau gitu serahkan klisenya?" Kata Tante Rina.
"Baik tapi ada syaratnya lho," jawabku.
"Katakan apa syaratnya dan kita selesaikan ini baik-baik," kata
Tante Endang dengan ketus.
"Iya Anto, tolong katakan apa yang kamu minta, asal kamu kembalikan
klisenya," tambah Tante Rina memohon.
"Ooo.. nggak, nggak, saya nggak minta apa-apa, Cuma saya ingin melihat
langsung Tante telanjang," kataku.
"Jangan kurang ajar kamu!" kata Tante Endang dan Tante Rina
dengan marah dan menundingnya. "Wah.. wah.. jangan galak gitu dong Tante,
saya kan nggak sengaja, justru Tante-Tante sendiri yang ceroboh kan,"
jawabku sambil menggeser dudukku lebih dekat lagi.
"Bagaimana Tante?"
"Hei.. jangan kurang ajar, keterlaluan!!" bentak Tante Rina
sambil menepis tanganku.
"Bangsat.. berani sekali, kamu kira siapa kami hah.. dasar orang
kampung!!" Tante Endang menghardik dengan marah dan melemparkan setumpuk
foto itu ke wajahku.
"Hehehe.. ayolah Tante, coba bayangkan, gimana kalo foto-foto itu
diterima paman di kantor, wah bisa- bisa Tante semua jadi terkenal deh!!"
kataku lagi.
Kulihat kananku Tante Endang tertegun diam, kurasa dia merasakan hal yang
kuucapkan tadi. Kenapa harus kami yang tanggung jawab,
"Tante-Tantemu yang lain kok tidak?" tanya Tante Endang lemas.
"Oh, nanti juga mereka akan dapat giliran," jawabku.
"Bagaimana Tante? Apa ssudah berubah pikiran?"
"Baiklah, tapi kamu hanya melihat saja kan?" tanya Tante Rina.
"Iya, dan kalau boleh sekalian memegangnya?" jawabku.
"Kamu jangan macam-macam Anto, hardik Tante Endang."
"Biarlah Mbakyu, daripada ketahuan," jawab Tante Rina sambil
berdiri dan mulai melepas pakaiannya, diikuti Tante Endang sambil merengut
marah.
Hingga tampak kedua Tanteku itu telanjang bulat dihadapanku. Tante Endang
walau ssudah berusia 45 tahun tapi tubuhnya masih montok, dengan kulit kuning
langsat dan sedikit gemuk dengan kedua payudaranya yang besar menggantung
bergoyang-goyang dengan puting susunya juga besar. Turun kebawah tampak
pinggulnya yang lebar serta bulu hitam di selangkangan amat lebat. Tidak kalah
dengan tubuh Tante Rina yang berusia 37 tahun dengan tubuh langsing berwarna
kuning langsat, serta payudaranya yang tidak begitu besar tapi nampak kenyal
dengan puting yang sedkit naik keatas. Pinggulnya juga kecil serta bulu
kemaluannya di selangkangan baru dipotong pendek.
"Ssudah Anto?" tanya Tante Endang sambil mulai memakai bajunya
kembali.
"Eh, belum Tante, kan tadi boleh pegang sekalian, lagian saya belum
lihat vagina Tante berdua dengan jelas," jawabku.
"Kurang ajar kamu," kata Tante Rina setengah berteriak.
"Ya sudah kalo nggak boleh kukirim foto Tante berdua nih?"
jawabku.
"Baiklah," balas Tante Endang ketus,
"Apalagi yang mesti kami lakukan?"
"Coba Tante berdua duduk di sofa ini," kataku.
"Dan buka lebar-lebar paha Tante berdua," kataku ketika mereka
mulai duduk.
"Begini Anto, Cepat ya," balas Tante Rina sambil membuka lebar
kedua pahanya.
Hingga tampak vaginanya yang berwarna kemerahan.
"Tante Endang juga dong, rambutnya lebat sih, nggak kelihatan
nih," kataku sambil jongkok diantara mereka berdua.
"Beginikan," jawab Tante Endang yang juga mulai membuka lebar
kedua pahanya dan tangannya menyibakkan rambut kemaluannya kesamping hingga
tampak vaginanya yang kecoklatan.
"Anto pegang sebentar ya?" kataku sambil tangan kananku coba
meraba selangkangan Tante Endang sementara tangan kiriku meraba selangkangan
Tante Rina. Kumainkan jari-jari kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante
Rina.
"Sudah belum, Anto.. Ess..," kata Tante Endang sedikit mendesah.
"Eeemmhh.. uuhh.. jangan Anto, tolong hentikan.. eemmhh!" desah
Tante Rina juga ketika tanganku sampai ke belahan kemaluannya.
"Sebentar lagi kok Tante, memang kenapa?" tanyaku pura-pura
sambil terus memainkan kedua tanganku di vagina Tante Endang dan Tante Rina
yang mulai membasah.
"Eh, ini apa Tante?" tanyaku pura-pura sambil mengelus-selus
klitoris mereka.
"Ohh.. Itu klitoris namanya Anto, jangan kamu pegang ya..," desis
Tante Endang menahan geli.
"Iya jangan kamu gituin klitoris Tante dong," dasah Tante Rina.
"Memang kenapa Tante, tadi katanya boleh," kataku sambil terus
memainkan klitoris mereka. "Sshh.., oohh.., geliss.., To," rintih
Tante Endang dan Tante Rina.
"Ini lubang vaginanya ya Tante?" tanyaku sambil memainkan
tanganku didepan lubang vagina mereka yang semakin basah.
"Boleh dimasukin jari nggak Tante?"
Kembali jariku membuka belahan vagina mereka dan memasukkan jariku, slep..
slep.. bunyi jariku keluar masuk di lubang vagina Tante Rina dan Tante Endang
yang makin mendesah-desah tidak karuan,
"Jangan Anto, jangan kamu masukin jari kamu.. Oohh..," rintih
Tante Rina.
"Jangan lho Anto.. sshh..," desah Tante Endang sambil tangannya
meremasi sofa.
"Kenapa? Sebentar saja kok, dimasukkin ya," kataku sambil
memasukkan jari tengahku ke vagina mereka masing-masing.
"Aaahh.., Anto..," desah Tante Endang dan Tante Rina bersama-sama
mersakan jari Anto menelusur masuk ke lubang vagina mereka.
"Ssshh.. eemmhh..!!" Tante Endang dan Tante Rina mulai meracau
tidak karuan saat jari-jariku memasuki vagina dan memainkan klitoris mereka.
"Bagaimana Tante Endang," tanyaku mulai memainkan jariku keluar
masuk di vagina mereka.
"Saya cium ya vagina Tante Endang ya?" tanyaku sambil mulai
memainkan lidahku di vaginanya. "Sebentar ya Tante Rina," kataku.
"Jangan.., sshh.. Anto.. ena.., rintih Tante Endang sambil tangannya
meremasi rambutku menahan geli.
"Gimana Tante Endang, geli tidak..," tanya Anto.
"Ssshh.. Anto.. Geli ss..," rintihnya merasakan daerah
sensitifnya terus kumainkan sambil tangannya meremasi sendiri kedua
payudaranya.
"Teruss.. Anto," desis Tante Endang tak kuat lagi menahan
nafsunya.
Sementara Tante Rina memainkan vaginanya sendiri dengan jari tanganku yang
ia gerakkan keluar masuk. Dan Tante Endang kian mendesah ketika mendekati
orgasmenya dan
"Aaahh ss.., Tante sudah nggak kuat lagi," rintih Tante Endang
merasakan lidahku keluar masuk dilubang vaginanya.
"Tante Endang keluar Anto..," desah lemas Tante Endang dengan kedua
kakinya menjepit kepalaku di selangkangannya. Tahu Tante Endang sudah keluar
aku bangkit lalu pindah ke vagina Tante Rina dan kubuka kedua pahanya
lebar-lebar. Sama seperti Tante Endang Tante Rina juga merintih tidak karuan
ketika lidahku mengocok lubang vaginanya.
"Aah ss.., Antoo,.., enak ss..," rintih Tante Rina sambil menekan
kepalaku ke selangkangannya.
Tante Rina di sofa dan kubuka lebar-lebar pahanya. Kubenamkan lidahku liang
vagina Tante Rina, ku sedot-sedot klitoris vagina Tante Rina yang ssudah basah
itu,
"Teruss.., Antoo.., Tante.., mau kelu.. Aah ss..," rintih Tante
Rina merasakan orgasme pertamanya. Anto lalu duduk diantara Tante Endang dan
Tante Rina.
"Gantian dong Tante, punyaku sudah tegang nih," menunjukkan
sarung yang aku pakai tampak menonjol dibagian kemaluanku pada Tante Endang dan
Bullik Rina. Kuminta mereka untuk menjilati kemaluanku.
"Kamu nakal Anto, ngerjain kami," kata Tante Endang sambil
tangannya membuka sarungku hingga tampak penisku yang mengacung tegang keatas.
"Iya.., awas kamu Anto.. Tante hisap punya kamu nanti..," balas
Tante Rina sambil memasukkan penisku kemulutnya.
"Ssshh.. Tante.. terus..," rintih Anto sambil menekan kepala
Tante Rina yang naik turun di penisnya. Tante Endang terus menjilati penisku
gantian dengan Tante Rina yang lidahnya dengan liar menjilati penisku, dan
sesekali memasukkannya kedalam mulunya serta menghisap kuat-kuat penisku
didalam mulutnya. Sluurrpp.. sluurpp.. sshhrrpp.. demikian bunyinya ketika dia
menghisap.
"Sudah.. Tante, Anto nggak kuat lagi..," rintih Tante Rina sambil
mengangkat kepalaku dari vaginanya.
"Tunggu dulu ya Tante Endang, biar saya dengan Tante Rina dulu,"
kataku sambil menarik kepala Tante Endang yang sedang memasukkan penisku
kemulutnya.
"Tante Tina sudah nggak tahan nih," kataku sambil membuka
lebar-lebar kedua paha Tante Rina dan berlutut diantaranya.
"Cepatss.. Anto," desah Tante Rina sambil tangannya mengarahkan
penisku ke vaginanya. "Asshhss..," rintih Tante Rina panjang
merasakan penisku meluncur mulus sampai menyentuh rahimnya. Tante Rina
mengerang setiap kali aku menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan
demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati
"perkosaan" ini, aku tidak peduli lagi orang ini sesungguhnya adalah
Tanteku sendiri. Kuminta Tante Rina untuk menjilati vagina Tante Endang yang
jongkok diatas mulutnya.
"Ushhss.. Geli dik," desis Tante Endang setiap kali lidah Tante
Rina memasuki vaginanya. Sementara aku sambil menyetubuhi Tante Rina tanganku
meremas-remas kedua payudara Tante Endang. Tiba-tiba Tante Rina mengangkat
pinggulnya sambil mengerang panjang keluar dari mulutnya. "Ahhss.. Anto
Tante keluar.. "
"Sudah keluar ya Tante Rina, sekarang gilran Bu Endang ya,"
kataku sambil menarik Tante Endang untuk naik kepangkuanku.
Tante Endang hanya pasrah saja menerima perlakuannya. Kuarahkan penisku ke
vagina Tante Endang Lalu Aaahh.. desah Tante Endang merasakan lubang vaginanya
dimasuki penisku sambil pinggulnya mulai naik turun. Kunikmati goyangan Tante
Endang sambil 'menyusu' kedua payudaranya yang tepat di depan wajahku,
payudaranya kukulum dan kugigit kecil.
"Teruss.. Tante, vagina Tante enak..," rintihku sambil terus
dalam mulutku menghisap-hisap puting susunya.
"Penis kamu juga sshh.." rintih Tante Endang sambil melakukan
gerakan pinggulnya yang memutar sehingga penisku terasa seperti dipijat-pijat.
"Sebentar Tante, coba Tante balik badan," kataku sambil meminta
Tante Endang untuk menungging.
Kusetubuhi Tante Endang dari belakang, sambil tanganku tangannya bergerilya
merambahi lekuk-lekuk tubuhnya. Harus kuakui sungguh hebat wanita seumur Tante
Endang mempunyai vagina lebih enak dari Tante Rina yang berusia lebih muda.
Sudah lebih dari setengah jam aku menggarap Tante Endang, yang makin sering
merintih tidak karuan merasakan penisku menusuk-nusuk vaginanya dan tanganku
meremasi payudaranya yang bergoyang-goyang akibat hentakan penisku di
vaginanya.
"Ssshh.. Anto, Tante mau keluar.." rintih Tante Endang.
"Sabarr.. Tante, sama-sama," kataku sambil terus memainkan
pinggulku maju-mundur.
"Aaahh ss.., Tante Endang keluar..," melenguh panjang.
"Saya belum, Tante," kataku kecewa.
"Pake susu Tante aja ya," jawab Tante Endang jongkok didepanku
sambil menjepitkan penisku yang ssudah licin mengkilap itu di antara kedua
payudaranya yag besar, lalu dikocoknya.
"Terus, Tante enak ss..," rintihku.
Melihat hal itu Tante Rina bangun sambil membuka mulutnya dan memasukkan
penisku ke mulutnya sambil dihisap-hisap. Tak lama setelah mereka memainkan
penisku, mengeluarkan maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dada
Tante Endang dan Tante Rina.
"Terima kasih ya Tante," jawabku sambil meremas payudara mereka
masing-masing.http://kimcilatos.blogspot.co.id/2015/06/cerita-sex-rahasia-tante-tanteku_2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar