Cerita Dewasa Kebuasaan Nafsu Tante Anis Dan Anaknya
Kimcilatos.blogspot.com-Cersex Cerita Sex 2015, Cerita Sex Terbaru 2015, Cerita Dewasa, Cerita
Mesum – Cerita Sex, – Hari Jumat itu aku
seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik
beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu
agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang. Langit sudah
mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan.
Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari
Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.
Kimcilatos.blogspot.com-cerita-sex-kebuasaan-nafsu-tante-anis-dan-anaknya-Cerita Sex: Kebuasaan
Nafsu Tante Anis Dan Anaknya
Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berambut ikal yang berumur sekitar
40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda lagi badannya
terlihat sangat terawat dan seksi. Payudaranya tampak agak menggantung tapi
masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih
muda. Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik…ah.. rasanya aku
kenal wanita itu… Kalau tidak salah dia Tante Anis, teman klub aerobik Tante
Nita bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu
yang lalu. Pantas saja tubuhnya sexy…. Setelah meletakkan barang-barang
bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di
seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Saat ia
berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, “Tante Anis…” Wanita itu
berhenti dan berbalik menatapku.
“Hey… Doni ya… sama siapa berenang?” tanya Tante Anis sambil mencubit
lenganku.
“Biasa tante… sendirian aja, tante sama siapa?”
“Oh, sama Dewi teman kantor tante… tapi kayaknya dia masih di kamar ganti
tuh…soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil… nah itu dia baru datang, tante
kenalin yaaa…”
Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin
umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya lurus melewati
bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela
Anderson di film serial TV “Bay Watch”. Tante Anis lalu naik ke pinggir kolam
dan bergegas menghampiri wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu
kembali masuk ke kolam renang.
“Wi.. ini kenalin… Doni, Don… ini kenalin..Dewi, teman kantor tante,”
Sambil mengulurkan tangannya Dewi tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya
manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya.
Setelah berbasa-basi sebentar Dewi berpamitan untuk berenang beberapa keliling,
lalu aku dan Tante Anis mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah
berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Anis dan Dewi kayaknya
sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak
seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.
“Doni.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Nita
lagi?”
“Lho… saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita…”
“Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya khan..?”
Tante Anis mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal. Aku tidak menjawab,
hanya tertawa ringan.
“Tante Nita suka cerita tentang kamu lho…hmm.. bikin kita-kita penasaran
deh,” Tante Anis menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku.
“Aduh… sakit tante…,” kataku pura-pura kesakitan. Dewi yang tidak tahu arah
pembicaraan kami tampak agak bingung.
Tante Anis merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di
pinggangku.
“Dewi, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan..? Doni ini dulu kos di
tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget di rumah kalau Doni
lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Doni ini,” Tante Anis
tertawa genit sambil melirikku. Dewi hanya tersenyum-senyum saja memandangku.
“Ah… ati-ati Teh Anis… mahasiswa sekarang memang nakal-nakal….!!”
Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku
merasa kegenitan Tante Anis sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai
memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Anis dengan lembut.
Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Anis... syukurlah dia diam saja
dan membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya aku dan Tante Anis yang tahu
persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami
berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di
bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Dewi kelihatannya
mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja
berenang menjauhi kami.
Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di
dekat kami, Tante Anis semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh
penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Anis
mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Anis
tersenyum nakal.
“Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya.” Aku tidak mau
ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Anis sehingga
membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh
nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan
kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Anis
sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya
dia mulai terangsang.Cerita Sex 2015
“Ssstop Doni… jangan disini… kita ke hotel aja… mau?” kata Tante Anis
setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk
setuju.
“Tapi Dewi gimana tante…. masak ditinggal?”
“Tenang aja, itu urusan tante… kamu naik dulu… tante mau bicara sama Dewi.”
Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku
kembali ke kolam renang tampak Dewi dan Tante Anis sudah duduk di kursi sambil
mengenakan handuk.
“Doni, keberatan nggak kalau Dewi ikutan acara kita?” tanya Tante Anis
sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.
“Terserah Dewi aja, Doni sih nggak keberatan tante…” kataku. “Iiih…
emangnya acara apaan sih…?” tanya Dewi, entah dia cuma pura-pura atau memang
tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh
Tante Anis yang sexy. Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Dewi ikut
bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.
Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang
di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah
Lembang dengan mobil Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang
dan Tante Anis lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan.
Setelah selesai makan Tante Anis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan
makanan kecil, “Untuk bekal sampai pagi cukup nggak…” tanya Tante Anis sambil
tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Dewi masih pura-pura tidak
tahu apa yang terjadi.
Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar
Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung
parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula
sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah…..
“Eh.. seperti yang aku bilang tadi…. kalau kalian mau ML aku nggak ikutan
yaa… aku cuma nunggu kalian di mobil aja.”
“Aduh Dewi… kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini
sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga
nggak apa-apa, that’s your choice honey… kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil
minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan “extra-bed”. Gimana..?” tanya
Tante Anis. Dewi akhirnya mengangguk setuju.
“OK aku di ruang tamunya aja… tapi kalian jangan ribut ya…. nanti aku nggak
bisa tidur.”
Aku pikir Dewi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia
benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja.
Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami
asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Dewi ini sebenarnya mau tapi malu karena
baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku
sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut.
Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau “terpaksa” ikut
bergabung. Hmm… kalau Dewi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku
ML dengan dua wanita sekaligus.
Kamar hotel yang dipesan Tante Anis cukup besar, sebenarnya hanya satu
ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas.
Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan
terdengar di ruang tamu. Dewi merebahkan dirinya di kursi sofa.
“Selamat ML yaa… aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak.”
Sampai di kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu
tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri
di tempat tidur. Tante Anis lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa
menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Anis, bibir kami saling
memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai
saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke
balik bajunya, oh… rupanya Tante Anis sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga
tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante
Anis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang
sudah menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling
meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara
Tante Anis juga mulai melepas pakaiannya satu per satu.
Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai
busanapun.
“Tante Anis… tante sexy sekali…,” kataku memuji sambil meraba payudara dan
putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Dewi bisa ikut
mendengar.
“Ah… kamu bisa aja,” tampak wajah Tante Anis memerah, mungkin merasa bangga
mendapat pujian dari anak muda. Tante Anis juga tampaknya mengerti maksudku
sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya.
“Tante, Doni mau menikmati tubuh Tante Anis malam ini sepuas-puasnya…
lampunya Doni nyalain aja yaa…”
“Iihh… tante malu ah… khan udah nggak muda lagi…”
“Tapi tante masih sexy banget lho… swear deh…. Doni betul-betul
terangsang.”
“Terserah Doni kalau gitu… emangnya Doni mau liat apa sih kok pake nyalain
lampu segala…”
“Doni mau menikmati tubuh Tante Anis yang sexy ini sampai puas, Doni mau
menikmati buah dada tante yang indah, Doni mau menikmati seluruh bagian vagina
tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Doni mau liat klitoris tante, Doni
pengen liat semua bagian dalam vagina tante. Boleh khan…?” kataku merayu sambil
menyalakan lampu kamar.
“Tentu boleh aja sayang…., malam ini tante jadi milik kamu. Doni boleh liat
apapun yang Doni mau, boleh pegang apapun… pokoknya boleh ngapain aja… sesuka
kamu sayang….. Tapi sebaliknya Doni juga jadi milik tante malam ini yaa….
Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Doni…gimana?” tanya Tante Anis
sambil mendorongku ke tempat tidur.
Mulailah Tante Anis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Anis
cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan
ke dalam mulutnya untuk dihisap.
“Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri… tante udah lama
nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen
ngerasain ini di dalam punya tante….” kata Tante Anis sambil terus menjilati
kepala penisku. Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali
lidahnya menjilati lubang penisku, wow… rasanya membuat tubuhku bergetar
menahan nikmat.
“Oohh… tante… enak banget tante….mmhh… isep terus tante…,” aku sengaja
mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Dewi
terpancing untuk ikut bergabung.
Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas
payudara Tante Anis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas
payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Anis makin bernafsu
dan bersemangat mengulum penisku. “Mmhh….mmhh…..” Tante Anis mulai
mendesah-desah menahan nikmat. Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku
mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak
basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina
Tante Anis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya. Akhirnya dengan perlahan
kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir.
Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante
Anis sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Anis
menggelinjang keenakan.
“Ah… Doni…. mhh…. masukin sekarang sayang… tante udah kepengen ngerasain
penis Doni di dalam vagina tante,” katanya sambil melepaskan penisku dari
mulutnya.
Tante Anis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua
pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung
memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin
akan ada partai tambahan dengan Dewi. “Sabar dulu ya tante… Doni pengen banget
jilat vagina tante…Doni nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu…
boleh….?” “Terserah Doni sayaang…. tante udah kepengen banget sampai puncak….”
Pantat Tante Anis kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu
membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan kubuka bibir vaginanya yang
sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante
Anis begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit
meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di
bagian atas bibir vaginanya.
Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya
aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan penuh nafsu kujilati
seluruh bagian vagina Tante Anis, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga
lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Anis meremas
rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.
“Oohh… oohh… mmhh… Doni…. mmhh… adduhh….” Suara Tante Anis makin membuatku
bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah
sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut
ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Anis, sementara itu
bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya
dengan penuh nafsu.
“Aaahh… Donii… tante nggak tahan Don…. adduuh…” desahannya makin tak
terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu
otot-otot kedua kakinya mulai menegang. Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante
Anis akan mengalami orgasme.
Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak,
ah… rupanya Dewi mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas
tempat tidur.
“Doni… Doni… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar…. mmhh….
ahh…aahh…,” akhirnya seluruh tubuh Tante Anis menegang selama beberapa saat dan
kemudian terkulai lemas. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante
Anis mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata
terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging
mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante
Anis perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh
kenikmatan orgasme.
“Doni… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes…. rasanya belum
apa-apa tulang-tulang tante rontok semua….”
Aku hanya tersenyum. “Gimana tante… udah siap lagi….,” tanyaku menggoda.
“Bentar lagi ya Don… badan tante masih lemes…. dan lagi rasa enaknya masih
belum hilang….”
Sementara itu kulihat Dewi sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan,
ikut menikmati apa yang kami lakukan.
“Dewi, kalau mau gabung kesini aja… nggak apa-apa kok,” kataku
memancing-mancing.
“Iih… enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya
suaranya seru banget sih… sampe Dewi nggak bisa tidur.”
“Iya Dewi… sini aja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk aja di dekat
tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML,” Tante
Anis ikut menimpali. Dewi kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri
menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur. prediksi bola
“Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dewi ikutan ngeliat di sini…?” tanyanya
sambil duduk di kursi.
“Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau
ikutan ML dengan kami, iya khan Don…… Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan
bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku,” kata Tante Anis
sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan. Wajah Dewi tampak merah, “Ah..
Dewi cuma mau liat kalian aja dulu….” Betul dugaanku, sebenarnya Dewi mau ikut
bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan
yang pas.
Sementara itu Tante Anis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai
meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.
“Ayo sayang… kita lanjutin lagi…. sekarang punya kamu harus dimasukkin ke
sini ya…tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu…” Aku hanya tersenyum,
sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Anis dan mempermainkan
putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Anis mulai menggeliat-geliat
kembali.
“Ah… Doni… tante jadi konak lagi… punya kamu masukin ya…. sekarang sayang…
sekarang… tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini…” Tante
Anis terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara
itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras.
Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Anis sehingga bibir vaginanya
membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap
lelaki.Cerita Sex 2015
Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Anis yang
sudah siap menanti sejak tadi, dan… blesss… dengan sekali sentakan ringan
penisku masuk ke dalam vaginanya. “Aahh…” teriak Tante Anis sambil menaikkan
pinggulnya untuk menyambut penisku. Rupanya Tante Anis sudah sangat terangsang
dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang
lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan
tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan
sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan
mantap.
“Aduhh.. Doni… penismu sampai ke ujung… enak banget….mmhh… terus sayang…
tusuk yang kuat sayang… tante suka…. mmhh… mmhh…. mmhh… mmhh …mmhh ..” Tante
Anis terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku. Suara
kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit ranjang yang
bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara
seperti ini Tante Anis tidak akan bertahan lama.
Beberapa saat kemudian Tante Anis minta ganti posisi, dia ingin berada di
atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Anis memposisikan dirinya
berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang
vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante
Anis lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama
makin cepat dan desahannya makin keras, “Mhh… mmhh.. mmhh….” aku belum pernah
merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Anis. Saking keras dan
semangatnya goyangan Tante Anis, beberapa kali penisku sempat terlepas dari
cengkeraman vaginanya tapi Tante Anis dengan sigap memasukkan kembali. Dan
akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Anis di posisi atas iapun mulai
mengalami orgasme yang kedua kali….
“Aduh… tante mau keluar lagi sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante
Anis menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya
mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu
vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.
Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan
intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan
Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian Tante Anis terkulai lemas di dadaku. Aku
melirik ke arah Dewi, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat “live-show” di
depan matanya… Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung
bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama
lagi. Permainan liar Tante Anis mau tidak mau membuatku makin dekat menuju
puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Dewi untuk ML pasti aku tidak
akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku
dengan Tante Anis saja. Setelah Tante Anis mulai pulih dari orgasmenya, aku
balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi
langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.
“Doni… tante masih lemes… sabar sayang…. sebentar lagi…. mmhh… mmhh…” Tante
Anis mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya
berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Anis sudah mulai terangsang
lagi. Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum
wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka
bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan
rangsangan yang tepat.
Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Anis.
“Doni… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh …. dasar anak muda….. mmhh… adduuh
sayang… nanti tante bisa keluar lagi…. mmhh… Doni… aduuhh…mmhh… tante jadi
konak lagi… aahh… kamu ganas sekali….” kurasakan pinggul Tante Anis yang semula
diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan
penisku, pinggul Tante Anis menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin
dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol.
Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.
“Tante… udah mau keluar belum…..?”
“Mmhh… iya sayang…. tante udah mau keluar lagi…. mmhh …mmhh…”
“Sekarang kita barengan ya… Doni juga udah mau keluar….” “Hmmhh……. keluarin
aja sayang… keluarin semuanya di dalam…. tante siap menampung…. tante udah
nggak tahan sayaang.. … tusuk tante yang kuat……. mmhh…. uuh… rasanya penis kamu
makin besar….. dorong yang kuat sayang….. iya… seperti itu sayang… iya… masukin
yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi…. aahh…aagh….!!”
“Tante… mmhh… aduuh… Doni udah nggak tahan lagii….. aahh…aahh..aagghh…!!”
Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Anis
menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Anis juga kembali
menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu.
Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak
bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme
yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama
beberapa saat.
Aku dan Tante Anis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati
hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah
masih tertancap di dalam vagina Tante Anis…. Tidak berapa lama kemudian aku
membaringkan tubuhku di samping Tante Anis. Penisku tergolek lemah kelelahan,
basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Anis dan spermaku sendiri.
Sementara itu dari celah vagina Tante Anis lelehan sisa spermaku yang berwarna
putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Anis. Aku
yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua
minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan badannya dan
mengelus-elus penisku.
“Gila kamu Doni….. belum-belum tante udah keluar tiga kali… kayaknya tante
nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi….”
“Ah nggak apa-apa tante… khan ada Dewi, dia bisa gantiin tante kalau tante
udah capek… iya nggak,” kami tertawa cekikikan melirik Dewi yang dari tadi
tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.
“Iya Dewi, ayo kamu ikutan sini dong… bantuin aku ngerjain Doni… aku nggak
bakalan kuat kalau sendiri,” kata Tante Anis ikut memanaskan suasana.
“Ah… kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Anis…, tuh liat… Doni punya udah
lemes… kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dewi….,”
kata Dewi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.
“Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dewi mau ikutan nggak…?” pancingku.
“Boleh aja… tapi buktiin dong kalau Doni punya masih sanggup berdiri lagi
seperti tadi,” kata Dewi. Tampaknya Dewi sudah mendapatkan alasan yang pas
untuk ikut bergabung.
“Ok… aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras
seperti tadi tapi syaratnya harus Dewi yang bangunin yaa…” kataku tersenyum.
“Iya… tapi dibersihin dulu dong… Dewi nggak mau bekas Teh Anis… he… he..
he…” Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa
cairan hasil persetubuhan dengan Tante Anis. Saat keluar dari kamar mandi
tampak Dewi sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Anis gantian
duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap
rokok.
“Ayo sini anak muda…. kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi…”
kata Dewi sambil tersenyum nakal. Setelah mendapat alasan yang pas, Dewi yang
sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan
Tante Anis. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.
Tanpa banyak basa-basi lagi Dewi langsung mengelus-elus penisku yang masih
terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Anis.
Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dewi mulai menjilat-jilat batang
penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Dewi dan remasan lembut
tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan.
Dewi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan
dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama
kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali membesar dan
mengeras, Dewi semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya. Perlahan-lahan
kulepaskan mulutnya dari penisku.
“Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan… sekarang giliran Dewi memenuhi
janji untuk ikut bergabung… gimana?” Dewi cuma tersenyum sambil dengan sukarela
melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku. Karena sejak awal
aku sudah tertarik dengan payudara Dewi yang montok seperti punya Pamela
Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan
putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai
mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Anis, meskipun sudah 3 tahun
menikah Dewi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna
terang seperti puting susu gadis perawan.
Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi
bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dewi dan kemudian akhirnya
sampai ke daerah “Segitiga Bermuda”. Bulu kemaluan Dewi tidak selebat Tante
Anis sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan
bulu-bulunya. Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas
bulu vagina Dewi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang
berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya segera membenamkan penisku
ke dalamnya. Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih
tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Anis. Secara refleks
jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya
melenguh keras, “Oohh……..” Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan
klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul
Dewi bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya.
Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku
mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera
merasakan kenikmatan vagina seorang Dewi.
Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dewipun sudah
tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Anis yang secara
ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas. Dewi hanya
menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan
diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan
kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala
penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi pasti
kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya.
Gila….nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang
perawan. Untung saja Dewi sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu
kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Dewi tampak menggigit
bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin
Dewi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.
“Sakit sayang…?” tanyaku. Dewi menggeleng perlahan.
“Enak sayang….?” kataku lagi. Dewi hanya mengangguk sambil tersenyum.
Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dewi terasa makin basah dan
gerakan penisku terasa mulai lancar.
Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Anis, persetubuhan
dengan Dewi terasa begitu lembut dan indah. Kontras sekali bedanya, namun
kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk
mengatakan mana yang lebih enak. Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya
dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku
melepaskan diri dan meminta Dewi untuk bergantian di posisi atas. Diapun
melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya
maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah
dadanya yang indah. Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat
mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan
pinggul Dewi makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Dewi
mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri….
“Oohh… mmhh….mmhh… uuhh..” tampaknya Dewi mulai dekat menuju orgasme.
“Ahh… Doni… mmhh… Dewi di bawah aja ya… Dewi takut keluar duluan…..”
“Nggak apa-apa sayang, keluarin aja….”
“Enggak ah… Dewi mau keluar barengan sama Doni….” Akhirnya Dewi kembali
berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dewi
dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Di posisi ini tampaknya
Dewi lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama
dorongan penisku. Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku
meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh
kamipun mulai dibasahi oleh peluh.
Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai
menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol.
Gerakanku makin kuat dan Dewi juga merasakannya sehingga diapun mulai agak
mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi
agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dewi. Rasanya
tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan….
“Dewi… aku udah mau keluar sayaang…. mmh…. sshh… sshh… mmhh…” aku mencoba
sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi.
“Dewi juga mau keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Dewi nggak
tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas,
akhirnya….
“Aahh…. Donii….. mmhh…. aahh…. Dewi nggak tahan lagi sayang… aahh… aahh…!”
“Dewiii…. aduuh….. Donii keluaar………… aahh…!” Tubuh kami menggelinjang dan
bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami
berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu
Dewi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan
saling berpandangan. “Wow… keren…. hebat….” tiba-tiba kudengar Tante Anis
bertepuk tangan memberi “applaus” untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan
menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk
berkomentar.
Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dewi saling bergumul sebelum
akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dewi tergolek kelelahan
disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Anis lalu
kembali memejamkan matanya. Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai
menetes dari celah vagina Dewi meskipun tidak sebanyak Tante Anis. Akupun hanya
bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat
haus dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus
roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita
bersuami ini.
“Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya… melihat kalian ML tante
jadi kepengen lagi lho…. Doni masih kuat khan…?”
“Ok tante,…. Doni masih kuat kok… liat nih… sebentar juga bangun lagi…”
kataku menanggapi tantangan Tante Anis. Kutunjukkan pada Tante Anis penisku
yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante
Anis merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dewi yang masih tergolek
kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa
persetubuhanku dengan Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok
penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.
Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Anis
mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Seperti
sebelumnya, dengan ganas Tante Anis menggerak-gerakkan pinggulnya sambil
mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Dewi yang terbaring disampingku
lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,
“Ah.. keterlaluan deh Teh Anis ini, si Doni belum sempat istirahat udah
diembat lagi…. nggak kasian sama anak orang…” Tante Anis cuma tertawa kecil dan
meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama kemudian Tante Anis melepaskan
penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk
dari arah belakang.
“Doni… tante kepengen kamu masukin dari belakang ya…?” Tante Anis lalu
mengambil posisi menungging di sebelah Dewi sambil tangannya meraba-raba
payudara Dewi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya. Sementara itu aku
langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Anis yang sudah merah
merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Anis pada mulanya
Dewi tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama
kelamaan dia membiarkan Tante Anis melakukan aksinya bahkan tampaknya Dewi
mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Anis.
Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante
Anis tanganku mulai meraba vagina Dewi sehingga membuatnya makin terangsang.
Kemudian Dewi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih
leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Anis mulai
bergerak tak teratur dan desahannya makin keras.
“Aaah… mmhh… mmhh…. mmhh….” Aku tahu sebentar lagi Tante Anis akan mencapai
orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Anispun makin tak
terkontrol.
“Donii…. aahh…. tusuk yang kuat sayaang…. iya… yang kuat sayang… teruss…
teruss… tusuk yang dalam…. tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar
lagii……… aaghh…” Tante Anis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke
arahku sehingga penisku masuk makin dalam. Kutarik paha Tante Anis ke arahku
dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah
beberapa saat akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari
vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dewi langsung mengerti apa
yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Anis dengan menungging
di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku
ke dalamnya. Dewipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam
vaginanya yang hangat dan basah.
Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah
dadanya yang indah. Dewi tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai
bergerak-gerak. Setelah beberapa menit berlalu, Dewi tampak mulai kelelahan
dengan posisi “doggy-style”. Dewi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun
kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar
seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali. Dan akupun
menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa banyak basa-basi langsung
kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dewi yang belum sempat dibersihkan
dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri sekarang sudah
mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani
menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya
Dewi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Anis.Cerita Sex 2015
Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dewi yang
nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir
mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dewi
juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Dewi masih stabil dan
belum mendekati orgasme. Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk
menghambat datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dewi
yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat. Akhirnya kuputuskan untuk
meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Dewi juga cepat terangsang.
Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dewi menjadi
makin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin
keras. Aku tahu Dewi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak
orgasme…. “Dewi sudah mau keluar ya…….?” tanyaku.
“Hhmm… iya sayang… adduhh… sebentar lagi Dewi keluar…. barengan ya
sayang….sepertinya penis Doni juga udah makin besar… mmhh… enak banget…..
vagina Dewi terasa penuh…. mmhh…. aahh….. fuck me honey….fuck me hard… aahh….
aahh….” Begitu kurasakan Dewi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat
gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari
posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan
akhirnya…
“Dewi…. aku nggak tahan lagi… keluarin bareng sekarang yukk……”
“Iya sayang…. Dewi juga…. aahh… adduhh…. tusuk yang kuat sayang… fuck me……
yess… aahh…uuhh… Dewi keluar lagi….aahh…… aagh…!!”
“Oohh…. Dewi…. mmhh Doni juga keluaarr…… aagh…!” Akhirnya kami kembali
orgasme bersamaan.
Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah
aku masih sanggup kalau Tante Anis minta lagi. Tapi kulihat Tante Anis juga
sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami
akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja. Kami bertiga tidur saling
bepelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun,
sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang
aneh. Ah… ternyata Tante Anis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik
mengulum penisku. “Aduh… tante… pagi-pagi udah sarapan pisang…” kataku sambil
tertawa.
“Hmm.. sorry ya Don,… tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat
penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh
gini ML lagi dengan Doni… nggak apa-apa khan…?” Kulihat penisku sudah berdiri
tegak akibat ulah Tante Anis. Tampaknya Tante Anis sudah sangat bernafsu,
nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang
berada pada puncak birahinya.
Sementara itu Dewi tampak masih tergeletak pulas disampingku.
“Doni sayang… tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa…. soalnya sebentar
lagi khan kita pisah… jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Doni… mau
khan…?”
“Masukin aja tante… Doni juga suka ML dengan tante….pokoknya hari ini Doni
mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi…. tante mau khan?”
“Hm…. dengan senang hati sayang….. ssttt… jangan keras-keras nanti si Dewi
bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu.” Ah… kali
ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Anis. Aku akan membuatnya
mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tidak
terlau sulit karena tampaknya Tante Anis tipe wanita yang sangat sensitif dan
mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme,
aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang. Kubiarkan Tante Anis menaiki
diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku
meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk
menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak
sampai lima menit Tante Anis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia
mengalami orgasmenya yang kelima. “Aahh… Doni…. tante keluar…. mmhh… adduuhh…
aahh… aahh.. aaghh…!!”
Aku tidak memberi Tante Anis kesempatan beristirahat. Setelah tubuhnya
melemas aku langsung membaringkan Tante Anis dan membuka pahanya, tanpa
basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Dan kali ini aku
menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Benar saja, Tante Anis tampak kaget
dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian
tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Adduhh… Doni… tante jadi pengen keluar lagi…. aahh… aahh… aahh…” Kurasakan
badan Tante Anis mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam.
Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya. Tanpa
memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan
kuat dan ganas.
Tante Anis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali
tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.Cerita Sex 2015
“Donni….. kamu nakal…. nanti tante bisa keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh…
mmhh…. Doni….. tante mau keluar lagii….. aduuhh… aahh….. dorong yang keras
sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus…. jangan berhenti…
aahh… aahh… enak sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh” Kembali aku
tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan
pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga
menyentuh ujung vaginanya.
Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Anis berulang-ulang dengan cepat
dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali
tubuh Tante Anis bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan.
“Aahh… Donnii…. uughh…. masukin yang dalam sayang…. masukin sampai ujung….
aahh…. enak banget….. aaahh… gimana nih…. tante bisa keluar lagi…. mmhh…. aahh…
aduuhh… tante keluar lagi sayang… aahh.. aahh…..” kali ini tubuhnya
menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya
terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa….
Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku.
Kali ini tante Anis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas
memintaku untuk berhenti.
“Udah dong sayang… tante capek banget…. vagina tante mulai perih sayang
jangan cepet-cepet dong… sakit… udah sayang… tante istirahat dulu… sebentar
aja… nanti kita lanjutin lagi… kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang…”
katanya sambil mencoba menahanku. Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku
kuperlambat supaya Tante Anis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan
penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat
pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante
Anis. Setelah beberapa saat tampaknya Tante Anis mulai kehilangan rasa sakitnya
dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan
pinggulnya mengikuti gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki
kiri Tante Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan
kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Anis menikmati
sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas
kembali.
Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan…
“Ahh…oohh…Doni….kamu pinter banget sih… aahh… anak nakal…. tusuk tante yang
kuat sayang… aahh … aahh… tante keluar lagi…. aahh….. aahh aahh..!,”
teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Dewi yang tertidur kelelahan
akhirnya terbangun juga. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis
sambil menunggunya kembali siap.
“Udah sayang… tante udah capek… tante nggak kuat lagi sayang…. udah ya
sayang… vagina tante udah kebas…… please… tante udah nggak sanggup lagi……”
“Hmm… Doni masih pengen terus tante… soalnya sebentar lagi kita pisah… Doni
mau menikmati tubuh Tante Anis hari ini sampai sepuas-puasnya…” kataku sambil
memulai lagi tusukan penisku.
“Ayo dong sayang….. udah dulu… kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi….
tante janji deh…. tapi sekarang udah dulu tante capek banget… tenaga tante udah
abis….”
“Yang ini terakhir tante… Doni juga udah mau keluar kok… boleh yaa…” kataku
sambil mengecup bibirnya.
Tante Anis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus
mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai
mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Anis.
Tampaknya Tante Anis juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang
berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.
“Ahh… Doni…. keluarin punya kamu sekarang sayaang… tusuk tante yang kuat…
tante juga udah mau keluar sekarang……. aaaahhh..!!” “Ayo tante kita barengan…
ini yang terakhir…. aahh Doni keluarr… aaggh…!”
“Aahh…… mmhh… tante juga keluar lagii….. adduhh maakk…enak bangeett……
aaghh…!” Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun
berpelukan lemas. Kukecup bibir Tante Anis dan perlahan-lahan kulepaskan
penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Anis sudah sangat merah dan
Tante Anis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit
saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Anis, rupanya aku
sudah mulai kehabisan cadangan sperma.
Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dewi,
“Hey… kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dewi sih… emangnya kalian kira aku
nggak pengen yaa….”
“Sudah berapa lama sih kalian main… kok kayaknya seru banget… Anis sampai
basah penuh keringat gitu…,” lanjut Dewi lagi. Tante Anis hanya menoleh sejenak
lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu.
“Enam kali…?? Ah gila juga… bener-bener teteh maniak ML….. Dewi baru tau….”
kata Dewi melotot memandangi Tante Anis seolah tidak percaya.
“Swear… enggak juga Wi…. aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih
siapa yang gila, si Doni apa gue….” kata Tante Anis membela diri sambil masih
terengah-engah kelelahan.
“Dewi juga pengen dong sayang…. nggak usah enam kali kayak Teh Anis tapi
Dewi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah… ya sayang….. please… aku
pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu. Ok, honey…..” Tapi
tampaknya Dewi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.Cerita Sex
2015
“Kalau Doni masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok…..
dari tadi aku liat Teh Anis ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dewi jadi
konak kepengen ngerasain juga. Please honey… jilatin punyaku seperti kemarin
malam…. Dewi suka kok… jilatin terus sampai Dewi puas… pokoknya jangan berhenti
sebelum aku puas yaaa…… please honey… eat my pussy…. please…” Dewi yang beberapa
jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat
mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya
menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak
jelas.
Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku.
Aku ingin membuat Dewi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti
Tante Anis. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku
dulu. Kubaringkan Dewi di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah
bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.
“Nah… gitu sayang… jilatin vagina Dewi… hmmh… enak banget…. Dewi belum
pernah orgasme pakai oral… sekarang Dewi pengen ngerasain… ayoo sayang… bikin
aku terbang melayang ke bulan…. c’mon honey… lick my pussy…. mmhh… yesss… I
like it… yess… make me cum honey…” Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu
kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari
tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.
Tampaknya Dewi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan
serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa menit akhirnya
kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya
dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dewi mulai bergetar
tak beraturan. Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai
menyentuh g-spotnya. Ini membuat Dewi menjadi makin tak mampu mengontrol
dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami
orgasmenya yang ketiga.
“Mmhh Doni… adduhh… Dewi nggak tahan lagi adduuhh… terus isep yang kuat…
c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh enak bangeett….
aahh… oohh…. oohh…!!” tubuh Dewi mengejang keras, giginya terkatup rapat,
matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak
menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai
akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dewi yang menggelinjang mulai
terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dewi merasakan orgasme yang
terus-menerus tanpa henti seperti Tante Anis. Dewi masih tergolek lemas di
tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah
mendapatkan cukup waktu beristirahat.
Dewi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku
memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat
orgasmenya yang terakhir.
“Aduhh… Doni sayang… kamu ganas banget sih…. Dewi masih capek nih….
istirahat dulu yaa…. please honey…” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala
perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya tidak
berapa lama kemudian Dewi mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan
penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa
menit berlalu akhirnya pertahanan Dewi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali
dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.
“Donni….. mmhh… gimana nih… Dewi bisa keluar lagi sayang……. aduhh… aahh…
keluar lagi deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” kedua tangan Dewi mencengkeram
punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan
penisku tertancap dalam-dalam di vagina Dewi dan membiarkan dia menikmati
orgasmenya. Begitu cengkeraman Dewi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan
goyangan penisku di dalam vaginanya. Dewi tampaknya kaget setengah mati dan
benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.
“Doni… udah dulu dong sayaang… Dewi masih capek….. Dewi lemes banget
sayang…. please…. gimme a break, honey….” Tapi sama seperti dengan Tante Anis
sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam
vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Dewi mulai terangsang lagi
untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.
“Doni… gantian ya… Dewi pengen di atas….” Aku lalu merebahkan diriku dan
membiarikan Dewi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya.
Kali ini Dewi benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Anis, gerakannya
mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan
nafsu. Akhirnya Dewi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima,
gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan
desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.
“Donii…. aahh… Dewi udah nggak tahan…uuhh… mmhh …..Dewi keluar lagi…. mmhh…
yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!” Akhirnya pinggul Dewi menghujam keras ke
bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan
rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dewipun terkulai lemas di
atas tubuhku.Cerita Sex 2015
Kelihatan Dewi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi
sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme.
Kubaringkan Dewi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya
dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya. “Aduh… jangan sayang… uuh… sakit
sayang… vagina Dewi udah mulai ngilu…. berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar
aja… nanti boleh lagi….” Dewi mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah
tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek
pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dewi,
sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku
dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang
sudah over-sensitif. Kalau Dewi terlihat kesakitan aku berhenti sebentar,
setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu
bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali
sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Dewi mulai naik kembali.
Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai
terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar
desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Dewi
benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa
nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus
mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Dewi sebentar
lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.
“Doni sayang… Dewi mau keluar lagi….. adduhh… adduhh… enak banget… mmhh…
c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh…
mmhh…. adduhh… Dewi keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”
“Ayo
Dewi…. kita barengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!” Akhirnya aku menumpahkan sisa
persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dewi, sementara tubuh Dewi
menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.-tamat- http://kimcilatos.blogspot.co.id/2015/06/cerita-sex-kebuasaan-nafsu-tante-anis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar