Cerita Selingkuh Di Belakang Suami
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Kalau kini kuungkapkan kisah kehidupan asmaraku,
itu berarti aku sudah
tidak mampu lagi menyimpan rahasia ini seorang diri. Aku tahu, aku telah
bermain api dengan berselingkuh dengan ayah tiriku. tetapi aku
benar-benar
telah tenggelam di dalam pesona permainan seks ayah tiriku.
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Semuanya berawal ketika aku kehilangan ayah
kandungku pada usia 18 tahun.
Ketika itu, roda ekonomi keluarga kami tidak terlalu terguncang, karena
Ibu
pandai mencari uang. Semasa ayah masih hidup, Ibu sudah menopang ekonomi
keluarga dengan bisnis kateringnya. Oleh karena itu, sepeninggal Ayah,
Ibu
tidak berpikiran untuk mencari penggantinya, lantaran terlalu sibuk
mengurusku
dan kedua adik laki-lakiku.
Dua tahun berselang setelah kematian Ayah, tiba-tiba kami dikejutkan dengan
perkataan Ibu yang mohon restu untuk menikah kembali dengan Pak Juwono(45).
Kami memang sudah mengenalnya dengan baik, karena dia sering bertandang kerumah
kami. Namun, kami berpikir Pak Juwono hanyalah teman baik Ibu. Sebab Pak Juwono
bertamu ke rumah kami seperti halnya tamu-tamu yang lain. Lebih-lebih Ibu juga
bersikap biasa-biasa saja. Ibu tidak menunjukkan dalam kondisi tengah jatuh
cinta.
Kami semua merestui keinginan Ibu untuk menikah lagi. Pertama, karena usia
Ibu masih tergolong muda, 38 tahun, untuk mengarungi hidup ini sendirian.
Kedua, karena kami tahu bahwa Pak Juwono berstatus duda tanpa anak. Pak Juwono
adalah pria yang matang, penyayang, dan bertanggung jawab. Aku dan kedua adikku
sudah cukup dekat dengannya.
Masuknya Pak Juwono sebagai anggota baru keluarga kami memang membawa
warna-warna lain dalam kehidupan keluarga kami. Aku pribadi sangat senang
dengan adanya figur seorang ayah pengganti. Terus terang, sebagai anak
perempuan satu-satunya aku haus akan perhatian dan kasih sayang seorang ayah. Apalagi
di usia 20 tahunan aku ingin ada yang menuntunku dalam urusan cinta dan
berhubungan dengan pria. Aku harap bisa menimba pengalaman dari ayah tiriku
ini.
Kedekatanku dengan ayah tiriku membuat Ibu bangga. Beliau senang melihat
kami semua akrab dengan suami barunya. Bahkan, boleh dikatakan aku bersikap
agak manja kepadanya. Setiap pulang sekolah, aku pasti segera mencari ayah
tiriku untuk menceritakan pengalamanku di kampus. Beliau akan dengan sabar
mendengar ceritaku, kemudian dengan bijak menasihatiku bila ada hal-hal yang
dianggapnya tidak 'sesuai'.
Kadang-kadang atas ijin Ibu, aku mengajak ayah tiriku berjalan-jalan ke
mall. Setelah mencicipi hidangan fast food kami mampir untuk nongkrong di toko
buku. Aku mempunyai hobi membaca buku filsafat dan psikologi, sama seperti
beliau.
Tanpa kusadari aku semakin dekat dan semakin akrab kepada ayah tiriku, aku
sudah semakin cuek aja dan tidak malu lagi semisalnya keluar dari kamar mandi
dan hanya mengenakan handuk mandi sebagai penutup bagian-bagian tubuhku yang
vital dihadapan ayahku. Dan kadangkala ayahku pula yang menggendongku ke tempat
tidurku apabila aku kedapatan ketiduran di ruang tamu karena ketiduran akibat
mataku yang kelelahan karena membaca buku ataupun menonton telivisi.
Lama-kelamaan aku semakin mengagumi sifat-sifat kedewasaan yang dimiliki
oleh ayah tiriku, dan ada rasa perasaan khusus tertentu yang tidak bisa
kuterjemahkan, entahlah apakah itu adalah perasaan cinta? Mungkin itulah
alasannya aku selalu menampik setiap pernyataan cinta yang dilontarkan oleh
teman-teman priaku. Terus terang aku tidak tertarik dengan teman-teman pria
sebayaku yang cenderung manja dan kekanak-kanakan. Sebaliknya aku mengagumi
pria-pria yang dewasa dan matang. Rasanya aku betah berada disisi mereka untuk
mendengar cerita ataupun nasehat-nasehatnya, dan itu semuanya kudapatkan penuh
dari ayah tiriku ini.
Rupanya gejala ini juga dirasakan dan ditangkap oleh ayah tiriku. Kalau
sebelum pergi ke suatu tempat, aku biasa mencium pipi Ibu dan Ayah tiriku.
Sekarang bila ibu tidak ada, Ayah akan membalas mencium pipiku. Semula aku
merasa kaget dan ada sedikit perasaan malu, bukan kenapa-kenapa ini adalah
ciuman pertama dari seorang laki-laki kepadaku dan sekaligus adalah ayahku.
Bahkan pernah suatu waktu aku terperangah ketika ayah tidak hanya membalas
mencium pipiku, melainkan juga bibirku. Melihat wajahku memerah, karena aku
belum pernah pacaran, Ayah hanya tersenyum simpul.
Kejadian seperti itu terus berulang ketika ibuku ada di dapur dan kebetulan
aku berpamitan mau ke kampus. Dan akupun mulai terbiasa dengan 'pamitan' gaya
baru dari ayah tiriku. Semakin lama kami berani melakukannya lebih lama, kami
pernah melakukannya selama beberapa menit dengan panasnya. Kalau tidak
mengingat Ibu yang ada di dapur yang sewaktu-waktu bisa memergoki mungkin
ayahku tidak akan melepaskanku dari pagutannya.
Beberapa waktu berselang, suatu saat Ibu harus menjenguk salah satu
keponakannya yang dirawat di rumah sakit di Bogor. Kebetulan kedua adikku telah
memasuki masa liburan sekolah dan keduanya mengantar dan menemani ibu selama di
Bogor. Alhasil hanya aku dan Ayah tiriku yang ada di rumah sekarang ini.
Menyadari tidak ada orang lain, sebenarnya hatiku berdegup kencang menyadari
saat-saat yang tidak terduga tinggal berdua saja dengan Ayah tiriku yang amat
kukagumi.
Ketika aku pulang kuliah menjelang sore hari, beliau sudah menungguku di
teras rumah dan terlihat kegembirannya yang terbias di matanya ketika menyambut
kepulanganku.
"Pulangnya kog malam, Non?" tanya ayah dengan senyum khasnya.
Aku menjawab dengan santai, "Tadi jalan-jalan dengan teman Yah.
"Senyumnya mendadak agak hilang ketika keceritakan aku berjalan-jalan
dengan teman-teman cowok kampusku. Aku tertawa dalam hati melihat sikap ayah
tiriku yang terlihat sedikit menyimpan rasa cemburu.
Sehabis mandi seperti biasanya aku tetap hanya menggunakan handuk melalui
ayah menuju ke arah kamarku.
"Nia, apakah cowok yang menemani kamu adalah pacar kamu?",
selidik ayah tiriku.
"Sebentar ayah, Nia mau berpakaian dulu, dan nanti akan Nia ceritakan
seluruhnya ke Ayah", jawabku sambil tetap menuju ke arah kamarku, sepintas
kulihat ayahku seperti berdiri dari sofa tempat duduknya. Aku menutup pintu
kamar dan mulai mengeringkan rambutku dengan menggunakan kipas angin yang
kunyalakan.
Tiba-tiba aku mendengar suara derit pintu kamarku terbuka dan kulihat ayah
tiriku berjalan masuk menghampiriku. Karena aku masih terbalut dengan handuk
aku cuek saja menerima kehadiran ayah tiriku meskipun sesungguhnya hatiku
terasa dag dig dug.
"Aduhh.., ayah nih kog penasaran amat sih, dibilang entar juga pasti
diceritain", kataku menggoda sembari tetap mengeringkan rambutku yang
masih agak basah.
"Nia, kamu serius yah berpacaran dengan cowo yang tadi itu?",
masih dengan penasaran ayahku terus menanyaiku.
"Hmm.., Kalo ya kenapa.., kalo tidak juga kenapa?" tanyaku
memancing perasaan ayah tiriku.
"Kamu bandel yahh.., udah main rahasia-rahasiaan" ucapnya seraya
tiba-tiba tangannya menggelitik pinggulku.
Aku tergelitik kegelian sambil meronta-ronta kecil untuk melepaskan dari
gelitikan tanggannya. Ayahku tetap menguber-uberku sambil tetap menggelitik
seluruh tubuhku, sampai akhirnya kita berdua jatuh ke ranjang dan ayah tetap
saja menggelitik seluruh badanku. Sampai akhirnya kita berdua cekakak cekikikan
dan akihirnya aku berteriak-teriak kecil minta ampun supaya Ayah menghentikan
gelitikannya. Begitu ayah menghentikan gelitikannya tubuhku terasa lemas dan
kami berdua ngos-ngosan akibat kehabisan nafas. Ayah tiduran disampingku di
atas ranjang sambil tetap memperhatikan wajahku yang masih bersimbah peluh. Aku
mencoba menarik napas panjang sambil memejamkan mata untuk menghilangkan rasa
lemas yang kurasakan.
Tiba-tiba aku merasakan ciuman lembut menempel di bibirku, namun aku
merasakan pagutan ciuman kali ini lebih terasa dan lebih rileks, mungkin karena
Ibu tidak ada di rumah. Akupun membiarkan bibirku dilumat dengan lembut, baru
kali ini ciumannya membuatku terasa terbang diawang-awang. Tanpa disadari
tangan ayah yang tadi mengelus lembut pinggulku.., telah melepas handuk penutup
tubuhku. Akupun baru sadar bahwa aku telah tidak berpakaian. Sebelum aku sempat
berpikir banyak, ayahku sudah memelukku kembali dengan eratnya seraya
mengelus-elus rambutku yang panjang. Terus terang aku sangat terlena dengan
sentuhan kasih sayangnya ini.
Ketika ia mengangkat wajahku, aku menundukkan wajahku yang bersemu merah.
Aku bisa mendengar suara detak jantung ayah yang berdegup kencang saat matanya
menyapu dengan bersih seluruh lekuk-lekuk tubuhku yang sudah tidak terlindung
apapun. Ayah mengelus bibirku dan tiba-tiba memagutnya kembali dengan penuh
nafsu. Aku hanya bisa pasrah dibawah kenikmatan yang baru kurasakan ini. Bahkan
aku mulai berani membalas pagutannya. Ayah kemudian menyeretku kedalam
pangkuannya di atas ranjang. Kami terus berciuman, hingga tangannya mulai
bergerak mengelus ke daerah-daerah tubuhku yang paling sensitif.
Aku menjerit kecil ketika kurasakan tangannya yang nakal menyentuh dan
meremas-remas dengan lembut payudaraku. Sambil melumat bibirku, ayahku secara
perlahan-perlahan berusaha melepaskan seluruh pakaiannya. Aku menjerit kecil
tertahan tatkala penis ayahku keluar dari celana dalamnya dan dalam keadaan
sangat panjang dan 'tegak', baru kali ini aku menyaksikan secara dekat penis
seorang lelaki, bentuknya panjang mengeras dan dibagian ujung kepala penis ayah
membesar dan berkilat-kilat bagai jamur. Belum sempat logikaku berjalan, ayah
sudah kembali memeluk dan mencumbuku kembali, kini kami sama-sama bergumul
dengan panasnya tanpa sehelai benangpun menempel di tubuh kami.
Kimcilatos.blogspot.com, cerita sex 2015, cersex, cerita
malam, cerita panas, Mataku terpejam rapat sambil berteriak tertahan
saat ayah tiriku mencumbui
organ kewanitaanku. Ada rasa nikmat luar biasa yang kurasakan, hingga
setiap
beberapa saat badanku menggelinjang-gelinjang tak kuasa menahan
hentakan-hentakan kenikmatan yang keluar dari seluruh sendi-sendi
tubuhku.
Sampai akhirnya aku merasakan benda panjang dan hangat menyeruak
memasuki
vaginaku. Saat itulah aku mempersembahkan keperawanan, kehormatan, jiwa
ragaku
kepada ayah tiriku. Kami bersetubuh tanpa mempedulikan waktu, terus
berpacu dan
berpacu meliwati klimaks demi klimaks hingga hampir menjelang subuh
badan kami
sama-sama lemas karena merasakan klimaks yang berkali-kali hingga
akhirnya kami
rubuh dan tidur berpelukan dalam satu ranjang dengan perasaan puas.
Terus terang pengalaman pertamaku berhubungan seks membawa kesan yang luar
biasa dalam hidupku. Aku sama sekali tidak merasakan kesakitan karena ayahku
tahu persis bagaimana menjalankan permainan seks kami dengan sebaik mungkin.
Malam pertama kami, kami lewatkan dengan mengulang permainan seks hingga tiga
kali. Ketika tak berdaya lagi, kami baru berhenti. Seminggu ditinggal Ibu dan
adik-adik membuat aku dan Ayah benar-benar menikmati petualangan asmara kami.
Selama hampir setahun menjalin asmara diam-diam dengan ayah, Ibu mulai
curiga. Apalagi, Ibu mengetahui kalau sampai berusia 21 tahun aku belum juga
mau punya pacar. Padahal aku terhitung cantik dan supel. Apalagi ketika aku
sudah menamatkan D-ii bahasa inggrisku, Ibu mendesakku untuk mulai mencari
pasangan hidup.
Ketika diam-diam kudiskusikan hal ini kepada Ayah, dia sangat mendukungku
menjalin hubungan dengan pria lain. Soalnya, Ayah mulai mencium tanda-tanda
kecurigaan di mata Ibu melihat hubunganku dengan Ayah semakin lengket aja.
Maka ketika Wahyu, kakak kelasku yang paling gencar mendekatiku. Kupikir
apa salahnya aku membina hubungan dengannya. Apalagi wajahnya lumayan ganteng,
postur tubuhnya atletis, dan otaknya encer pula. Singkat cerita aku kemudian
serius menjalin hubungan dengannya. Sementara itu, kisah cintaku dengan Ayah
terus berlanjut. Kali ini kami lebih banyak melakukan persetubuhan kami di luar
rumah. Kadang-kadang kami janji bertemu di hotel A atau B yang letaknya agak
jauh dari kota tempat tinggalku.
Enam bulan setelah berpacaran dengan Wahyu, keluarganya datang melamarku.
Aku menerima lamarannya dengan perasaan biasa-biasa saja. Terus-terang perasaan
cintaku telah kepersembahkan seutuhnya kepada ayah tiriku. Aku menikah hanya
untuk menutupi perselingkuhanku dengan ayah.
Untungnya, Wahyu adalah orang yang tidak mempersoalkan keperawananku ketika
kami melewatkan malam pertama. Menghadapi permainan seks Wahyu yang tergolong
pemula, aku merasa tidak puas. Kadang-kadang aku membayangkan sedang
berhubungan badan dengan ayah tiriku yang macho dan berpengalaman. Akhirnya,
aku tetap sering menelepon ayah untuk saling bertemu di luar rumah. Usianya
yang telah berkepala empat telah mengetahui secara betul segala bentuk
permainan seks yang dapat memberikan kepuasan klimaks terhadap gadis-gadis muda
seusiaku.
http://kimcilatos.blogspot.co.id/2015/06/cerita-sex-di-belakang-suami-aku.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar