Memaksa Ngentot Ibu Berjilbab
Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Kali
ini bercerita tentang perempuan yang memakai busana tertutup, yang
menariknya perempuan ini yang bernama Yanti pakai gamis dengan panjang
sampai mata kaki, saat posisi nungging bagian jilbabnya yang jatuh
kelantai terlihat belahan dada dengan tonjolan di payudaranya yang
besar.
Terutama saat melihat dari belakang
bokongnya terlihat bundar, dan dari celana gamisnya ada cetakan celana
dalamnya yang mengeplak di bokongnya, dan aku dari belakang
memperhatikan terus sambil berimajinasi apabila bokong itu telanjang
tanpa yang menutupi. Rasaku gatal ingin ingin mengelus bokongya.
Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang
dan terkejut.
“Eh… mau beli apa pak ?” katanya di tengah keterkejutannya.
Aku lebih terkejut lagi. Ternyata,
perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah
sekitar tiga puluh tahunan.
Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku
nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…Aku
berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan
memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut,
selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya
ketika memeknya ditembus kontolku.
Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia
seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 5 SD. Kaget
juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Menurutku, dia bahkan pantas
jadi mahasiswi semester I. Suaminya kerja dan baru pulang sore.
Anak-anaknya sedang sekolah.
“Jadi sendirian nih, Mbak ?” komentarku, keceplosan saking excitednya.
“Iya, Pak. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.
Aku masih asyik dengan bayangan tubuh
telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika
kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi.
Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di
hadapannya.
“Aduh, Mbak… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.
“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.
“Gimana nih…. udah nggak tahan, Mbak,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.
Kulihat wajahnya memerah.
“Eh…. tapi tunggu sebentar ya…kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.
Aku langsung menutup pintu warung dan
menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas
kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.
“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.
Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.
Karena menunduk itu, ia kaget betul
waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika
terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.
“Angkat tangan dan jangan melawan !” kataku setengah berbisik.
Ia tampak ketakutan betul. Tangannya
segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya
kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci.
Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.
“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.
“Jangan takut, saya cuma mau
senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada
kanannya yang tertutup jilbab lebar.
Ibu muda ini memekik kecil. Wow… teteknya terasa kenyal dan mantap.
“Kamu nggak pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.
“Siapa namamu ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.
“Aduh…. aduh… Yanti… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.
Kulepaskan jepitanku pada putingnya.
Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun
ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas
gundukan memeknya.
“Ohhh… jangan… jangan….” Yanti menggeliat-geliat.
“Jangan takut Mbak… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.
Tanganku kemudian masuk ke balik
gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik
turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini
kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai
ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan
celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi memek cantik itu.
Yanti terisak, memohon-mohon agar aku
melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku
sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan
memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara
celah memeknya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng
Yanti ke kamarnya.
Setengah kubanting tubuhnya ke atas
ranjangnya sendiri. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan
kasar kucabik-cabik gamisnya dengan pisau. Sampai akhirnya, tak ada
sehelai kainpun kecuali jilbabnya.
Kupandangi tubuh yang putih mulus itu.
Kedua kakinya menjuntai ke tepi ranjang. Teteknya berguncang-guncang
ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua teteknya dengan
kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit
benda mungil itu.
“Jangan berteriak keras-keras ya.
Cukup mendesah-desah saja. Kalau Mbak Yanti berteriak terlalu keras, aku
bisa marah dan kupotong puting Mbak ini,” kataku sambil menjepit puting
kanannya.
Menariknya ke atas dan menempelkan
mata pisau ke sisinya. Yanti tampak ketakutan dan menggigigit
bibirnya.Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan
selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar,
lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal
pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur
lubang memeknya dari bawah ke atas.
“Eungghhhhh….” terdengar Yanti mengerang.
Tak sabar, aku menguakkan bibir
memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam
lubang memeknya yang pink dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru
kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang memek selain milik
istriku. Lebih berdebar lagi, karena memek yang satu ini milik seorang
perempuan alim berjilbab lebar.
Antara degup jantung dan dorongan
gairah itu, kujulurkan lidahku sejauh-jauhnya ke lorong itu. Soal rasa
tidak penting kuceritakan. Tetapi, sensasinya itu yang luar biasa. Tubuh
Yanti bergetar hebat diiringi erangan dari mulutnya. Hampir tak
henti-henti ia meratap-ratap diiringi isaknya.
“Jangan… jangan…. ouhhhh…. jangan…. “
Ratapannya makin menjadi-jadi saat
lidahku menyerang klitorisnya dengan sapuan yang intens. Istriku bisa
menjerit-jerit histeris jika itu kulakukan pada klitorisnya. Kulirik
Yanti memejamkan mata dan menggigit bibirnya.
Kepalanya menggeleng-geleng.
Kutusukkan dua jariku dan mengaduk-aduk memeknya. Akibatnya lebih hebat
lagi. Yanti merintih-rintih dengan suara yang mirip seperti suara
istriku menjelang orgasme.
Memeknya terasa amat basah. Kugerakkan
jariku makin cepat. Lalu, kusedot-sedot klitorisnya. Tiba-tiba, Yanti
mengerang panjang dan kedua pahanya mengatup hingga menjepit kepalaku.
Tubuhnya mengejang-ngejang. Saat itulah kugigit bibir memeknya dengan
gemas.
Terdengar Yanti memekik kesakitan.
Dari gelinjang kenikmatan, ia kini meronta-ronta kesakitan, berusaha
menjauhkan pangkal pahanya dari gigitanku.
“Sakit….sakit, aduh… sakit… lepaskan….” rintihnya memelas.
Aku lepaskan gigitanku lalu kedua
lututku menekan pahanya hingga mengangkang. Terlihat bekas gigitanku di
memeknya. Tetapi bibir memeknya memang terlihat mengkilap oleh cairan
memeknya sendiri.
“Kamu suka ya diperkosa ?” kataku sambil kali ini menusukkan tiga jari ke memeknya yang basah.
Orgasme Yanti tadi rupanya tertunda.
Buktinya, ketika tiga jariku menusuk memeknya, otot-ototnya langsung
bereaksi seperti meremas ketiga jariku. Ibu muda itu pun mengerang dan
merintih….
“Ouuhhhh…
jangannnhhh…aihhhh….oummmmhhhh…” desahannya makin menjadi ketika bibirku
menangkap puting kanannya dan menghisapnya kuat-kuat.
Aku tahu perempuan ini orgasme saat
mendengar rintihannya. Sangat mirip rintihan istriku ketika orgasme.
Otot-otot memeknya juga mencengkeram tiga jariku sementara pinggulnya
bergerak tak terkontrol.
Kupandangi wajah sayu Yanti dengan
penuh nafsu. Dia menggigit bibirnya sendiri. Matanya terpejam. Tiga
jariku masih menusuk memeknya yang terlihat amat becek. Tubuh telanjang
ibu muda berjilbab ini terlihat bergetar menahan sisa-sisa orgasmenya.
Sampai akhirnya, Yanti benar-benar terkapar lunglai.
Kedua tangannya masih terikat di
belakang punggung, mengganjal pantatnya sehingga bagian pinggulnya
mendongak ke atas. Tubuhnya bermandi peluh. Kedua pahanya mengangkang
lebar. Kutarik keluar tiga jariku, kunikmati pemandangan lubang memeknya
yang membentuk huruf O dan perlahan mengatup kembali.
“Ok… sekarang giliranku,” kataku sambil menempatkan diri di tengah pahanya yang mengangkang.
Yanti cuma bisa menggeleng lemah saat
kepala kontolku mulai menyusup di celah memeknya. Kupaksa ia mengulum
tiga jariku yang berlumur lendir dari memeknya sendiri.
“Kamu belum pernah menjilat memekmu sendiri kan ?” kataku.
Yanti terisak-isak sambil mengulum
tiga jariku yang berlumur lendir kemaluannya sendiri. Terlihat keningnya
berkerut. Kepala kontolku sudah terjepit di mulut lubang memeknya yang
terasa sangat basah.
Aku ingin memberinya sedikit kejutan.
Tanpa peringatan sama sekali, langsung kuhentakkan kontolku jauh sampai
ke dasar memeknya. Kontolku terasa menerobos lorong sempit yang
berlendir. Suara benturan biji pelirku dengan pangkal pahanya terdengar
cukup keras. Reaksi Yanti juga luar biasa. Kedua matanya tiba-tiba
membelalak.
Kalau saja mulutnya tidak sedang
mengulum jariku, mungkin dari mulutnya akan terdengar jeritan. Tetapi
kini yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Bahkan, jariku terasa agak
sakit karena digigit ibu muda ini. Tetapi yang jelas, kontolku kini
terasa seperti diremas-remas oleh otot-otot memek perempuan berjilbab http://www.esexesex.com/2015/07/memaksa-ngentot-ibu-berjilbab.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar