Desahan
Liar si Janda Sombong – Udara pagi ini trasa sejuk skali, seakan
mnyambut baik datangnya hari Minggu ini. Secerah wajah tante Ivone yg
tengah brcengkrama dngn bunga bunga ditaman. Meskipun nampak angkuh,
namun kcantikan wajahnya tak dapat disembunyikan. Kumpulan Cerita Seks
Birahi – Aku baru saja selesai mandi dan brniat ngeteh diteras rumah
sambil mnghirup udara pagi yg segar. Akan tetapi mataku mlihat tante
Ivone tengah asyik menikmati keindahhan bunga ditaman depan rumah.
Dengan gaya ala petani bunga Cibodas, tante Ivone nampak srius
mmperhatikan tanaman itu. ” Pagi tan ” sapaku. ” Hmm… ” balasnya tanpa
brpaling dari rumpunan bunga. ” Mau aku buatin minum nda tan!? ” tanyaku
lagi stengah mnawarkan jasa. ” Nda usah!! ” jawabnya juga seraya
mmblakangiku. Aku tak mlihat tante Rita, Hendri ataupun Nita pagi ini. ”
Ach, pada lari pagi kali? ” fikirku dalam hati. Kumpulan Cerita Seks
Birahi 2014 – Aku kmbali mmperhatikan tante Ivone yg mmblakangiku. Mulai
dari betisnya yg putih mulus mskipun nampak kurus, pahanya yg lebih
mulus dari betisnya, bokongnya meskipun trbalut clana pendek, namun
trlihat jelas lekukannya. ” Coba dia bisa aku tiduri sperti tante Rita
ya? ” gumanku dalam hati. Belum habis lamunanku,tiba tiba kulihat tubuh
tante Ivone trhuyung lemah ingin trsungkur. Dengan cepat aku mloncat dan
mmegangi tubuhnya yg nyaris trsungkur itu, mninggalkan sisa lamunan
cabulku. Kurangkul tubuhnya yg mulus dan trlihat lemas sekali. “Ga papa
kan tan??” tanyaku penuh rasa khawatir, sraya mmapah tubuh tante Ivone.
“Kpalaku trasa pusing Fad” jawab tante Ivone lemah. “Ya udah, istirahat
aja didalam” saranku sambil terus memapahnya ke dalam rumah. “Akhirnya
aku bisa mrangkulmu Vone” ucapku dalam hati. Ada sjuta kebahagian
dihatiku karna mampu mrangkul tubuh si angkuh trsebut. Stelah brada
didalam rumah, dengan perlahan kududukan tante Ivone disofa ruang tamu.
Dengan mnarik nafas tante Ivone duduk dan brsandar pada sandaran sofa.
Stelah itu aku melangkah mninggalkannya sendiri. Tak brapa lama aku
kembali dngn sgelas air hangat dan mnghampiri tante Ivone yg tengah
brsandar disandaran sofa. “Minum dulu tan, biar enakan!” ujarku sambil
mnyerahkan gelas brisi air hangat yg kubawa. Tante Ivone pun mminum air
hngt yg kuberikan. “Makasih ya Fad” ucapnya lemah sambil mletakan gelas
dimeja yg ada didepannya. “Kpalanya masih pusing ga tan!?” tanyaku.
Tante Ivone hanya mnganggukan kpalanya. “Mau dipijatin ga!?” tanyaku
lagi. “E, em” jawab tante Ivone prlahan seakan tengah mnahan sakit. Aku
pun sgera memijat mulai dari kpalanya dngn prlahan lahan, kmudian
dahinya yg dia bilang mrupakan pusat rasa sakitnya. “Wah, knapa tante
Fad!?” tanya Nita yg baru saja pulang. “Tadi si tante hampir jatuh,
kpalanya pusing Nit!” jawabku. ” Trlalu capek kali!? ” ujar Nita sambil
mlangkah kedapur. “Dah aga mndingan Fad” jelas tante Ivone dngn mata
terpejam, menikmati pijatan pijatan jariku. Terasa hangat dahinya
brsamaan dngn rasa hangat yg menjalari tubuhku. Harum aroma tubuh tante
Ivone trasa mnusuk kedua lobang hidungku. Mmbuat aku ingin lebih lama
lagi memijat dan dekat dngnnya. “Masuk angin kali tan, dahinya aga anget
ne!? ” jelasku, brupaya memancing agar niatku tercapai. “Iya kali?
“ujarnya pula, seakan mngerti akan arti ucapanku. Membuatku makin brani
lebih jauh. “Mau dikerikin ga!?” tanyaku dngn penuh haraf kepadanya.
“Memang kamu bisa!?” tante Ivone balik brtanya. Membuat hatiku trasa
brdebar tak karuan. “Ya bisa… ” jelasku dngn cepat, takut tante Ivone
brubah fikiran lagi. “Ya udah, tapi dikamar ya…, ga enak disini” pinta
tante Ivone. Mmbuat hatiku brdebar makin cepat. Dengan prlahanku papah
dia mlangkah mnuju kamarnya. Akupun brusaha untuk menahan dan
menenangkan hatiku. Yang mulai dirasuki niat dan fikiran kotorku.
Setelah brada didalam kamar, kusarankan agar dia istrahat diranjangnya.
Tante Ivone pun mrebahkan tubuhnya sraya brnafas panjang. Seolah olah
ada beban berat yg dibawanya. Aku sgera brlalu mngambil obat gosok dan
coin untuk mengerik tubuh tante Ivone. Stelah kudapati smua yg
kubutuhkan, aku kembali mnghampiri tante Ivone yg tengah menanti. Dengan
mmbranikan diri aku memintamya agar dia mlepaskan pakaian yg
dipakainya. Dia pun prlahan melepaskan pakaian atau baju yg dipakainya.
Shingga tante Ivone kini hanya mngenakan bra yg brwarna pink dan clana
pendek saja. Ada getaran hangat mnjalari sluruh tubuhku, saat
menyaksikan tante Ivone mmbuka bajunya. Hingga mmbangunkan kjantanan dan
hawa nafsuku. Yang memang telah mngendap dibenakku sejak awal, ketika
memprhatikan dia ditaman. Dengan prasaan yg tak mnentu dan dibayangi
nafsu dibenakku. Akupun mulai mngusap … ..usap punggung mulus yg
mmblakangiku, dngn hati hati sekali. “Tali branya dibuka aja ya tan??”
pintaku pnuh haraf sambil trus mngusap dan mengerik punggung bagus
dihadapanku. “Iya… ” jawabnya lirih. Menahan kerikan dipunggungnya,
entah sakit atau geli aku tak tau. Yang pasti tanganku sgera melepaskan
kait tali branya, sehingga mmbuat branya mlorot mnutupi sbagian
payudaranya yg bulat dan berisi. Sperti payudara milik gadis kebanyakan.
Stelah tiada lagi penghalang dipunggungnya, akupun membalurinya dngn
minyak gosok. Dan jari jemarikupun menari mmbentuk garis dipunggung
tante Ivone. Sambil sekali kali mataku melirik kearah payudaranya yg
brusaha ditutupi dngn bra dan kedua tlapak tangannya. Tapi hal trsebut
mmbuatku smakin terangsang didorong rasa pnasaran yg tramat. Smentara
tante Ivone hanya trdiam sraya mmejamkan matanya yg bulat dan indah. ”
Pelan pelan ya Fad!? ” pintanya masih dngn mata yg trpejam. Tiba tiba
pintu kamar prlahan terbuka, nampak Nita tengah brdiri dimuka pintu.
“Tan aku mo kerumah tman dulu ya!?” ujar Nita brpamitan sraya matanya
mlirik kearahku. “Iya Nit… ” balas tante Ivone tanpa brpaling kearahnya.
Kmudian scara prlahan Nita mnutup pintu kembali dan brlalu pergi. Jari
tanganku mulai nakal trhadap tugasnya, jariku trkadang nyelinap dibawah
ketiaknya brusaha meraih benda yg bulat dan padat brisi yg ditutupinya.
Tapi tangan tante Ivone terkadang brusaha mnghalanginya, dngn merapatkan
pangkal lengannya. “Jari kamu nakal ya Fad!? ” ucap tante Ivone stengah
berbisik seraya mlirik ke arahku. Membuatku trsipu malu. “Habis ga kuat
sich, tan…” jawabku jujur. Tapi tante Ivone malah melepaskan branya
shingga kini payudaranya nampak polos tanpa plindung lagi. Dan langsung
menjadi santapan kedua mataku tanpa brkedip. Langsung mmbuat hatiku
brdebar debar mnyaksikan pemandangan trsebut. “Sekarang bisa kamu
plototin pe puas dech!!” ujar tante Ivone tak lagi mnutupit buah dadanya
dngn kedua tlapak tangannya lagi. Jantungku trasa bgitu cepat brdetak
dan mmbuat lemas sluruh prsendianku. Kontolku brlahan tapi pasti mulai
brdiri tegak mngikuti dorongan hasratku. “Memang dah selesai ngeriknya
Fad!?” tegur tante Ivone mngingatkanku. Mmbuat aku sgera mlanjutkan
prkerjaanku yg trtunda sesaat. Hampir sluruh bagian belakang tubuh tante
Ivone telah kukerik dan brwarna merah brgaris garis. Hanya bagian
bokongnya yg luput dari kerikanku karna trhalang dngn clana pendek serta
CD yg dikenakannya. Tapi belahan bokongnya telah puas kuplototin.
Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Kemudian dngn prlahan jari jariku
memijati pundaknya. Tante Ivone mnundukan kpalanya, sekali sekali
trdengar suara dahak dari mulutnya. “Sudah Fad!” printahnya, agar aku
mnyudahi pijatanku. Dengan prasaan malas akupun mnghentikan pijatanku
dan sgera mmbrsihkan sisa sisa minyak dikedua tlapak tngnku. ” Cuci
tanganmu dulu biar bersih sana!!” pinta tante Ivone skaligus printah.
Akupun branjak pergi kekamar mandi yg memang ada didalam kamar trsebut.
Stelah usai mncuci sluruh tanganku hingga bnar bnar bersih. Akupun
kembali menghampiri tante Ivon yg tengah telentang diatas ranjang masih
dngn keadaan sparuh bugil. Sperti saat aku tinggalkan kekamar mandi.
Hingga payudaranya yg bulat dan brisi nampak mmbusung besar didadanya,
dngn puting yg brwarna coklat susu. “Ayo Fad, kamu mau mainin ini
kan!?”. “Aku juga mau kok!?” ucap tante Ivone sambil mremas salah satu
payudaranya hingga putingnya mnonjol kearahku. Akupun mndekat
mnghampirinya dngn perasaan nafsu. Membuat kontolku kian brdiri dan
mngeras kencang dibalik clanaku. Akupun tak mnunggu lebih lama, sgeraku
remasi payudaranya yg mnantang. Tante Ivone brgelinjang saat tlapak
tanganku mndarat dan meremas kedua payudaranya. ” Achh.., iya Fad
trussss ” rintihnya prlahan. Jari jemariku kian liar mremasi sluruh
daging bulat yg padat brisi. JariQ juga memainkan putingnya yg mulai
mngeras. ” Iya,.., ayo diisep Fad.., aaaayooo “pinta tante Ivone dngn
nafas taj tratur. Akupun sgera mnjilati dan mengisapi puting
payudaranya. “Aduhhh…, enaaaak, trusss….” desah tante Ivone sraya
mmegangi kpalaku. Aku smakin brnafsu dngn puting yg kenyal sperti urat
dan mnggemaskan. Smentara tante Ivone smakin mndesah tak karuan. Tangan
kananku meluncur kearah slangkangan dibawah pusar, trus mnyusup masuk
diantara clana dan CD tante Ivone. Hingga jari jariku trasa mnyentuh
rumput halus yg cukup lebat didalamnya. Tante Ivone mmbuka pahanya tak
kala jari tlunjukku brusaha masuk kedalam lobang yg ada ditengah bulu
bulu halus miliknya. “Aowww…” jerit kecil tante Ivone saat tlunjukku
brhasil memasuki lobang memeknya. Dia pun mnggeliatkan tubuhnya penuh
gairah nafsu. Smentara kontolku smakin mngeras hendak kluar dari bahan
yg mnutupinya. Cukup lama jari tlunjukku kluar masuk didalam memek tante
Ivone, hingga lobang itu mulai trasa basah dan lembab. Sampai akhirnya
tangan tante Ivone menahan gerakan tanganku dan mminta mnyudahinya.
“Aaaachhh.., udaahhh., Faddh.., aaachh” rintih tante Ivone. Akupun
menarik tanganku dari balik clananya dan mlepaskan putingnya dari
mulutku. “Buka pakaianmu dong, Fad!!” seru tante Ivone sraya bangkit dan
mlepaskan clana pendek serta CDnya. Shingga dia bugil dan nampak rumput
hitam ditengah slangkangannya yg baru saja ku obok obok. Akupun
mlepaskan smua pakaianku dan bugil sperti dirinya. Dengan senyum manis
kearahku, tante Ivone mendekat dan brjongkok tepat didepan
slangkanganku. “Aouw, gede banget..!!” seru tante Ivone sraya tlapak
tangannya mraih kontolku yg telah brdiri dan keras. Dngn tangan kanan
dia mmegang erat batang kontolku, sedangkan tlapak kirinya mngelus elus
kpalanya. Hingga kpala kontolku trasa brdenyut hangat. Kmudian dimasukan
kontolku kedalam mulutnya sraya matanya mlirik ke arahku. “Agghhh… “aku
mlengguh tak kala sluruh kontolku tnggelam masuk kedalam mulutnya.
Darahku brdesir hangt mnjalari sluruh urat ditubuhku. Aku hanya dapat
memegangi kpala tante … …Ivone, mremas serta mngusap usap rambutnya yg
ikal sebahu. Smentara tante Ivone smakin liar, sbentar mngulum dan
mngemud seakan dia ingin melumat sluruh kontolku. Trnyata dia lebih buas
dari tante Rita. Trkadang dia mnjilati dari batang hingga lobang
kencing dikpalanya. ” Aaaaaaa… ” erangku menahan rasa nikmat nan tramat.
Trasa tubuhku melayang jauh tak menentu. Entah brapa lama tante Ivone
mngemut, mnjilat dan mngulum kontolku. Yg jelas hal ini mmbuat tubuhku
brgetar dan hampir kejang. ” Gantian dong tan, aQ juga mau jilatin
memekmu! ” rengekku, hampir tak mampu mnahan nafsuku. Ingin rasanya
memuntahkan keluar sebanyak banyak. Agar tante Ivone mandi dngn air
maniku. Tante Ivone sgera bangkit brdiri meninggalkan kontolku yg masih
brdiri tegak. Kmudian aku mminta agar dia duduk dikursi tanpa lengan yg
ada. Akupun brjongkok mnghadap memeknya yg dihiasi bulu lebatnya. Kedua
kaki tante Ivone trtumpu pada kedua bahuku. Maka mulutku mulai mnjarah
memek yg tlah mnganga terkuak jari jemariku, hingga nampak jelas lobang
memek yg brwarna merah dan lembab. Lidahku pun mulai mnjelajahi dan
mnjilati lorong itu. “Aaaaowwh…, aaaa…, iyyyaaa.., trussss, aassstttssh”
desah tante Ivone saat lidahku brmain mnjilati lobang memeknya.
“Aduuuhh,…, truuusss, lebihhh daallaaamm, aaah,… enaaakhh, agh, agh,
aghhhh” rintihnya pula sambil mremas dan mnjambaki rambut dikpalaku.
Lidahkupun smakin liar dan brusaha masuk lebih dalam lagi. “Aaaaghh,..,
gilaaaa…, enaaaksss,.., ubss,.., aaaaachghhh” suara tante Ivone tak
karuan. Lidahku brhenti mnjilati dinding lobang memek, kini brpindah
pada daging mungil sbesar biji kacang hijau. Ku jilati itil yg brwarna
merah dan basah dngn air mazinya dan air liurku. “Aughh…..” suara tante
Ivone sperti tersedak sambil mrapatkan kedua pahanya, hingga mnjepit
leherku, ketika ku isap itilnya. ” Aaaaa.., auwghhh…., yaaaaa ” ucap
tante Ivone lirih. ” Udahhh…, Fad…, udddaah Faadd ” rengek tante Ivone
sraya mndorong kpalaku dngn kakinya yg trkulai lemas dibahuku. Akupun
mlepaskan isapan mulutku pada itil tante Ivone dan bangkit brdiri
dihadapannya dngn kontol yg masih tegak dan keras. Kemudian mminta tante
Ivone agar bangkit dari duduknya. Kini aku yg mnggantikan posisinya
duduk dikursi. Tante Ivone naik keatas pahaku dan tubuhnya mnghadap
kearahku, hingga tubuh kami saling brhimpitan. Kmudian tante Ivone
mmbimbing kontolku masuk kelobang memeknya dngan jarinya. ” Aagghhsss.. ”
rintih kecil tante Ivone ketika kontolku masuk menusuk memeknya. Tak
lama kmudian bokongnya mulai turun naik, mngesek gesek kontolku
didalamnya. Aqpun mngimbanginya dngn mmegangi pinggulnya mmbantu
bokongnya turun naik. ” Aachhh.., yaaaa, oohhh, enaaak Fadd “. ”
Auwwghhh…., aaaaaa…, oohhhh, yaaa ” racau tante Ivone tak karuan jika
tubuhnya turun mnenggelamkan kontolku dimemeknya. ” Aauwww, aku ga tahan
ne Fadd,…, aaaauwww, yessss ” rintih tante Ivone sraya mnggerakan
bokongnya dngn cepat. Akupun mmbalas reaksinya, dengan melumat lagi
payudaranya .”Aaaaaawhhh……..”erang tante Ivone sambil mnekan bokongnya
lebih rapat dengan slangkanganku. Akupun mengejang mnahan tekanan bokong
tante Ivone. “Aaaachhhh…….” akhirnya aku tak mampu lagi mmbendung
cairan kental dari dalam kontolku. Kamipun saling brpelukan dngn erat
beberapa saat dngn brcampur peluh masing masing. Stelah cukup lama kami
brpelukan, kamipun bangkit dngn malas, enggan branjak dari suasana yg
ada. Stelah itu kamipun mandi mmbrsihkan tubuh kami masing masing yg
basah dngn peluh syurga. Akhirnya aku bisa menidurimu dan menaklukan
keangkuhanmu Ivone Gienarsih
http://tampang2016.weebly.com/kumpulan-cerita-seks-birahi-desahan-liar-sijanda-sombong.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar