Cerita Sex STW Mamanya Andre Genit
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Andre sarapan berdua saja dengan Mamanya di rumah.
Biasanya acara sarapan
hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di
hari-hari
lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi
makan
siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan
mereka
hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Papanya yang seorang direktur jenderal di
Departeman Dalam Negeri selalu
padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis kegiatan
sosial
selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan,
anak-anak
jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak
lainnya.
Akhirnya Andre, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.
Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan
kunjungan ke daerah. Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah di tiga
propinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala Andre
merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun Andre
sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi
membuatnya lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsunya di
rumah. Ia bisa melakukannya dengan Cindy, sang pacar, atau dengan Calvin teman
sekaligus yang mengajarinya menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame
dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU Dwi Warna.
"Hari ini Mama pergi lagi Ma?" tanya Andre berbasa-basi pada
Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah
dan baru pulang hampir tengah malam.
"Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang bergolak nih. Jadinya Mama
makin sibuk mengurusi pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara kita
disana sayang," jawab Mamanya dengan senyum penuh kebijakan.
"Harus itu Ma, Andre juga mau pergi nih abis sarapan," kata
Andre.
"Belajar bersama Calvin lagi?" tanya Mama, sambil memasukkan
sepotong roti bakar melalui bibirnya yang tipis.
Diusia yang hampir empat puluh tahun, Mama Andre masih kelihatan sangat
cantik. Tubuhnya padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja. Gimana
enggak, sang Mama kan rajin fitness dan makan makanan suplemen plus minum jamu
untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.
"Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,"
"Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar
bareng Calvin, malah maen basket?"
"Ini juga main basketnya bareng Calvin kok Mah,"
"Hmm,"
"Iya. Kata Calvin, sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak
butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga
ma,"
"Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu belajarnya yang
bagus ya sayang, supaya bisa lulus dengan nilai baik di ujian akhir nanti.
kalau nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Angkatan
Udara kan bisa gagal sayang"
"Beres Mah, Yang penting Mama doain Andre selalu ya,"
"Pasti sayang," jawab Mamanya dengan senyum sayang.
Andre melahap potongan roti bakarnya yang terakhir. Kemudian berpamitan
pada Mamanya,
"Andre pergi duluan ya Mah Mama kapan berangkatnya?" tanya Andre
sambil mencium pipi Mamanya.
"Setelah Mama beres-beres dulu sayang,"
"Pergi sama Mas Dharma, Ma?"
"Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir Mama cuman dia
satu-satunya,"
"Oke deh Mah Andre berangkat kalau gitu," kata Andre,
disandangkannya ransel olah raganya ke bahunya.
"Hati-hati ya sayang,"
Andre menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motornya. Ia
bertemu dengan Mas Dharma disana. Supir Mamanya itu sedang asyik berbasah-basah
ria, mencuci sedan milik Mamanya.
"Selamat pagi Mas Andre," sapa Mas Dharma ramah pada Andre sambil
tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
"Pagi Mas Dharma. Masih nyuci mobil Mas? Mama sudah mau berangkat
tuh,"
"Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu," jawabnya.
Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu dengan kain yang masih kering.
Andre memandangi cowok itu dengan serius. Gimana enggak serius, Mas Dharma ini
orangnya ganteng. Bodynya putih bersih dan kekar. Saat ini ia hanya menggenakan
celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada bidangnya yang dihiasi bulu-bulu
halus nan lebat.
Dengan cueknya di depan Andre, Mas Dharma mengangkat-angkat tangannya yang
berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang
putih itu terpampang jelas di mata Andre. Membuat jakun remaja ganteng itu naik
turun menahan nafsu. Rencana Andre untuk segera meluncur menuju rumah Calvin
akhirnya tertunda. Andre merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati
pemandangan bagus di depan matanya ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah
disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati Mas Dharma, pura-pura
mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.
"Mas, bagian atas ini masih basah nih," komentarnya, ia tak mau
menimbulkan kecurigaan Mas Dharma.
Mas Dharma ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papanya
Andre yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24 tahun. Asli
Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Fadly ajudan papa Andre yang satu
lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka
berdua bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.
Kedua ajudan ini sama-sama kekar. Maklum aja ketika pendidikan dulu mereka
kan dididik semi militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras yang ganteng.
Saat sang papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepadanya, Andre blingsatan.
Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam semi ketat. Andre dapat
melihat dengan jelas otot-otot terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan
besar di selangkangan mereka membuat kontol Andre ngaceng berat. Akhirnya untuk
menuntaskan birahinya yang memuncak Andre melakukan onani di kamarnya, ia belum
berani untuk ngajak mereka berhubungan sex. Andre selalu berharap suatu saat
dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapannya itu tak
pernah kesampaian.
Berdiri dekat-dekat Mas Dharma membuat birahi Andre semakin meningkat.
Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri
karena horny ngelihatin Mas Dharma. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu.
Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Calvin. Disana ia
bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke
sekolah untuk main basket.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Calvin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas
Dharma sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Andre. Apalagi ketika tadi Mas
Dharma asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang
montok itu benar-benar membuatnya ngiler.
Andre hampir tiba di rumah Calvin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah
raganya tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia
terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera Andre memutar laju sepeda motornya
kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket tak
dibawanya.
Tak sampai lima belas menit, Andre sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil
sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.
"Dasar Mama, beres-beres aja lama banget," pikirnya.
Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia
segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali
pembantunya itu menyimpan tasnya.
"Eh, Mas Andre. enggak jadi perginya Mas?" tanya Mbak Minah.
"Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat
enggak?"
"Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Andre tinggalin dimana?"
"Di garasi, waktu Mas Dharma nyuci mobil tadi,"
"Mungkin dibawa sama Mas Dharma kalau gitu,"
"Mas Dharma kemana Mbak?"
"Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,"
Andre segera menuju kamar tidur Mas Dharma. Tapi tak ada orang disana. Ia
hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Dharma dan Mas Fadly.
Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur menemui
Mbak Minah.
"Enggak ada Mbak, kemana ya?"
"Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil
Mas Dharma ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu
Mas,"
Andre segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur
kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja sang
papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Andre segera
menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di kamar itu
beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Dharma pada Mamanya.
Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Andre segera
memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya. Matanya
menelusuri seluruh isi kamar. Kosong. Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak
ada orang disana.
Matanya kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya
dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka sedikit.
Andre mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika
langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinganya tiba-tiba menangkap
suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba
berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung Andre berdegup dengan
keras. Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang didengarnya itu adalah
suara-suara erangan-erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.
Andre semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan
kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Andre
melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja
papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi
dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya dan
Mas Dharma sang ajudan! Kaki Andre terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.
Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih
oleh Mas Dharma. Mama Andre telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas
meja, sedangkan diatasnya Mas Dharma melakukan genjotan pantat dengan gerakan
yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang Mama dengan buas.
Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Dharma, karena terhalang oleh
paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan
ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya
maupun Mas Dharma sama-sama mengerang-erang keenakan.
Andre tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah
menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya.
Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu
berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang
kerja milik suaminya sendiri!
Andre tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah,
tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya
dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur
orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari
mulut Mamanya dan sang ajudan.
"Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..," racau Mamanya.
"Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,"
"Konthollsshh.. Kamuhh.. Dahrmahh.. Ouhh..,"
"Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,"
"Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Dharmahh..,"
"Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,"
"Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Darmahh..??"
"Yahh.. Iyahh.. Buhh..,"
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya
itu sungguh-sungguh sangat
merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda
kemarahan,
remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia
kembali
mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Dharma itu. Persenggamaan
mereka
sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat
merangsang,
akibatnya Andre tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras.
Tangannya
kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya
sendiri.
"Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..,"
racau Mamanya lagi.
"Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,"
"Mmmasakhh sihh.. Dharamahh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,"
"Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,"
Andre kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Dharma ini
pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.
"Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?"
"Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,"
"Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,"
"Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,"
"Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,"
"Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,"
"Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,"
Mas Fadly??!! Andre benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga
ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.
Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas Dharma berganti posisi. Mas Dharma
tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu
itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas
Dharma. Saat Mas Dharma mengatur posisi, Andre sempat melihat barang perkasa
Mas Dharma dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan
bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja
Mamanya keenakan banget.
Andre membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Dharma itu
membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari
punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran
nakal di benak Andre. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya
ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya.
Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Andre merekam persenggamaan mesum
Mamanya dan Mas Dharma itu.
Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Dharma
membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar
keras,
"Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,"
Kamar kerja papa Andre diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan,
desahan dari mulut Mamanya dan Mas Dharma.
"Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh," erangan Mas
Dharma kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Andre.
"Hihh.. Beginihh.. Hihh..,"
"Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,"
"Hihh.. Beginihh.. Ohh..,"
"Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,"
Tiba-tiba tubuh Mas Dharma yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh
menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan
bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Dharma
mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.
"Ohh.. Dharmahh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..," Mama meracau
semakin menggila.
Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh
keringat berkibar-kibar. Mama Andre benar-benar keenakan. Kedua tangan sang
Mama memeluk punggul lebar Mas Dharma dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam
posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras.
Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Dharma. Tubuhnya
yang basah oleh keringat berkelojotan.
"Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..," erangnya.
Mas Dharma terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala
sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Dharma. Ia lemas karena orgasmenya.
"Saya lanjuthh yah buhh..," kata Mas Dharma minta ijin
melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
"Silakan Dharmahh.. Ohh..," suara sang Mama terdengar lemas.
Mas Dharma kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya
dari lobang vagina sang Mama, Mas Dharma membopong tubuh sang Mama kemudian
membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali
melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama. Andre bisa melihat tubuh
Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Dharma dengan penuh keperkasaan.
"Sakit buhh.. Ahh..?"
"Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh..
Ohh.."
Tak sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali
bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Dharma. Rupanya sang Mama tak
mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian
menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan
penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok
batang kontol Mas Dharma dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya
sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari
mulutnya keluar erangan-erangan,
"Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,"
"Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..," racau Mas Dharma.
"Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,"
Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Andre dan Mas Dharma yang memakan
waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk
kemenangan Mas Dharma. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas
Dharma ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.
Andre sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar
penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas
Dharma. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot
itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Andre
meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar
dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Andre, masih sempat
melirik Mamanya dan Mas Dharma yang berbaring saling berpelukan di lantai.
Keduanya terlihat sangat lelah.
Andre segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Calvin.
Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas Dharma
nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.
Setiba di rumah Calvin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil
duduk santai membaca majalah remaja. Calvin menggenakan t-shirt putih polos dan
celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang
menyambut kedatangan Andre.
"Kok telat Ndre?" tanyanya.
"Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi," jawab Andre nyengir,
"Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,"
Calvin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh
Andre. Tangannya diletakkannya di paha Andre. Kemudian kedua remaja SMU itu
melaju menuju sekolah mereka.
"Kok enggak bawa baju olah raga Vin?" tanya Andre di tengah
perjalanan.
"Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat
permainan basket doang," jawabnya.
"Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?" tanya Andre
menggoda.
"Dua-duanya. Hehehe,"
"Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?"
"Maksud lo?"
"Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,"
"Enak aja!"
http://kimcilatos.blogspot.co.id/2015/06/cerita-sex-mamanya-andre-genit.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar