Minggu, 24 Januari 2016

 

Memaksa Ngentot Ibu Berjilbab

 
Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Kali ini bercerita tentang perempuan yang memakai busana tertutup, yang menariknya perempuan ini yang bernama Yanti pakai gamis dengan panjang sampai mata kaki, saat posisi nungging bagian jilbabnya yang jatuh kelantai terlihat belahan dada dengan tonjolan di payudaranya yang besar.
Memaksa Ngentot Ibu Berjilbab
Terutama saat melihat dari belakang bokongnya terlihat bundar, dan dari celana gamisnya ada cetakan celana dalamnya yang mengeplak di bokongnya, dan aku dari belakang memperhatikan terus sambil berimajinasi apabila bokong itu telanjang tanpa yang menutupi. Rasaku gatal ingin ingin mengelus bokongya. Akhirnya, perempuan itu menyadari kehadiranku. Ia menoleh ke belakang dan terkejut.
“Eh… mau beli apa pak ?” katanya di tengah keterkejutannya.
Aku lebih terkejut lagi. Ternyata, perempuan ini sangat cantik. Usianya memang tak muda lagi. Mungkin sudah sekitar tiga puluh tahunan.
Tapi wajahnya itu lho yang bikin aku nggak bosan memandangnya. Putih, amat putih malah, bersih dan lembut…Aku berlagak mencari-cari barang sambil terus menerus mencuri kesempatan memandang wajahnya. Sesekali kuajak ngobrol dia. Suaranya juga lembut, selembut wajahnya. Pikiranku mulai ngeres. Membayangkan rintihannya ketika memeknya ditembus kontolku.
Dari ngobrol itulah kutahu bahwa dia seorang ibu dengan tiga anak. Yang paling besar baru kelas 5 SD. Kaget juga aku waktu tahu dia sudah punya 3 anak. Menurutku, dia bahkan pantas jadi mahasiswi semester I. Suaminya kerja dan baru pulang sore. Anak-anaknya sedang sekolah.
“Jadi sendirian nih, Mbak ?” komentarku, keceplosan saking excitednya.
“Iya, Pak. Sebentar lagi anak-anak juga pulang,” jawabnya tanpa curiga.
Aku masih asyik dengan bayangan tubuh telanjangnya ketika ide jahat melintas begitu saja. Itu terjadi ketika kulihat sebilah pisau dagangan yang dipajang. Cepat sekali itu terjadi. Aku asal saja mengambil barang-barang dan kutaruh di meja kasir di hadapannya.
“Aduh, Mbak… saya kok kebelet pipis. Bisa numpang ke belakang nggak ?” kataku, mulai menjalankan rencana jahatku.
“Eh… gimana ya….?” katanya ragu. Aku tahu ia ragu, karena ia sendirian di rumah.
“Gimana nih…. udah nggak tahan, Mbak,” kataku sambil demonstratif meremas selangkanganku di hadapannya.
Kulihat wajahnya memerah.
“Eh…. tapi tunggu sebentar ya…kamar mandinya berantakan. Saya rapikan sebentar,” sahutnya sambil bergegas ke dalam.
Aku langsung menutup pintu warung dan menguncinya. Lalu, kuambil pisau dan menyusul perempuan tadi. Sekilas kulihat ia keluar dari kamar mandi dan menaruh BH ke mesin cuci.
“Gimana ? Dah nggak tahan nih,” kataku lagi sambil meremas selangkanganku dan melangkah ke arahnya.
Ibu muda itu kelihatan jengah karena melihatku ada di dalam rumah. “Eh… sudah, silakan,” katanya dengan wajah menunduk.
Karena menunduk itu, ia kaget betul waktu aku berhenti di depannya. Ia mengangkat wajahnya dan seketika terlihat pucat waktu kuacungkan pisau ke arah perutnya.
“Angkat tangan dan jangan melawan !” kataku setengah berbisik.
Ia tampak ketakutan betul. Tangannya segera terangkat. Kusuruh ia berbalik menghadap tembok. Kedua tangannya kemudian kuturunkan dan kuikat dengan BH yang kuambil dari mesin cuci. Lalu, kuputar tubuhnya hingga menghadapku.
“Jangan… tolong, jangan apa-apakan saya…” katanya dengan suara gemetar.
“Jangan takut, saya cuma mau senang-senang sedikit,” kataku sambil menjulurkan tangan ke dada kanannya yang tertutup jilbab lebar.
Ibu muda ini memekik kecil. Wow… teteknya terasa kenyal dan mantap.
“Kamu nggak pake BH ya ?” kataku sambil mencubit putingnya dari luar jilbab. Ia terus menggeliat-geliat.
“Siapa namamu ?” kataku sambil memencet putingnya agak keras.
“Aduh…. aduh… Yanti… aduh, jangan keras-keras….” ia merintih-rintih.
Kulepaskan jepitanku pada putingnya. Tetapi kini tanganku mulai merayap ke perutnya yang ramping. Terus turun ke pusarnya dan akhirnya berhenti di selangkangannya. Kuremas-remas gundukan memeknya.
“Ohhh… jangan… jangan….” Yanti menggeliat-geliat.
“Jangan takut Mbak… saya cuma mau main-main sebentar…” kataku lalu berlutut di hadapannya.
Tanganku kemudian masuk ke balik gamisnya. Menyusuri kulit tungkainya yang mulus. Lalu perlahan kutarik turun celana dalamnya. Perempuan itu mulai terisak. Apalagi, kini kupaksa kedua kakinya merenggang. Kuangkat bagian bawah gamisnya sampai ke pinggang. Wow… indah sekali. Memeknya mulus tanpa rambut. Gemuk dan celahnya terlihat rapat. Tak sabar kuciumi memek cantik itu.
Yanti terisak, memohon-mohon agar aku melepaskannya. Ia pun menggeliat-geliat menghindar. Tetapi, mulutku sudah begitu lekat dengan pangkal pahanya. Kujilati sekujur permukaan memeknya sampai basah kuyup. Lidahkupun berusaha menerobos di antara celah memeknya. Agak sulit pada posisi seperti itu. Maka, kugandeng Yanti ke kamarnya.
Setengah kubanting tubuhnya ke atas ranjangnya sendiri. Ibu muda itu menjerit-jerit kecil ketika dengan kasar kucabik-cabik gamisnya dengan pisau. Sampai akhirnya, tak ada sehelai kainpun kecuali jilbabnya.
Kupandangi tubuh yang putih mulus itu. Kedua kakinya menjuntai ke tepi ranjang. Teteknya berguncang-guncang ketika ia menangis. Dengan penuh nafsu kucengkeram kedua teteknya dengan kedua tanganku, lalu kuciumi kedua putingnya. Sesekali kugigit-gigit benda mungil itu.
“Jangan berteriak keras-keras ya. Cukup mendesah-desah saja. Kalau Mbak Yanti berteriak terlalu keras, aku bisa marah dan kupotong puting Mbak ini,” kataku sambil menjepit puting kanannya.
Menariknya ke atas dan menempelkan mata pisau ke sisinya. Yanti tampak ketakutan dan menggigigit bibirnya.Aku kemudian melorot turun. Wajahku tepat di hadapan selangkangannya. Kuangkat paha perempuan itu hingga terentang lebar, lalu kudorong ke arah tubuhnya. Kini tubuhnya melengkung dan pangkal pahanya terangkat ke arah wajahku. Perlahan, lidahku menjilat alur lubang memeknya dari bawah ke atas.
“Eungghhhhh….” terdengar Yanti mengerang.
Tak sabar, aku menguakkan bibir memeknya dengan jemariku. Lebar-lebar sampai terlihat bagian dalam lubang memeknya yang pink dan lembab. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini aku melihat dari dekat bagian dalam lubang memek selain milik istriku. Lebih berdebar lagi, karena memek yang satu ini milik seorang perempuan alim berjilbab lebar.
Antara degup jantung dan dorongan gairah itu, kujulurkan lidahku sejauh-jauhnya ke lorong itu. Soal rasa tidak penting kuceritakan. Tetapi, sensasinya itu yang luar biasa. Tubuh Yanti bergetar hebat diiringi erangan dari mulutnya. Hampir tak henti-henti ia meratap-ratap diiringi isaknya.
“Jangan… jangan…. ouhhhh…. jangan…. “
Ratapannya makin menjadi-jadi saat lidahku menyerang klitorisnya dengan sapuan yang intens. Istriku bisa menjerit-jerit histeris jika itu kulakukan pada klitorisnya. Kulirik Yanti memejamkan mata dan menggigit bibirnya.
Kepalanya menggeleng-geleng. Kutusukkan dua jariku dan mengaduk-aduk memeknya. Akibatnya lebih hebat lagi. Yanti merintih-rintih dengan suara yang mirip seperti suara istriku menjelang orgasme.
Memeknya terasa amat basah. Kugerakkan jariku makin cepat. Lalu, kusedot-sedot klitorisnya. Tiba-tiba, Yanti mengerang panjang dan kedua pahanya mengatup hingga menjepit kepalaku. Tubuhnya mengejang-ngejang. Saat itulah kugigit bibir memeknya dengan gemas.
Terdengar Yanti memekik kesakitan. Dari gelinjang kenikmatan, ia kini meronta-ronta kesakitan, berusaha menjauhkan pangkal pahanya dari gigitanku.
“Sakit….sakit, aduh… sakit… lepaskan….” rintihnya memelas.
Aku lepaskan gigitanku lalu kedua lututku menekan pahanya hingga mengangkang. Terlihat bekas gigitanku di memeknya. Tetapi bibir memeknya memang terlihat mengkilap oleh cairan memeknya sendiri.
“Kamu suka ya diperkosa ?” kataku sambil kali ini menusukkan tiga jari ke memeknya yang basah.
Orgasme Yanti tadi rupanya tertunda. Buktinya, ketika tiga jariku menusuk memeknya, otot-ototnya langsung bereaksi seperti meremas ketiga jariku. Ibu muda itu pun mengerang dan merintih….
“Ouuhhhh… jangannnhhh…aihhhh….oummmmhhhh…” desahannya makin menjadi ketika bibirku menangkap puting kanannya dan menghisapnya kuat-kuat.
Aku tahu perempuan ini orgasme saat mendengar rintihannya. Sangat mirip rintihan istriku ketika orgasme. Otot-otot memeknya juga mencengkeram tiga jariku sementara pinggulnya bergerak tak terkontrol.
Kupandangi wajah sayu Yanti dengan penuh nafsu. Dia menggigit bibirnya sendiri. Matanya terpejam. Tiga jariku masih menusuk memeknya yang terlihat amat becek. Tubuh telanjang ibu muda berjilbab ini terlihat bergetar menahan sisa-sisa orgasmenya. Sampai akhirnya, Yanti benar-benar terkapar lunglai.
Kedua tangannya masih terikat di belakang punggung, mengganjal pantatnya sehingga bagian pinggulnya mendongak ke atas. Tubuhnya bermandi peluh. Kedua pahanya mengangkang lebar. Kutarik keluar tiga jariku, kunikmati pemandangan lubang memeknya yang membentuk huruf O dan perlahan mengatup kembali.
“Ok… sekarang giliranku,” kataku sambil menempatkan diri di tengah pahanya yang mengangkang.
Yanti cuma bisa menggeleng lemah saat kepala kontolku mulai menyusup di celah memeknya. Kupaksa ia mengulum tiga jariku yang berlumur lendir dari memeknya sendiri.
“Kamu belum pernah menjilat memekmu sendiri kan ?” kataku.
Yanti terisak-isak sambil mengulum tiga jariku yang berlumur lendir kemaluannya sendiri. Terlihat keningnya berkerut. Kepala kontolku sudah terjepit di mulut lubang memeknya yang terasa sangat basah.
Aku ingin memberinya sedikit kejutan. Tanpa peringatan sama sekali, langsung kuhentakkan kontolku jauh sampai ke dasar memeknya. Kontolku terasa menerobos lorong sempit yang berlendir. Suara benturan biji pelirku dengan pangkal pahanya terdengar cukup keras. Reaksi Yanti juga luar biasa. Kedua matanya tiba-tiba membelalak.
Kalau saja mulutnya tidak sedang mengulum jariku, mungkin dari mulutnya akan terdengar jeritan. Tetapi kini yang terdengar hanya gumaman tak jelas. Bahkan, jariku terasa agak sakit karena digigit ibu muda ini. Tetapi yang jelas, kontolku kini terasa seperti diremas-remas oleh otot-otot memek perempuan berjilbab

http://www.esexesex.com/2015/07/memaksa-ngentot-ibu-berjilbab.html

Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Ketagihan Kontol Super

Vimax viagra usa
viagra usa
Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Ketagihan Kontol Super - Cewek jilbab di entot kontol besar. Menita jatah lagi setelah ketagihan di entot, Cewek alim di entot oleh teman sendiri yg alim juga, Kontolnya besar, Masukin kontol ke mulut cewek jilbab Maka aku bercita-cita pengen banget bisa menculik akhwat cantik itu untuk tau isinya itu seperti apa sih….. Waktu itu aku lihat Ulvah yang sedang memakai pakaian yang serba hitam, berjubah panjang hitam dan berjilbab sampai lutut. Aku tahu kebiasaannya setiap hari kalo pas keluar dari kos-kosannya. Ternyata setiap hari libur dia pasti keluar untuk pergi ke toko buku yang ada di sekitar komplek tempat kosnya Ulhav. Keingintahuan diriku makin membesar, muncul lah ide buat menculik Ulvah. Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Ketagihan Kontol Super Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Ketagihan Kontol Super Cerita Dewasa Cewek Berjilbab Ketagihan Kontol Super Memek Singkal
Waktu itu dia pas siang hari seperti biasa dia keluar rumah jalan sendirian dengan pakaiannya yang serba hitam lengkap dengan cadarnya. Walau hanya matanya saja yang terlihat tapi mata itu kelihatan begitu indah dan jalannya begitu anggun yang bikin aku makin napsu aja. Aku langsung ikuti Ulvah dengan mobil. Di tempat yang agak sepi, aku sedikit pepetkan mobilku yang lagi jalan pelan itu ke pinggir ke tempat dia lagi jalan. Tentu saja dia kaget dan terjatuh. Lalu aku keluar untuk melihat dan meminta maaf. “Maaf Vah, kamu tidak apa-apa?” tanyaku. Dia baru saja bangun dari jatuhnya dan kaget tapi dia menjawab juga sapaanku itu sebab kami memang sudah saling kenal. “Oh nggak papa mas, cuma lain kali hati-hati dong nyetirnya,” sahutnya. “Maaf ya sekali lagi maaf nih saya tidak sengaja, tiba tiba ban mobil saya terasa aneh nih. Begini saja deh sebagai tanda maaf saya saya akan antar adik ke tempat tujuan adik dengan aman tentunya, saya janji deh,” kataku
Terlihat dia sedikit ragu dan curiga dengan ajakan saya, sebab tentu dia ingat perlakuanku di Busway dan Monas dulu. Setelah lama terdiam akhirnya diapun mau dengan alasan kakinya sedikit sakit dan dia berpikir mungkin itu niat baikku sebagai tanda penyesalan dan minta maaf. Akhirnya saya bukakan pintu mobil agar dia masuk, setelah itu aku berputar untuk kembali masuk ke posisi kemudi. Sambil jalan, aku mengeluarkan saputanganku yang sudah saya kasih chlorofom atau obat bius yang memang sudah aku siapkan. Waktu aku masuk, aku langsung bekap aja dia dengan saputangan yang sudah mengandung obat bius itu. Dia segera meronta, namun walau dia menggunakan cadar tapi akhirnya dia mulai lemas juga karena aku kasih obatnya lumayan banyak. Di dalam mobil waktu dia sudah setengah pingsan, aku lepas bekapanku dan aku segera menjalankan mobil ke tempat temenku yang waktu itu memang kosong. Karena kita begitu akrab, aku sudah biasa dan punya kunci serep rumah dia karena aku sering maen ke rumahnya dan aku menunggu dia pulang seperti rumah aku sendiri. Setelah memarkir mobil aku angkat Ulvah untuk dipindahkan ke dalam rumah. Waktu aku angkat terasa sekali tubuhnya ternyata begitu empuk dan tangan Ulvah yang sedang aku pegang itu juga begitu halus dan itu membuat aku semakin ingin cepat-cepat ke dalam untuk memuaskan rasa ingin tahuku. Aku letakkan dia terlentang di tempat tidur yang keempat sisinya terbuat dari besi.
Pertama yang aku lakukan adalah membuka cadar dan jilbabnya sehingga aku akan dengan leluasa melihat wajahnya yg selama ini disembunyikan di balik cadar dan jilbab lebarnya. Aku nikmati kecantikannya tanpa cadar dan jilbab lebarnya beberapa saat.. Wowwwwwww..!! cakep bangettttttttttt..!!!!! Bibir Ulvah yang tipis dan sedikit basah mengkilap itu begitu indah dan kayanya enak untuk dinikmati. Aku berpikir sejenak, apa yang akan aku lakukan. Untuk jaga-jaga kalo nanti dia sadar dan berteriak gimana? Kemudian aku ambil beberapa women handkerchief dan aku gulung2 jadi seperti bola dan dengan pelan2 aku buka mulutnya dan aku sumpalkan bola saputangan tadi ke dalam mulutnya..aku akan tambah beberapa lembar women hanky lagi ke dalam mulutnya kalo aku rasa kurang penuh.. (aku sengaja pake women hanky krn selain warna-warni, aku juga bisa nambahin beberapa kalo kurang penuh tanpa takut kepenuhan krn bentuknya yg kecil2 dan tipis..kalo pake kain yg tebel2 takut terlalu penuh dan tidak nyaman).
Aku ambil scarf yg rada tipis dan aku pilin jadi seperti tali agak tebal dan aku ikatkan di tengah sumpal mulutnya yg terlihat penuh dan menyembul keluar.. aku ikatkan scarf tadi dengan kuat ke belakang kepalanya dan sekarang yg terlihat di mulutnya adalah sumpal yg penuh dan di tengahnya tertahan oleh scarf yg terikat kencang. Aku ambil lagi sebuah bandana berwarna, aku lipat lebih lebar dari scarf tadi kemudian aku ikatkan menutup seluruh sumpal yg ada dimulutnya. Aku sedikit tekan sumpal di mulutnya biar lebih masuk lagi krn aku mau sumpalan itu bener-bener kencang jadi Ulvah bener bener nggak bisa mengeluarkan suara apapun kalo sudah sadar nanti. yang terdengar cuma mmmmppphhh…mmmppphh..
Aku pastikan lagi kuatnya sumpalan di mulutnya itu dan yakinkan kalo dia sudah tidak akan mampu mendorong sumpal mulutnya keluar sehingga berteriak saat sadar nanti. Aku perhatikan wajah cantik yang sudah nggak berdaya itu, dia begitu seksi dengan mulut tersumpal kaya gitu. Setelah itu aku mulai pasangkan lagi jilbab dan cadarnya dengan rapi seperti semula sehingga kalau ada yg melihat dia gak akan tau kalo sebenernya mulutnya disumpal dengan erat dan tidak bisa bersuara. Kemudian aku singkapkan pakaiannya karena aku akan mengikat tangan dan kakinya supaya dia tidak bisa lari waktu sadar nanti.. Wow tubuh yang sangat indah dan montok. Tubuh Ulvah yang ditutupi dengan jubah yang panjang dengan jilbab dan cadar. Nikmatnya tubuh Ulvah! Aku ambil beberapa tali dan aku ikat tangannya jadi satu ke belakang sehingga toketnya semakin membumbung ke atas dan terlihat semakin seksi. Kemudian dengan tali panjang ikat ke tiang besi di atas kepalanya lalu aku ikatkan ke lehernya tapi tidak terlalu kencang jadi Ulhav nggak tercekik. Aku ikatkan tali ke tiang yang berada di bawah satu aku ikat ke kaki kiri dan tiang satunya aku ikatkan ke kakinya yang satu lagi. Sehingga sekarang posisi kakinya sudah “mengangkang”.
Akhirnya sedikit demi sedikit Ulvah mulai sadar, dia kebingungan memandang sekeliling dan ke arahku… Kemudian dia menggerakkan badannya dan mulai sadar apa yg terjadi…. “MMMmmmmpppphhhh….!!!!” Sekarang dia sadar betul kalo dia sedang dalam kesulitan.. Dia mulai menyadari kalo dia terikat dan hanya bisa sedikit saja meronta..Dan dia sadar mulutnya sekarang tersumbat penuh dan erat sehingga dia tidak bisa berteriak minta tolong kecuali …mmmmmpppphhhh…yg keluar dari mulutnya.. Dia sepenuhnya sadar kalo dia tidak berdaya sampai berusaha bangkit pun sama sekali tidak bisa karena tali yang mengikat lehernya itu tersambung ke tiang di ujung tempat tidur yg menahannya utk tetep nempel di ranjang.. dan dia akhirnya sadar bahwa dia sekarang sedang DICULIK!!….mmmppphh.. Semua keadaan tadi aku perhatikan dan aku bener-benar sangat menikmati keadaan tidak berdayanya itu, terutama keadaan di saat dia kaget dan melotot takut dan bingung ke arahku saat pertama sadar keadaannya yg nggak berdaya dan hanya bisa..mmpphh.. tanpa bisa lakukan yg lain.. Ekspresi bingung, takut dari sorotan matanya ditambah suara dari mulutnya yg tertahan oleh sumpalan itu..mmmppphh..mmmppphh.. itu yg membuat aku bener2 puas dan senang dan semakin ingin lebih lagi nyicipin bagian yang lain! Aku sedikit menghardik dan membentak menyuruhnya diam saat dia tetep merengek di balik sumpalannya … Aku memintannya tenang dan berjanji tidak akan melukainya kalo dia tetep tenang dan menuruti perintahku. Aku mulai naik ke atas ranjang sambil membuka celana panjang lalu cd aku, yang memang sudah terasa sempit karena kontolku yag memang sudah bangun dari tadi. Ulvahh tetap berusaha meronta.
Tapi untuk berapa lama?! pasti sebentar lagi dia akan mulai lemas dan terangsang juga. Merontanya sudah mulai memelan. Dan itu saatnya aku memuaskan hasratku sebagai laki-laki. Dia mulai menangis, terlihat dari airmatanya yang muali keluar dari ujung matanya, tapi aku nggak perduli, aku sudah semakin “horny”. Langsung aja “adik” ku, aku gue masukan ke dalam memek Ulhav yang terasa begitu sempit (ternyata dia memang masih asli alias masih perawan). Darahpun mulai keluar dari pinggir vaginanya. Sambil melihat seluruh tubuhnya yang sudah nggak berdaya dan tidak mengunakan pakaian sehalai pun kecuali cadar yang masih menempel di wajahnya itu, aku semakin merasa “on” dan makin kuat “memompa” dari lubang vaginanya itu sambil maju mundur dengan pelan-pelan dan menikmati gesekan di dinding vagina yang masih sempit itu. Wow asik bener sesekali terdengar suara rintihannya yang hanya terdengar mmmmmppppphhh! Nafasnya yang mulai ter-engah engah sepertinya dia juga menikmatinya.
Hehehe… hari itu aku memang mendapatkan pengalaman yang tidak dapat terlupakan, aku bisa mencicipi gadis bercadar yang begitu alim ini. Aku tidak melakukannya sekali, dia nggak langsung aku lepaskan, sesekali aku ngaso dulu sambil menikmati suara “mmmppppphh” itu dari mulutnya yang aku yakin bunyinya itu “tolongg, lepasin gue, jangan lakukan lagi” Hehehe aku sangat puas hari itu, sampai 5 kali aku menyetubuh Ulvah akhwat yang cantik dan sintal ini. Wow, pengalaman yang luar biasa. Ternyata di balik cadarnya itu tersimpan kecantikan yang siap dinikmati kapan saja dan oleh kontolku!

http://www.ratumesum.com/cerita-dewasa-cewek-berjilbab-ketagihan-kontol-super/
 
Buat kawan-kawan setia blog ini yang mau mendengarkan cerita dewasa dalam bentuk audio (suara cewek bos!) silahkan klik Disini Jangan lupa rajin-rajin berkunjung ke blog ane and jaga sikap kawan-kawan terhadap saudari-saudari kita. Cewek-cewek juga manusia gan. Dipergunakan untuk keperluan pribadi, TITIK

Cerita Dewasa Wanita Berjilbab Ngentot Karena Khilaf

Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang juga merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita cerita dewasa.

Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Umur saya 38 tahun. Saya memiliki dua orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony saat ini duduk di kelas tiga SMP, sedangkan si kecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja. Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang.

Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.

Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya.
Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.

Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut penisnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap penisnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.

Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm. Samar-samar saya dapat melihat rambut kemaluannya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluannya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.

Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.
Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.

“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kont*l yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kont*l itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. mem*k saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal.

Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini, seharusnya saya bertindak sesuatu melerainya sebagai tanggung jawab seorang ibu, namun saya kesulitan mengontrol fikiran saat ini, batin saya bergejolak antara birahi yang membara dan tanggung jawab, apalagi kuluarga ini didik dengan sopan santun.

Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. kont*l yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. kont*l itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya.

Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah ………. (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).

Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis Tony yang sedang memuncrat-muncratkan air maninya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.

Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa” saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa” Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.

Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.

Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex.

Saya memang bukan orang keturunan Chinese, kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir mem*k yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri.

Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya.

Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kont*l Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam mem*k saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.

Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai shalat Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.

Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?).

Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat, apalagi jilbab. Namun, karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.

Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.

“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.

Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya.

“Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya. Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka.

Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan, ini pertama kali saya menerima tamu lelaki dengan busana tipis seperti ini. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat. Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut.
Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah atau di rumah saat menerima tamu lelaki). Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.

“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.

Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.

Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.

Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini.

Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
http://cerita-cewek-berjilbab.blogspot.co.id/2011/10/cerita-dewasa-wanita-berjilbab-ngentot.html?zx=a9cef8aca33830f8

Cerita Sex Ngentot Dewi Berjilbab





Kadangkala, Dewi merasa kesepian juga. Dulu, ia punya banyak teman. Semasa sekolah di SMSR, ia pun termasuk gadis yang pandai bergaul. Setelah menikah dan punya dua anak balita, sebetulnya ia masih sering berhubungan dengan teman-temannya. Ia pun punya banyak kenalan baru, ketika anaknya masuk TK. Tapi setahun terakhir ini, semuanya berubah. Ia dan suaminya ikut kelompok pengajian. Hingga akhirnya, ia merasa yakin jilbab panjangnya tak cukup lagi. Ia mulai mengenakan cadar hitam, hingga kini tinggal sepasang mata indahnya saja yang tampak.Sejak itulah satu persatu temannya meninggalkannya. Sebetulnya, Dewi merasa ia yang bersalah. Ialah yang meninggalkan mereka dengan tak pernah menghubunginya lagi. Dia sendiri yang mengasingkan diri !





Kesepian itu kadang mendatanginya, terutama ketika suaminya meninggalkannya mengikuti jadwal kajian lelaki. Apalagi, seringkali suaminya mengajak kedua anaknya turut serta. Seperti kali ini, Dewi sendirian di rumahnya yang tertutup rapat. Di samping kiri dan belakang rumahnya cuma semak belukar. Di samping kanan ada TK Pertiwi yang sepi di siang hari begini.



Di jalan beraspal depan rumahnya pun cuma sesekali terlihat mobil lewat. Dewi sedang membunuh sepi dengan membaca-baca majalah saat terdengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Dari jendela ruang tamu yang berkaca gelap terlihat sebuah mobil L-300 berhenti. Lalu, dari pintu belakang turun tiga sosok berjubah dan cadar rapat serba hitam. Menyusul kemudian seorang lelaki yang mengemudikan mobil itu. Dewi tak kenal lelaki berjenggot tapi tak berkumis itu. Tetapi dari tiga perempuan yang bersamanya, Dewi menduga, ia pasti salah satu teman suaminya yang beristri tiga. Karena itu, ia tak berlama-lama membuka pintu, ketika salah satu dari gadis bercadar itu mengetuknya.



“Abi ada, Mbak?” tanya lelaki itu.“Lagi ikut pertemuan,” sahut Dewi yang kini juga telah mengenakan cadarnya. Cadar Dewi yang memperlihatkan bagian matanya berbeda dengan cadar tiga perempuan di depannya.“Kalau boleh, kami mau tunggu di dalam,” lanjut lelaki itu.“Oh... silakan, silakan...,” sahut Dewi.



Dewi pun masuk ke ruang dalam bersama tiga istri lelaki itu. Lelaki berjenggot itu pun duduk di karpet yang digelar di ruang tamu. Di ruang dalam, Dewi duduk di antara tiga tamunya. Ia pun melepas cadarnya. Agak heran juga Dewi karena tiga perempuan di depannya tak melakukan hal yang sama.



“Nuwun sewu, saya belum kenal panjenengan semua...” katanya.Tiga perempuan di hadapannya terlihat saling berpandangan. Lalu, berbarengan ketiganya melepas cadar yang menutup rapat wajah mereka. Sontak Dewi menjerit dan bangkit berdiri sambil mengenakan kembali cadarnya. Ia terkejut luar biasa ketika melihat di balik cadar adalah wajah-wajah kasar tiga lelaki.“Sss...si... siapa...kalian?” katanya dengan suara gemetar.



“Nanti kamu tahu siapa kami. Yang perlu kamu tahu sekarang, jangan coba-coba berteriak, karena kami punya ini...” sahut Bar, lelaki berkumis tipis, sambil memperlihatkan belati besar bergerigi di bagian atasnya. Bar, Nas dan Sur telah melepas cadar dan jubah mereka. Tinggal T- shirt dan celana pendek di baliknya.



“Ke sini, berdiri di sini !” perintah Bar sambil mengacungkan belatinya ke arah Dewi. Dewi menggelengkan kepala sambil terisak. Ia tak mengira akan menghadapi situasi seperti ini. Tiba-tiba dilihatnya Jos, lelaki satunya, datang dari ruang tamu dan langsung mendekatinya. Dewi memekik ketika lengannya dicengkeram dan diseret ke tengah lingkaran tempat tiga lelaki itu duduk. Dewi menggigil. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Empat lelaki itu duduk mengelilinginya. Dewi merasa sangat ngeri. Tatapan keempat lelaki itu seperti menelanjanginya.



“Aihhh... “ perempuan itu memekik dan langsung menepis tangan Bar yang meremas pantatnya. Namun, saat bersamaan, Sur menyentuh pangkal pahanya yang tertutup busana panjang berwarna hitam.“Jangan... ohhh... tolong... jangan....” katanya memelas, sambil

kini menepis tangan Sur.“Sekali lagi tanganmu bergerak, kupotong dengan belati ini!” ancam



Bar. Ditangkapnya tangan Dewi yang berbungkus sarung tangan hitam dan berlagak menekan belatinya ke pergelangan tangan Dewi. Ibu muda itu ketakutan. Kedua tangannya kini terulur diam ke kedua sisi tubuhnya. Empat pasang tangan kini berebut menjamah tubuhnya yang masih tertutup busana rapat.



Sur melanjutkan meremas-remas pangkal pahanya. Bar menjamah pantatnya sesuka hati. Dewi merasakan dua pasang tangan lainnya mulai merogoh lewat bagian bawah jubahnya. Kedua kakinya ditarik ke arah berlawanan sejauh setengah meter, hingga ia terpaksa berdiri mengangkang. Tangan Jos meraba betisnya, terus naik ke kedua paha dan berhenti di pinggulnya. Dewi menangis saat merasa Jos menarik turun rok dalam sekaligus celana dalamnya. Sur dan Bar makin semangat meremas bagian favorit mereka. Tapi Nas tertarik bagian lain. Ia berdiri dan menyampirkan jilbab lebar Dewi ke pundaknya. Tangannya merapatkan busana lebar Dewi ke tubuhnya hingga gundukan payudara Dewi terlihat. Dewi memejamkan matanya saat Nas dengan penuh nafsu meremas-remas kedua payudaranya dari luar pakaiannya.Dewi menggeliat-geliat antara takut dan sensasi yang aneh. Matanya mendadak mendelik ketika merasakan tangan Jos di balik jubahnya menyentuh bagian tubuhnya yang paling pribadi. Jemari Jos terasa berusaha membuka celah vaginanya. Dewi bisa merasakan, tampaknya dua jari Jos telah terjepit pintu liang vaginanya.



“Aaaakkkkhhhh....sakkkiiiittt....” Dewi merintih kesakitan. Sebab, Jos tiba-tiba mendorong dua jarinya masuk jauh ke liang vaginanya. Jos mendiamkan sejenak dua jarinya di dalam. Ia merasakan dinding vagina Dewi meremas-remas kedua jarinya. Dewi merintih-rintih. Tangannya berusaha menepis tangan Jos, tapi Bar malah menariknya ke belakang dan memeganginya.Dewi menggeliat-geliat, Jos mulai menggerakkan kedua jarinya berputar- putar.“Memekmu boleh juga. Kontolku pasti betah di situ,” kata Jos, kini sambil menarik turun kedua jarinya.



“Ohhh...oooohhh... sudahhh... sakit sekali... ohhh....Aaaaakkkkhhh....” Dewi merintih dan tiba-tiba menjerit ketika Jos dengan tiba-tiba mendorong kembali kedua jarinya sejauh mungkin. Dewi sampai berjingkat dibuatnya. Apalagi Jos kemudian dengan gerak cepat menusuk-nusuk vagina perempuan itu. Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuat Dewi tak begitu memperhatikan yang dilakukan Nas. Lelaki itu ternyata telah membuka empat kancing atas jubah Dewi. Kulit dada Dewi yang putih mulus sudah terlihat.



Dewi baru sadar dan memekik ketika tangan Nas langsung merogoh ke balik branya. Seperti kesetanan, Nas menarik keluar kedua payudara Dewi. Dua gundukan daging itu kini merojol dan menjulang tersangga branya yang masih terpasang. Nas langsung meremas-remas dan mengulum kedua putingnya berganti-ganti.Laki-laki lainnya tak tahan lagi. Mereka mulai mencabik-cabik jubah Dewi. Dewi memekik-mekik.



Dalam sekejap, tinggal bra dan cd yang masih melekat serta jilbab, cadar, kaus kaki dan kaus tangan hitamnya. Bra dan cd pun segera melayang disambar belati.Dewi seperti kelinci yang dikeroyok kawanan serigala. Tubuh telanjangnya yang berkulit sawo matang dijamah komplotan itu habis- habisan. Jos masih mendorong dua jarinya keluar masuk vagina Dewi yang tampak bekas dicukur bersih. Nas dan Bar berebut mengulum sepasang payudaranya. Sementara Sur meremas-remas pantatnya yang bundar.Dewi menjerit agak keras ketika tubuhnya dibaringkan telentang di karpet. Dia meronta-ronta dengan sia-sia. Bar mengangkangi wajahnya dan langsung menarik turun cadar hitamnya.



“Emut kontolku !” perintahnya.Dewi terisak-isak. Kepalanya menggeleng-geleng, menghindari penis Bar yang menuding wajah lembutnya. Apalagi, di saat yang sama, ia merasakan pangkal pahanya dijilati Jos. Sementara dua lelaki lainnya tak bosan-bosan mengulum kedua putingnya. Bar tak sabar. Dipencetnya hidung mancung perempuan muda itu. Tak bisa bernapas, Dewi akhirnya membuka mulutnya. Saat itulah yang dinanti-nanti Bar. Ia langsung memasukkan penisnya ke bibir Dewi yang terbuka. Jerit tangis Dewi terbungkam oleh penis Bar yang besar. Di tengah rasa ingin muntah dan kesulitan bernapas, Dewi mencemaskan hal lain. Sesuatu yang keras tengah menekan permukaan liang vaginanya. Jos yang sejak tadi menjilati pangkal pahanya, kini memang dalam posisi siap menyetubuhinya. Jerit kesakitan Dewi terbungkam penis Bar, saat Jos dengan kekuatan penuh mendorong penisnya melesak ke dalam vaginanya yang rapat. Dari mata Dewi menitik cairan bening.



Sama sekali ia tak menyangka bakal mengalami penistaan hebat seperti ini. Jos langsung menggenjot penisnya keluar masuk dengan gerak cepat dan kasar. Rupanya ia sudah memendam hasrat terlalu lama. Buktinya, tak sampai lima menit ia menggereng dan mendorong penisnya sampai ke dasar liang vagina Dewi dan menyemburkan spermanya.Dewi merintih-rintih. Di tengah rasa sakit di pangkal pahanya, ia mencemaskan penis yang tengah dikulumnya. Sebab, Bar kini berhenti menggerakkan penisnya hingga terasa kerongkongannya tertekan kepala penis lelaki itu. Lalu, penis itu sejenak terasa berdenyut dan menyemburkan cairan kental yang langsung memenuhi rongga mulutnya.



Dewi melotot. Ia coba meronta melepaskan diri. Tapi sia-sia. Perempuan itu terpaksa menelan sebagian besar sperma Bar. Ketika Bar dan Jos akhirnya melepaskan dirinya, Dewi terbatuk-batuk. Dari sela bibirnya menetes sebagian sperma Bar. Sementara sperma Jos meleleh keluar dari bibir vaginanya yang agak terbuka.Dewi menggulung dirinya, meringkuk miring di lantai. Nas dan Sur yang sejak tadi hanya menonton kini berjongkok di dekatnya. Sur bahkan langsung menarik pinggul Dewi hingga kini ia dalam posisi nungging. Nas mencengkeram dan meremas-remas kedua payudaranya yang berayun menggantung.



“Aaaakhhh... sudddahhhh....jangnggaaannn....!” Dewi memekik dengan suara serak saat telapak tangan Sur mendarat di selangkangannya. Percuma saja. Sur tanpa banyak bicara langsung menyetubuhinya. Dewi menjerit-jerit kesakitan. Apalagi Nas kini memelintir-melintir kedua putingnya. Khawatir jeritan Dewi terdengar tetangga, Jos maju ke depannya. Diangkatnya dagu Dewi, dipaksanya ia mengulum penisnya yang berlumur sperma..



Tak sampai 10 menit Sur memperkosa Dewi. Tapi gayanya yang brutal begitu menyakiti perempuan itu. Apalagi, beberapa saat sebelum sampai puncak, Sur beralih ke depan, menggantikan posisi Jos dan menumpahkan spermanya ke mulut perempuan alim itu. Beberapa semburan terakhir diarahkannya ke wajah sendu Dewi.Sekujur tubuh Dewi lemas, karena kelelahan dan kesakitan. Karena itu, ia hanya bisa merintih lemah saat Jos dengan penisnya yang kembali mengeras menjadikan anusnya sebagai sasaran. Dua jari Jos yang dibasahinya dengan sperma teman-temannya dalam vagina Dewi, kini dipaksanya masuk ke lubang anus Dewi yang sempit.“Euungggghhhhhhh....” Dewi merintih kesakitan. Apalagi Jos kemudian menggerakkan kedua jarinya berputar-putar, seperti hendak melebarkan lubangsempit itu. Begitu merasa cukup, Jos menggantikan jarinya dengan penisnya. Meski kesulitan, masuk juga batang penis Jos sampai setengahnya diiringi suara pekik Dewi seperti binatang disembelih. Mula-mula perlahan saja Jos menggerakkan penisnya keluar masuk.. Tapi, lama kelamaan ia melakukannya dengan brutal. Darah mengalir lewat kedua pahanya. Rintih kesakitan Dewi pun lagi-lagi dibungkam.. Kali ini oleh penis Nas.



Tiba-tiba Jos menarik tubuhnya, hingga kini ia terduduk di pangkuan lelaki itu dengan penisnya menancap dalam ke lubang anusnya. Dewi menggigit bibirnya menahan sakit luar biasa. Jos tidak berhenti, ia kemudian berbaring dengan kedua tangannya berpegangan pada sepasang buah dada Dewi yang kini terlentang di atasnya. Sur tak membuang kesempatan itu, langsung memaksa Dewi mengulum lagi penisnya.“Ayo Nas, sodok memek cewek ini,” perintah Jos pada temannya yang belum mendapat bagian sejak tadi. Tanpa diperintah dua kali, Nas langsung menindih Dewi. Tubuh perempuan bercadar hitam itu menggigil hebat saat dua lubang yang bersebelahan di bagian bawah tubuhnya dimasuki dua benda keras bersamaan. Kalau saja bisa, Dewi pasti sudah berteriak histeris. Tapi penis Sur membuatnya hanya mampu mengeluarkan rintihan lemah.



Nas dan Jos seperti kesetanan menggarap tubuh perempuan berwajah lembut itu. Keduanya berebut memasukkan penis mereka sejauh-jauhnya ke dua lubang yang bersebelahan itu. Tangan-tangan kasar mereka juga berebut mencengkeram, mencubit dan mencakar sepasang payudara montok Dewi. Gundukan daging yang semula mulus itu kini penuh goresan dan bekas memar membiru. Di pucuk puting kirinya malah menitik darah. Kedua pemerkosa Dewi akhirnya mencapai puncak kenikmatan dengan menyemburkan sperma masing-masing ke vagina dan anusnya. Tapi penderitaan Dewi belum berakhir. Bar kini memaksanya kembali ke posisi doggy. Penisnya dengan mudah masuk ke vagina Dewi yang basah kuyup oleh sperma pemerkosa-pemerkosa sebelumnya. Dewi memekik agak keras ketika lagi-lagi tubuhnya ditarik ke belakang hingga kini terbaring di atas tubuh Bar. Penis Bar yang menusuk vaginanya terasa seperti tongkat keras yang mengungkit bagian sensitif tubuhnya.



“Hey Sur... ayo kita bikin two in one !” teriak Nas sambil tangannya meremas-remas payudara Dewi yang memar. Sur yang sedang asyik mengurut-urut penisnya yang tadi tegang kembali karena dikulum Dewi, menyeringai mendengar ajakan itu. Ia langsung menempatkan dirinya di hadapan pangkal paha Dewi. Dewi pasti sudah menjerit histeris saat Sur memaksa penisnya masuk ke vagina yang sudah disesaki penis Bar, kalau saja Jos tidak memaksanya mengulum penisnya yang berlendir. Dua penis kini berebut menyodok- nyodok bagian tubuh yang paling dijaganya sepanjang hidup. Dewi tak sanggup lagi. Hanya beberapa saat sebelum Bar dan Sur berurutan menembakkan sperma mereka ke dalam vaginanya, Dewi pingsan. Keempat lelaki itu pun berbenah dan meninggalkan korbannya tergeletak tak berdaya di lantai ruang tengah rumahnya. Jos sempat-sempatnya memasukkan gagang sapu ke vagina Dewi sebelum mereka akhirnya pergi....

http://masjawika.blogspot.co.id/2012/11/cerita-sex-ngentot-dewi-berjilbab.html

Ngentot Teman Kerja Perempuan Solehah Berjilbab

Thursday, September 25th, 2014 - Skandal
Seks Ngentot Cewek BerjilbabSebuah kisah seorang pria ngentot teman kerja perempuannya yang selama ini terkenal solehah dan berjilbab rapi serta sudah bersuami. Simak selengkapnya berikut ini cerita ngentotnya!
Di kantorku ada seorang wanita berjilbab yang sangat cantik dan anggun. Tingginya sekitar 165 cm dengan tubuh yang langsing. Kulitnya putih dengan lengsung pipit di pipi menambah kecantikannya, suaranya halus dan lembut. Setiap hari dia mengenakan baju gamis yang panjang dan longgar untuk menyembunyikan lekuk tubuhnya, namun aku yakin bahwa tubuhnya pasti indah. Namanya Fatma, dia sudah bersuami dan beranak 2, usianya sekitar 30 tahun. Dia selalu menjaga pandangan matanya terhadap lawan jenis yang bukan muhrimnya, dan jika bersalamanpun dia tidak ingin bersentuhan tangan. Namun kesemua itu tidak menurunkan rasa ketertarikanku padanya, bahkan aku semakin penasaran untuk bisa mendekatinya apalagi sampai bisa menikmati tubuhnya…., Ya…. Benar… Aku memang terobsesi dengan temanku ini. Dia betul-betul membuatku penasaran dan menjadi objek khayalanku siang dan malam di saat kesendirianku di kamar kost. Aku sebenarnya sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak yang masih kecil-kecil, namun anak dan istriku berada di luar kota dengan mertuaku, sedangkan aku di sini kost dan pulang ke istriku seminggu sekali. Kesempatan untuk bisa mendekatinya akhirnya datang juga,
Ketika aku dan dia ditugaskan oleh atasan kami untuk mengikuti workshop di sebuah hotel di kota Bandung selama seminggu.
Hari-hari pertama workshop aku berusaha mendekatinya agar bisa berlama-lama ngobrol dengannya, namun Dia benar-benar tetap menjaga jarak denganku, hingga pada hari ketiga kami mendapat tugas yang harus diselesaikan secara bersama-sama dalam satu unit kerja.
Hasil pekerjaan harus diserahkan pada hari kelima. Untuk itu kami bersepakat untuk mengerjakan tugas tersebut di kamar hotelnya, karena kamar hotel yang ditempatinya terdiri dari dua ruangan, yaitu ruang tamu dan kamar tidur.
Sore harinya pada saat tidak ada kegiatan workshop, aku sengaja jalan-jalan untuk mencari obat perangsang dan kembali lagi sambil membawa makanan dan minuman ringan.
Sekitar jam tujuh malam aku mendatangi kamarnya dan kami mulai berdiskusi tentang tugas yang diberikan. Selama berdiskusi kadang-kadang Fatma bolak-balik masuk ke kamarnya untuk mengambil bahan-bahan yang dia simpan di kamarnya, dan pada saat dia masuk ke kamarnya untuk kembali mengambil bahan yang diperlukan maka dengan cepat aku membubuhkan obat perangsang yang telah aku persiapkan.
Dan aku melanjutkan pekerjaanku seolah-olah tidak terjadi apa-apa ketika dia kembali dari kamar. Hatiku mulai berbunga-bunga, karena obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya mulai bereaksi. Hal ini tampak dari deru napasnya yang mulai memburu dan duduknya gelisah serta butiran-butiran keringat yang mulai muncul dikeningnya. Selain itu pikirannyapun nampaknya sudah susah untuk focus terhadap tugas yang sedang kami kerjakan Namun dengan sekuat tenaga dia tetap menampilkan kesan sebagai seorang wanita yang solehah, walaupun seringkali ucapannya secara tidak disadarinya disertai dengan desahan napas yang memburu dan mata yang semakin sayu.
Aku masih bersabar untuk tidak langsung mendekap dan mencumbunya, kutunggu hingga reaksi obat perangsang itu benar-benar menguasainya sehingga dia tidak mampu berfikir jernih. Setelah sekitar 30 menit, nampaknya reaksi obat perangsang itu sudah menguasainya, hal ini Nampak dari matanya yang semakin sayu dan nafas yang semakin menderu serta gerakan tubuh yang semakin gelisah.
Dia sudah tidak mampu lagi focus pada materi yang sedang didiskusikan, hanya helaan nafas yang tersengal diserta tatapan yang semakin sayu padaku. Aku mulai menggeser dudukku untuk duduk berhimpitan disamping kanannya, dia seperti terkejut namun tak mampu mengeluarkan kata-kata protes atau penolakan, hanya Nampak sekilas dari tatapan matanya yang memandang curiga padaku dan ingin menggeser duduknya menjauhiku, namun nampaknya pengaruh obat itu membuat seolah-olah badannya kaku dan bahkan seolah-olah menyambut kedatangan tubuhku.
Setelah yakin dia tidak menjauh dariku, tangan kiriku mulai memegang tangan kanannya yang ia letakkan di atas pahanya yang tertutup oleh baju gamisnya. Tangan itu demikian halus dan lembut, yang selama ini tidak pernah disentuh oleh pria selain oleh muhrimnya. Tangannya tersentak lemah dan ada usaha untuk melepaskan dari genggamanku, namun sangat lemah bahkan bulu-bulu halus yang ada di lengannya berdiri seperti dialiri listrik ribuan volt. Matanya terpejam dan tanpa sadar mulutnya melenguh..
”Ouhh….”, tangannya semakin basah oleh keringat dan tanpa dia sadari tangannya meremas tanganku dengan gemas.
Aku semakin yakin akan reaksi obat yang kuberikan… dan sambil mengutak-atik laptop, tanpa sepengetahuannya aku aktifkan aplikasi webcam yang dapat merekam kegiatan kami di kursi panjang yang sedang kami duduki dengan mode tampilan gambar yang di hide sehingga kegiatan kami tak terlihat di layar monitor. Lalu tangan kananku menggenggam tangan kanannya yang telah ada dalam genggamanku, tangan kiriku melepaskan tangan kanannya yang dipegang dan diremas mesra oleh angan kananku, sehingga tubuhku menghadap tubuhnya dan tangan kiriku merengkuh pundaknya dari belakang. Matanya medelik marah dan dengan terbata-bata dan nafas yang memburu dia berkata
“Aaa…aapa..apaan….nih……Pak..?”
Dengan lemah tangan kirinya berusaha melepaskan tangan kiriku dari pundaknya. Namun gairahku semakin meninggi, tanganku bertahan untuk tidak lepas dari pundaknya bahkan dengan gairah yang menyala-nyala wajahku langsung mendekati wajahnya dan secara cepat bibirku melumat gemas bibir tipisnya yang selama ini selalu menggoda nafsuku. Nafsuku semakin terpompa cepat setelah merasakan lembut dan nikmatnya bibir tipis Fatma, dengan penuh nafsu kuhisap kuat bibir tipis itu.
“Ja..jangan …Pak Ouhmmhhh… mmmhhhh…”
Hanya itu kata yang terucap dari bibirnya.. karena bibirnya tersumpal oleh bibirku.
Dia memberontak.., tapi kedua tangannya dipegang erat oleh tanganku, sehingga ciuman yang kulakukan berlangsung cukup lama.
Fatma terus memberontak…, tapi gairah yang muncul dari dalam dirinya akibat efek dari obat perangsang yang kububuhkan pada minumannya membuat tenaga berontaknya sangat lemah dan tak berarti apa-apa pada diriku. Bahkan semakin lama kedua tangannya bukan berusaha untuk melepaskan dari pegangn tanganku tapi seolah mencengkram erat kedua tanganku seperti menahan nikmatnya rangsangan birahi yang kuberikan padanya, perlahan namun pasti bibirnya mulai membalas hisapan bibirku, sehingga terjadilah ciumannya yang panas menggelora, matanya tertutup rapat menikmati ciuman yang kuberikan.
Pegangan tanganku kulepaskan dan kedua tanganku memeluk erat tubuhnya sehingga dadaku merasakan empuknya buahdada yang tertutup oleh baju gamis yang panjang.
Dan kedua tangannyapun memeluk erat dan terkadang membelai mesra punggungku. Bibirku mulai merayap menciumi wajahnya yang cantik, tak semilipun dari permukaan wajahnya yang luput dari ciuman bibirku. Mulutnya ternganga… matanya mendelik dengan leher yang tengadah…
”Aahhh….. ouh…… mmmhhhh…. eehh… ke.. na.. pa….. begi..nii…ouhhh …”
Erangan penuh rangsangan keluar dari bibirnya disela-sela ucapan ketidakmengertian yang terjadi pada dirinya..
Sementara bibirku menciumi wajah dan bibirnya dan terkadang lehernya yang masih tertutup oleh jilbab yang lebar…, secara perlahan tangan kanan merayap ke depan tubuhnya dan mulai meremas buah dadanya..
”Ouhhh….aahhh…”
Kembali dia mengerang penuh rangsangan. Tangan kirinya memegang kuat tangan kananku yang sedang meremas buahdadanya. Tetapi ternyata tangannya tidak berusaha menjauhkan telapak tanganku dari buahdadanya, bahkan mengarahkan jariku pada putting susunya agar aku mempermainkan putting susunya dari luar baju gamis yang dikenakannya
“ouh…ouh…ohhh…..”
Erangan penuh rangsangan semakin tak terkendali keluar dari mulutnya Telapak tanganku dengan intens mempermainkan buahdadanya…, keringat sudah membasahi gamisnya…, bahkan tangan kanannya dengan gemas merengkuh belakang kepalaku dan mengacak-ngacak rambutku serta menekan wajahku agar ciuman kami semakin rapat…
Nafasnya semakin memburu dengan desahan dan erangan nikmat semakin sering keluar dari mulutnya yang indah. Tangan kananku dengan lincah mengeksplorasi buahdada, pinggang dan secara perlahan turun ke bawah untuk membelai pingggul dan pantatnya yang direspon dengan gerakan menggelinjang menahan nikmatnya nafsu birahi yang terus menderanya. Tangan kananku semakin turun dan membelai pahanya dari luar gamis yang dikenakannya… dan terus kebawah hingga ke ujung gamis bagian bawah. lalu tanganku menyusup ke dalam sehingga telapak tanganku bisa langsung menyentuh betisnya yang jenjang..
Ouhhh… sungguh halus dan lembut terasa betis indah ini, membuat nafsuku semakin membumbung tinggi, penisku semakin keras dan bengkak sehingga terasa sakit karena terhimpit oleh celana panjang yang kukenakan, maka secara tergesa-gesa tangan kiriku menarik sleting celana dan mengeluarkan batang penisku yang tegak kaku.
Dari sudut matanya, Fatma melihat apa yang kulakukan dan dengan mata yang terbelalak dan mulut ternganga ia menjerit pelan melihat penisku yang tegak kaku keluar dari dalam celana
”Aaaihhh…”.
Dari sorot matanya, tampak gairah yang semakin menyala-nyala ketika menatap penis tegakku. Belaian tangan kananku semakin naik ke atas…., ke lututnya, lalu…. Cukup lama bermain di pahanya yang sangat halus…., Fatma semakin menggelinjang ketika tangan kananku bermain di pahanya yang halus, dan mulutnya terus-terusan mengerang dan mengeluh nikmat
“ Euhh….. ouhhhh….. hmmmnnn…. Ahhhhh……”
Tanganku lalu naik menuju pangkal paha…., terasa bahwa bagian cd yang berada tepat di depan vaginanya sudah sangat lembab dan basah. Tubuhnya bergetar hebat ketika jari tanganku tepat berada di depan vaginanya, walaupun masih terhalang CD yang dikenakannya…, tubuhnya mengeliat kaku menahan rangsangan nikmat yang semakin menderanya sambil mengeluarkan deru nafas yang semakin tersengal
“Ouh….ouhhhh…”
Ketika tangan kananku menarik CD yang ia kenakan…., ternyata kedua tangan Fatma membantu meloloskan CD Itu dari tubuhnya. Kusingkapkan bagian bawah gamis yang ia kenakan ke atas hingga sebatas pinggang, hingga tampak olehku vaginanya yang indah menawan, kepalanya kuletakan pada sandaran lengan kursi..,
kemudian pahanya kubuka lebar-lebar.., kaki kananku menggantung ke bawah kursi, sedangkan kaki kiriku terlipat di atas kursi. Dengan masih mengenakan celana panjang, kuarahkan penisku yang keluar melalui sleting yang terbuka ke lubang vagina yang merangsang dan sebentar lagi akan memberikan berjuta-juta kenikmatan padaku.
Ku gesek-gesekan kepala penisku pada lipatan liang vaginanya yang semakin basah..
”Auw…auw….. Uuhhhh….. uuuhhh…. Ohhh ….”
Dia mengaduh dan mengeluh… membuatku bertanya-tanya apakah ia merasa kesakitan atau menahan nikmat, tapi kulihat pantatnya naik turun menyambut gesekan kepala penisku seolah tak sabar ingin segera dimasuki oleh penisku yang tegang dan kaku…. Lalu dengan hentakan perlahan ku dorong penisku dan… Blessshhh….
Kepala penisku mulai menguak lipatan vaginanya dan memasuki lorong nikmat itu dan..
“AUW… AUW…. Auw… Ouhhh……uhhhh…… aaahhhh…”
Tanpa dapat terkendali Fatma mengaduh dan mengerang nikmat dan mata terpejam rapat…., rintihan dan erangan Fatma semakin merangsangku dan secara perlahan aku mulai memaju mundurkan pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya dan memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.
Hal yang luar biasa dari Fatma ternyata dia terus mengaduh dan mengerang setiap aku menyodokkan batang penisku ke dalam vaginanya. Rupanya dia merupakan tipe wanita yang selalu mengaduh dan mengerang tak terkendali dalam mengekspresikan rasa nikmat seksual yang diterimanya. Tak berapa lama kemudian, tanpa dapat kuduga, kedua tangan Fatma merengkuh pantatku dan menarik pantatku kuat-kuat dan pantatnya diangkatnya sehingga seluruh batang penisku amblas ditelan liang vagina yang basah, sempit dan nikmat. Lalu tubuhnya kaku sambil mengerang nikmat
“Auuuww…. Auuuwww…… Auuuuuhhhh….. Aakkkhhhh…..”
kedua kakinya terangkat dan betisnya membelit pinggangku dengan telapak kaki yang menekan kuat pantatku hingga gerakan pantatku agak terhambat dan kedua tangannya merengkuh pundakku dengan kuat dan beberapa saat kemudian tubuhnya kaku namun dinding vaginanya memijit dan berkedut sangat kuat dan nikmat membuat mataku terbelalak menahan nikmat yang tak terperi
Lalu …. badannya terhempas lemah…, namun liang vaginanya berkedut dan meremas dengan sangat kuat batang penisku sehingga memberikan sensasi nikmat yang luar biasa.
Gairah yang begitu tinggi akibat rangsangan yang diterimanya telah mengantarnya menuju orgasmenya yang pertama. Keringat tubuhku membasahi baju membuatku tidak nyaman, sambil membiarkannya menikmati sensasi nikmatnya orgasme yang baru diperolehnya dengan posisi penisku yang masih menancap di liang vaginanya, aku membuka bajuku hingga bertelanjang dada tetapi masih mengenakan celana panjang.
Lalu secara perlahan aku mulai mengayun pantatku agar penisku mengocok liang vaginanya.
Rasa nikmat kembali menderaku akibat gesekan dinding vaginanya dengan batang penisku. Perlahan namun pasti, pantat Fatma merespon setiap gerakan pantatku. Pinggul dan pantatnya bergoyang dengan erotis membalas setiap gerakanku.
Mulutnyapun kembali mengaduh mengekspresikan rasa nikmat yang kembali dia rasakan
“Auw…Auw… Auuuwww…. Ouhhh…. Aahhh…”
Rangsangan dan rasa nikmat yang kurasakanpun semakin menjadi-jadi. Dan erangan nikmatnyapun terus-menerus diperdengarkan oleh bibirnya yang tipis menggairahkan sambil kepala yang bergoyang kekiri dan ke kanan diombang-ambingkan oleh rasa nikmat yang kembali menderanya
“Auw…Auw… Auuuwww…. Oohhh… ohhh… oohhh…”
Erangan nikmat semakin tak terkendali dan seolah puncak kenikmatan akan kembali menghampirinya hal ini tampak dari gelinjang tubuhnya yang semakin cepat dan kedua tangannya yang kembali menarik-narik pantatku agar penisku masuk semakin dalam mengobok-obok liang nikmatnya dan kedua kakinya sudah mulai membelit pantatku. Namun aku mencabut penisku , dan hal itu membuat Fatma gelagapan sambil berkata terbata-bata
“Ke..napa…..di cabut…? Ouh…. Oh…”
Dengan sorot mata protes dan napas yang tersengal-sengal…
“Ribet ….”
Kataku, sambil berdiri dan membuka celana panjang sekaligus dengan CD yang kukenakan.
Lalu sambil menatapnya
“Gamisnya buka dong..!”
Dia menatapku ragu.., namun dorongan gairah telah membutakan pikirannya apalagi dengan penuh gairah dia melihatku telanjang bulat di hadapannya, maka dengan tergesa-gesa dia berdiri dihadapanku dan melolosi seluruh pakaian yang dikenakannya…, mataku melotot menikmati pemandangan yang menggairahkan itu. Oohhh….
kulitnya benar-benar putih dan halus, penisku terangguk-angguk semakin tegang dan keras. Dia melepaskan gamis dan BHnya sekaligus, hingga dihadapanku telah berdiri bidadari yang sangat cantik menggairahkan dalam keadaan bulat menantangku untuk segera mencumbunya.
Dalam keadaan berdiri aku langsung memeluknya dan bibirku mencium bibirnya dengan penuh gairah…. Diapun menyambut ciumanku dengan gairah yang tak kalah panasnya. Bibir dan lidahku menjilati bibir, pipi lalu ke lehernya yang jenjang yang selama ini selalu tertutup oleh jilbabnya yang lebar…. Fatma mendongakkan kepala hingga lehernya semakin mudah kucumbu… Penisku yang tegang menekan-nekan selangkangannya membuat dia semakin bergairah.
Dengan gemetar, tangannya meraih batang penisku dan mengarahkan kedepan liang vaginanya yang sudah sangat basah dan gatal., kaki kanannya dia angkat keatas kursi sehingga kepala penisku lebih mudah menerobos liang vaginanya dan blesshh….. kembali rasa nikmat menjalar di sekujur pembuluh nadiku dan mata Fatmapun terpejam merasakan nikmat yang tak terperi dan dari mulutnyapun erangan nikmat
“Auw… Auww… Oohh….. akhhh….”
Kepalanya terdongak dan kedua tangannya memeluk erat punggungku. Lalu pantatku mulai bergerak maju mundur agar batang penisku menggesek dinding vaginanya yang sempit, basah dan berkedut nikmat menyambut setiap gesekan dan kocokan batang penisku yang semakin tegang dan bengkak. Diiringi dengan rintihan nikmat Fatma yang khas… …
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”
Sambil pantatku memompa liang vaginanya yang nikmat, kepala Fatma semakin terdongak ke belakang sehingga wajahku tepat berada didepan buahdadanya yang sekal dan montok, maka mulut dan lidahku langsung menjilati dan menghisap buah dada indah itu.. putting susunya semakin menonjol keras. Fatma semakin mengerang nikmat…
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”
Gerakan tubuh Fatma semakin tak terkendali, dan tiba-tiba kedua kakinya terangkat dan membelit pinggangku, kemudian dia melonjak-lonjankkan tubuhnya sambil memeluk erat tubuhku sambil menjerit semakin keras …
”Auw… Auw… Ouhh… ouhh…ahhh…”.
Kedua tanganku menahan pantatnya agar tidak jatuh dan penisku tidak lepas dari liang vaginanya sambil merasakan nikmat yang tak terperi… Tak lama kemudian kedua tangannya memeluk erat punggungku dan mulutnya menghisap dan menggigit kuat leherku. Tubuhnya kaku…., dan dinding vaginanya meremas dan memijit-mijit nikmat batang penisku. Dan tak lama kemudian
“AAAAUUUUWWWW………..Hhhooohhhh….”
Dia mengeluarkan jeritan dan keluhan panjang sebagai tanda bahwa dia telah mendapatkan orgasme yang kedua kali…
Tubuhnya melemas dan hampir terjatuh kalau tak ku tahan. Lalu dia terduduk di kursi sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal, badannya basah oleh keringat yang bercucuran dari seluruh pori-pori tubuhnya.
Tapi dibalik rasa lelah yang menderanya, gairahnya masih menyala-nyala ketika melihat batang penisku yang masih tegang mengangguk-angguk. Aku duduk disampingnya dengan nafas yang memburu oleh gairah yang belum terpuaskan. Tiba-tiba dia berdiri membelakangiku, kakinya mengangkang dan pantatnya diturunkan mengarahkan liang vaginanya agar tepat berada diatas kepala penisku yang berdiri tegak.
Tangan kanannya meraih penisku agar tepat berada di depan liang vaginanya dan … bleshhhh….
“AUUWW…. Auww…. Ahhhh…”
Secara perlahan dia menurunkan pantatnya sehingga kembali batang penisku menyusuri dinding vagina yang sangat nikmat dan memabukkan..
”Aaahhh……”
erangan nikmat kembali keluar dari mulutnya. Lalu dia mulai menaik turunkan pantatnya agar batang penisku mengaduk-ngaduk vaginanya dari bawah..
Semakin lama gerakannya semakin melonjak-lonjak sambil tiada henti mengerang penuh kenikmatan, kedua tanganku memegang kedua buahdadanya dari belakang sambil meremas dan mempermainkan putting susu yang semakin keras dan menonjol. Kepalanya mulai terdongak dan menoleh kebelakang mencari bibirku atau bagian leherku yang bisa diciumnya dan kamipun berciuman dalam posisi yang sangat menggairahkan… lonjakan tubuhnya semakin keras dan kaku dan beberapa saat kemudian kembali batang penisku merasakan pijatan dan remasan yang khas dari seorang wanita yang mengalami orgasme sambil menjerit nikmat
“AAAUUUUUWWWWW…….. Aaakkhhhh………”
Namun saat ini, aku tidak memberi waktu padanya untuk beristirahat, karena aku merasa ada dorongan dalam tubuhku untuk segera mencapai puncak, karena napasku sudah tersengal-sengal tidak teratur, maka kuminta ia untuk posisi nungging dengan kaki kanan di lantai sedang kaki kiri di tempat duduk kursi sedangkan kedua tangannya bertahan pada kursi. Lalu kaki kananku menjejak lantai sedang kaki kiriku kuletakkan dibelakang Kaki kirinya sehingga selangkanganku tepat berada di belahan pantatnya yang putih, montok dan mengkilat oleh basahnya keringat. Tangan kananku mengarahkan kepala penisku tepat pada depan liang vaginanya yang basah dan semakin menggairahkan. Lalu aku mendorong pantatku hingga blessshhh….
“Auw… Auw… Ouhhhh….”
Kembali ia mengeluh nikmat ketika merasakan batang penisku kembali memasuki dirinya dari belakang. Kugerakan pantatku agar batang penisku kembali mengocok dinding vaginanya. Fatma memaju mundurkan pantatnya menyambut setiap sodokan batang penisku sambil tak henti-henti mengerang nikmat..Ouh… ohhh…ayoo.. Pak…ayo… ohh…ouhh…” Rupanya dia merasakan batang penisku yang semakin kaku dan bengkak yang menandakan bahwa beberapa saat lagi aku mencapai orgasme. Dia semakin bergairah menyambut setiap sodokan batang penisku, hingga akhirnya gerakan tubuhku semakin tak terkendali dan kejang-kejang dan pada suatu titik aku menancapkan batang penisku sedalam-dalamnya pada liang vaginanya yang disambut dengan remasan dan pijitan nikmat oleh dinding vaginanya sambil berteriak nikmat
“Auuuuwwwhhhhhhh…… Aakkhhh…….”
Dan diapun berteriak nikmat bersamaan denganku. Dan Cretttt…. Creeetttt… crettttt spermaku terpancar deras membasahi seluruh rongga diliang vaginanya yang nikmat…
Tubuh Fatma ambruk telungkup dikursi dan tubuhkupun terhempas di kursi sambil memeluk tubuhnya dari belakang dengan helaan napas yang tersengal-sengal kecapaian… punggungku tersandar lemas pada sandaran kursi sambil berusaha menarik nafas panjang menghirup udara sebanyak-banyaknya.
Dan kuperhatikan Fatmapun tersungkur kelelahan sambil telungkup di atas kursi. Sambil beristirahat mengumpulkan napas dan tenaga yang hilang akibat pergumulan yang penuh nikmat, mataku menatap tubuh bugil Fatma yang basah oleh keringat. Dan terbayang olehku betapa liarnya Fatma barusan pada saat dia mengekspresikan kenikmatan seksual yang menghampirinya. Semua itu diluar dugaanku.
Aku tak menyangka Fatma yang demikian anggun dan lemah lembut bisa demikian liar dalam bercinta…… Mataku menyusuri seluruh tubuh Fatma yang bugil dan basah oleh keringat….
Uhhh……. .. Tubuh itu benar-benar sempurna …… Putih , halus dan mulus…. Beruntung sekali malam ini aku bisa menikmati tubuh indah ini.
Aku terus menikmati pemandangan indah ini, sementara Fatma nampaknya benar-benar kelelahan sehingga tak sadar bahwa aku sedang menikmati keindahan tubuhnya… Semakin aku memandangi tubuh indah itu, perlahan-lahan gairahku muncul kembali seiring dengan secara bertahap tubuhku pulih dari kelelahan yang menimpaku.
Dalam hati aku berbisik agar malam ini aku bisa menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya sampai pagi. Membayangkan hal itu, gairahku dengan cepat terpompa dan perlahan-lahan penisku mulai mengeras kembali….
Perlahan tanganku membelai pinggulnya yang indah, dan bibirku menciumi pundaknya yang basah oleh keringat…., namun nampaknya Fatma terlalu lelah untuk merespon cumbuanku, dia masih terlena dengan kelelahannya… mungkin dia tertidur kelelahan.
Posisi kami yang berada di atas kursi panjang ini membuatku kurang nyaman…, maka kuhentikan cumbuanku, kedua tanganku merengkuh tubuh indah Fatma dan dengan sisa-sisa tenaga yang mulai pulih kubopong tubuh indah itu ke kamar.
Dengan penuh semangat aku membopong tubuh bugil Fatma kearah kamar.
Kuletakkan tubuhnya dengan hati-hati dalam posisi telentang. Fatma hanya melenguh lemah dengan mata yang masih terpejam. Aku duduk di atas kasur sambil memperhatikan tubuh indah ini lebih seksama.
Semakin keperhatikan semakin terpesona aku akan kesempurnaan tubuh Fatma yang sedang telanjang bugil. Kulit yang demikian putih , halus dan mulus….. dengan bagian selangkangan yang benar-benar sangat indah dan merangsang.
Di sela-sela liang vaginanya terlihat lelehan spermaku yang keluar dari dalam liang vaginanya mengalir keluar ke sela-sela kedua pahanya.. Aku mengambil tissue yang ada di pinggir tempat tidur dan mengeringkan lelehan sperma itu dengan penuh perasaan.
Fatma menggeliat lemah., lalu matanya terbuka sedikit sambil mendesah..
”uhhh……”
Bibir dan lidahku tergoda untuk menciumi dan menjilati batang paha Fatma yang demikian putih dan mulus. Dengan penuh nafsu bibir dan lidahku mulai mencumbu pahanya. Seluruh permukaan kulit paha Fatma kuciumi dan jilati… tak ada satu milipun yang terlewat. Lambat laun gairah Fatma kembali terbangkitkan, mulutnya mendesis nikmat dan penuh rangsangan
“uhhh….. ohhhh… sssssttt…”
Sementara telapak tanganku bergerak lincah membelai dan mengusap paha, pantat, perut dan akhirnya meremas-remas buahdadanya yang montok. Erangannya semakin keras ketika aku memelintir putting susunya yang menonjol keras
“Euhh….. Ouhhh…. Auw…… Ahhh…”
Disertai dengan gelinjang tubuh menahan nikmat yang mulai menyerangnya. Penisku semakin keras dan aku mulai memposisikan kedua pahaku di bawah kedua pahanya yang terbuka, lalu mengarahkan penisku ke tepat di lipatan vaginanya yang basah dan licin.
Kugesek-gesekan kepala penisku sepanjang lipatan vaginanya, tubuhnya semakin bergelinjang…., pantatnya bergerak-gerak menyambut penisku seolah-olah tak sabar ingin ditembus oleh penis tegangku. Namun aku terus merangsang vaginanya dengan penisku…., dia semakin tak sabar …… tubuhnya semakin bergelinjang hebat.
Dan akhirnya ia bangkit dan mendorong tubuhku hingga telentang di atas kasur, dia langsung menduduki selangkanganku… mengangkat pantatnya dan tangannya dengan gemetar meraih penisku dan mengarahkan ke tepat liang vaginanya, lalu langsung menekan pantatnya dalam-dalam hingga……. Blessshhhh……. batang penisku langsung menerobos dinding vaginanya yang basah namun tetap sempit dan berdenyut-denyut. Mataku nanar menahan nikmat…., napasku seolah-olah terhenti menahan nikmat yang ku terima…
”Uhhhh…..”
Mulutku berguman menahan nikmat. Dengan mata terpejam menahan nikmat, Fatmapun mengaduh.
”Auuww…. OOhhhhhhh……”
Pantatnya dia diamkan sejenak merasakan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Lalu secara perlahan dia menaik turunkan pantatnya hingga penisku mengocok-ngocok vaginanya dari bawah….. Erangan khasnya kembali dia perdengarkan
“Auw….. auw…. auw… euhhhh…..”
Semakin lama gerakan pantatnya semakin bervariasi…, kadang berputar-putar…. Kadang maju mundur dan terkadang ke atas ke bawah bagaikan piston sambil tak henti-hentinya mengaduh nikmat…
Gerakannya semakin lincah dan liar, membuat aku tak henti-hentinya menahan nikmat. Kembali aku terpana oleh keliaran Fatma dalam bercinta…., sungguh aku tak menyangka…..Wanita sholeh…., anggun dan lembut ini begitu liar dan lincah.
”Ouhhhh…. ouhhhh …”
Aku pun mengeluh nikmat menyahuti erangan nikmat yang keluar dari bibirnya yang tipis. Buahdadanya yang montok dan indah terguncang-guncang keras akibat gerakannya yang lincah dan membuatku tanganku terangsang untuk meremasnya, maka kedua buahdada itu kuremas-remas gemas. Fatma semakin mengerang nikmat
“Auw…. Auw….auhh….ouhhh…”
Lalu gerakannya semakin keras tak terkendali…, kedua tangannya mencengkram erat kedua tanganku yang sedang meremas-remas gemas buahdadanya…,, dan badannya melenting sambil menghentak-hentakkan pantatnya dengan keras hingga penisku masuk sedalam-dalamnya….
Dan akhirnya tubuhnya kaku disertai dengan jeritan yang cukup keras
“Aaaaakkhhhsssss………….”
Dan tubuhnya ambruk menindihku……. Namun dinding vaginanya berdenyut-denyut serta meremas-remas batang penisku…. Membuatku semakin melayang nikmat….
Ya…. Fatma baru saja memperoleh orgasme yang pertama di babak kedua ini…. Dengan tubuh yang lemas dan napas yang tersengal-sengal bagaikan orang sudah melakukan lari marathon bibirnya menciumi lembut pipiku dan berkata sambil mendesah…
”Bapak…. Benar-benar hebat….”
Lalu mengecup bibirku dan kembali kepalanya terkulai di samping kepalaku sehingga dadaku merasakan empuknya dihimpit oleh buahdadanya yang montok.
Penis tegangku masih menancap dengan kokoh di dalam liang vaginanya, dan semakin lama denyutan dinding vaginanyapun semakin melemah… Kugulingkan tubuhnya hingga tubuhku menindih tubuhnya dengan tanpa melepaskan batang penisku dari jepitan vaginanya.
Tangan kananku meremas-meremas buah dadanya diselingin memilin-milin putting susu sebelas kiri, sementara bibirku menjilati dan menghisap-hisap putting susu sebelah kanan, sambil pantatku bergerak perlahan mengocok-ngocok vaginanya.
Perlahan namun pasti…, Fatma mulai menggeliat perlahan-lahan…, rangsangan kenikmatan yang kulakukan kembali membangkitkan gairahnya yang baru saja terpuaskan…
“Emmhhh…… euhhhh……… auh……..”
Dengan kembali dia mengerang nikmat… Pinggulnya bergoyang mengimbangi goyanganku…. Kedua tangannya merengkuh punggungku….
“Auw…. Auw…… ahhh….auhhh…”
Kembali dia mengaduh dengan suara yang khas, menandakan kenikmatan telah merasuki dirinya… Goyang pinggulnya semakin lincah disertai dengan jeritan-jeritannya yang khas. Dalam posisi di bawah Fatma menampilkan gerakan-gerakan yang penuh sensasi… Berputar…., menghentak-hentak …, maju mundur bahkan gerakan patah-patah seperti yang diperagakan oleh penyanyi dangdut terkenal. Kembali aku terpana oleh gerakan-gerakannya…. Yang semua itu tentu saja memberikan kenikmatan yang tak terhingga padaku….. Sambil mengerang dan mengaduh nikmat…, tangannya menarik kepalaku hingga bibirnya bisa menciumi dan menghisap leherku dengan penuh nafsu. Gerakan pinggul Fatma sudah berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang keras tak terkendali, kedua kakinya terangkat dan membelit dan menekan pantatku hingga pantatku tidak bisa bergerak, Kedua tangannya menarik-narik pundakku dengan keras dengan mata terpejam dan gigi yang bergemeretuk.
Dan akhirnya tubuhnya kaku sambil menjerit seperti yang yang disembelih…
”AAkkkkkhhhh…….”
Kembali Fatma mengalami orgasme untuk ke sekian kalinya…. Aku hanya terdiam tak bisa bergerak tapi merasakan nimat yang luar biasa, karena walaupun terdiam kaku, namun dinding vagina Fatma berkontraksi sangat keras sehingga memijit dan memeras nikmat batang penisku yang semakin membengkak Tak lama kemudian tubuhnya melemas…., kedua kakinya sudah terjulur lemah Kuperhatikan napasnya tersengal-sengal…, Fatma menatap wajahku yang berada diatas tubuhnya.,
Lalu dia tersenyum seolah-olah ingin mengucapkan terima kasih atas puncak kenikmatan yang baru dia peroleh….
Kukecup bibirnya dengan lembut… Tubuhku kutahan dengan kedua tangan dan kakiku agar tidak membebani tubuhnya, Sambil bibirku terus menciumi bibir, pipi, leher , dada, hingga putting susunya untuk merangsangnya agar gairahnya segera bangkit kembali…
Kuubah posisi tubuhku hingga aku terduduk dengan posisi kedua kaki terlipat dibawah kedua paha Fatma yang terangkat mengapit pinggangku. Buahdadanya yang indah dan basah oleh keringat begitu menggodaku. Dan kedua tanganku terjulur untuk meremas-remas buah dada yang montok dan indah
“Euhh…. Euhhh…. “
Kembali tubuhnya menggeliat merasakan gairah yang kembali menghampirinya. Sambil kedua tanganku mempermainkan buahdadanya yang montok…, pantatku kembali berayun agar penisku kembali mengaduk-ngaduk liang vagina Fatma yang tak henti-hentinya memberikan sensasi nikmat yang sukar tuk dikatakan….
Hentakan pantatku semakin lama semakin keras membuat buah dadanya terguncang-guncang indah. Erangan nikmat yang khas kembali dia perdengarkan…. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri seperti dibanting oleh rasa nikmat yang kembali menyergapnya…
Pinggul Fatma mulai membalas setiap hentakan pantatku….., bahkan semakin lama semakin lincah disertai dengan lenguhan dan jeritan nikmat yang khas…. Kedua tanganku memegangi kedua lututnya hingga pahanya semakin terbuka lebar membuat gerakan pinggulku semakin bebas dalam mengaduk dan mengocok vaginanya.
“Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh”
Erangan nikmat semakin meningkatkan gairahku…. Dan penisku semakin bengkak…. Dan ternyata dengan posisi seperti membuat jepitan vagina semakin kuat dan membuatku semakin nikmat. Dan tanpa dapat kukendalikan gerakanku semakin liar tak terkendali seiring dengan rasa nikmat yang semakin menguasai diriku… Fatmapun mengalami hal yang sama…, penisku yang semakin membengkak dengan gerakan-gerakan liar yang tak terkendali membuat orgasme kembali dengan cepat menghampirinya dan dia pun kembali menjerit-jerit nikmat menjemput orgasme yang segera tiba…
“Auw….Auw…. Auw…. Aahhh….ahhhh”
Akupun merasa bahwa orgasme akan menghampiriku…., tanpa dapat kukendalikan gerakan sudah berubah menjadi hentakan-hentakan yang keras dan kaku. Hingga akhirnya orgasme itu datang secara bersamaan dan kamipun menjerit secara bersamaan bagaikan orang yang tercekik.
“AAkkkkkkhhssss…………..”
Pinggul kami saling menekan dengan keras dan kaku sehingga seluruh batang penisku amblas sedalam-dalamnya dan beberapa saat kemudian. Creetttt….creeettttt…. cretttt…..
Sperma kental terpancar dari penisku menyirami liang vagina Fatma yang juga berdenyut dan meremas dengan hebatnya… Tubuhkupun ambruk… ke pinggir tubuh Fatma yang terkulai lemah…., namun pantatku masih diatas selangkangan Fatma sehingga Penisku masih menancap di dalam liang vaginanya. Kami benar-benar kelelahan sehingga akupun tertidur dalam posisi seperti itu….
Malam itu benar-benar kumanfaatkan untuk menikmati tubuh Fatma sepuas-puasnya.. Entah berapa kali malam itu kami bersetubuh……., yang kutahu adalah kami selalu mengulangi berkali-kali…. Hingga hampir subuh…. Dan tertidur dengan pulasnya karena semua tenaga telah terkuras habis …
Pagi-paginya sekitar jam 6 pagi aku mendengar Fatma menjerit..
”Apa yang telah terjadi..? Kenapa bisa terjadi begini..?”
Lalu dia menangis tersedu-sedu sambil tiada henti mengucap istigfar…. Sambil tak mengerti mengapa kejadian semalam bisa terjadi.
Tak lama kemudian dia berkata padaku sambil menangis
“Sebaiknya bapak secepatnya meninggalkan tempat ini…!”
katanya marah . Akupun keluar kamar memunguti pakaianku yang tercecer diluar kamar dan mengenakannya serta keluar dari kamarnya sambil membawa laptop dan kembali ke kamarku. Sedangkan Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi.
Sejak saat itu selama sisa masa workshop, Fatma benar-benar marah besar padaku, dia memandangku dengan tatapan marah dan benci. Aku jadi salah tingkah padanya dan tak berani mendekatinya.
Dan sampai hari terakhir workshop Fatma benar-benar tidak mau didekati olehku. Setelah aku keluar dari kamar hotelnya, Fatma terus menangis menyesali apa yang telah terjadi. Dia tak habis mengerti mengapa gairahnya begitu tinggi malam tadi dan tak mampu dia kendalikan sehingga dengan mudahnya berselingkuh denganku.
Ingat akan kejadian semalam, kembali dia menangis menyesali atas dosa besar yang dilakukannya. Dia merasa sangat bersalah karena telah menghianati suaminya, apalagi pada saat dia mengingat kembali betapa dia sangat menikmati dan puas yang tak terhingga pada saat bersetubuh denganku….
Ya… dalam hatinya yang paling dalam, secara jujur Dia mengakui, bahwa malam tadi adalah pengalaman yang baru pertama kali dialami seumur hidupnya, dapat merasakan kenikmatan orgasme yang berulang-ulang dalam satu malam, Dia sampai tidak ingat, entah berapa puluh kali dia mencapai puncak orgasme, akibatnya dia merasakan tulangnya bagaikan dilolosi sehingga terasa sangat lemah dan lunglai, habis semua tenaga terkuras oleh pertarungan semalam yang begitu sensasional. Dan hal itu belum pernah dia alami selama berumah tangga dengan suaminya.
Suaminya paling top hanya mampu mengantarnya menjemput satu kali orgasme bersamaan dengan suaminya, setelah itu tertidur sampai subuh dan itupun jarang sekali terjadi.
Yang paling sering adalah dia belum sempat menjemput puncak kenikmatan, suaminya sudah ejakulasi terlebih dahulu, meninggalkan dia yang masih gelisah karena belum mencapai puncak.
Dan peristiwa tadi malam, benar-benar istimewa karena dia mampu mencapai kenikmatan puncak yang melelahkan hingga berkali-kali. Ingat akan hal itu kembali dia menyesali diri…, kenapa dia mendapatkan kenikmatan bersetubuh yang luar biasa harus dari orang lain dan bukan dari suaminya sendiri…. Kembali dia menangis……
Dia berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dan bertobat atas dosa besar yang dilakukannya. Dan dia akan menjauhi diriku agar tidak tergoda untuk yang kedua kalinya. Itulah sebabnya selama sisa waktu workshop, dia selalu menjauh dariku. Hari terakhir workshop, Fatma begitu gembira karena akan meninggalkan tempat yang memberinya kenangan “buruk” ini dan Dia begitu merindukan suaminya sebagai pelampiasan atas kesalahan yang sangat disesalinya.
Sehingga begitu tiba di rumah, dia memeluk suaminya penuh kerinduan. Tentu saja suaminya sangat bahagia melihat istrinya datang setelah seminggu berpisah. Dan malamnya setelah anak-anak tidur mereka melakukan hubungan suami istri.
Fatma begitu bergairah tidak seperti biasanya, dia demikian aktif mencumbu suaminya. Hal ini membuat suaminya aneh sekaligus bahagia, aneh… karena selama ini suaminyalah yang meminta dan merangsangnya sedangkan Fatma lebih banyak mengambil posisi sebagai wanita yang menerima, tapi kali ini sungguh beda…
Fatma begitu aktif dan bergairah. Tentu saja perubahan ini membuat suaminya sangat bahagia, suaminya berfikir… baru seminggu tidak bertemu saja istrinya sudah demikian merindukannya sehingga melayani suaminya dengan sangat bergairah.
Dan akhirnya suaminyapun tertidur bahagia Namun, lain yang dialami suami, lain pula yang dialami oleh Fatma, malam itu Fatma begitu kecewa, Dia begitu bergairah dan berharap untuk meraih puncak bersama suaminya, namun belum sempat dia mencapai puncak, suaminya telah sampai duluan.
Suaminya mengecup bibirnya penuh rasa sayang, sebelum akhirnya tertidur pulas penuh kebahagiaan, meninggalkan dirinya yang masih menggantung belum mencapai puncak. Fatmapun melamun…… Terbayang olehnya peristiwa di hotel, bagaimana dia bisa mencapai puncak yang luar biasa secara berulang-ulang.
“Uhhh……”
Tanpa sadar dia mengeluh Di bawah alam sadarnya dia berharap kapan dia dapat kembali merasakan kepuasan yang demikian sensasional itu..? Namun buru-buru dia beristigfhar setelah sadar bahwa peristiwa itu adalah suatu kesalahan yang sangat fatal.
Namun….., kekecewaan demi kekecewaan terus dialami Fatma setiap kali dia melakukan hubngan suami istri dengan suaminya. Dan selalu saja dia membandingkan apa yang dialaminya dengan suaminya; dengan apa yang dialaminya waktu di hotel denganku.
Hal itu membuatnya tanpa sadar sering menghayalkan bersetubuh denganku pada saat dia sedang bersetubuh dengan suaminya, dan hal itu cukup membantunya dalam mencapai kepuasan orgasme.
Dan tentu saja kondisi seperti itu membuatnya tersiksa, tersiksa karena telah berkhianat terhadap suaminya dengan membayangkan pria lain pada saat sedang bermesraan dengan suaminya. Semakin betambah hari, godaan mendapatkan kenikmatan dan kepuasan dariku semakin besar karena dia tidak bisa mendapatkannya dari suaminya. Dan akhirnya dia menjadi sering merindukanku. Tentu saja hal ini merupakan siksaan baru baginya.
Itulah sebabnya, satu bulan setelah peristiwa di hotel, Fatma tidak terlihat membenciku. Bahkan secara sembunyi-sembunyi dia sering memperhatikan dan menatapku dengan tatapan penuh kerinduan.
Dia tidak marah lagi bila didekati olehku, bahkan dia tersenyum penuh arti bila bertatapan denganku. Hal ini tentu saja membuatku bahagia Namun perubahan itu, tidak membuat tingkah lakunya berubah.
Tetap saja Fatma menampilkan sosok wanita berjilbab yang anggun dan sholehah. Hingga pada waktu istirahat siang, dimana rekan-rekan sekantor sedang keluar makan siang, Aku mendekati Fatma yang kebetulan saat itu belum keluar ruangan untuk beristirahat dan dengan hati-hati aku berkata padanya
“Bu…, maaf saya atas kejadian waktu itu…!”
Aku berharap-harap cemas menunggu reaksinya…, namun akhirnya dia menjawab dengan jawaban yang sangat melegakan,
“Sudahlah Pak, itu semua karena kecelakaan…, saya juga minta maaf…, karena tadinya menganggap, itu semua adalah kesalahan bapak…., setelah saya pikir…, sayapun bersalah karena membiarkan itu terjadi…”.
Dan selanjutnya sambil tersenyum manis, dia mohon ijin padaku untuk istirahat makan siang. Dan meninggalkan diriku di ruangan itu. Sejak saat itu terjadi perubahan drastis atas sikapnya terhadapku, dia menjadi sering tersenyum manis padaku…, bisa diajak ngobrol olehku, bahkan kadang-kadang membalas kata-kata canda yang aku lontarkan padanya..
Tentu saja perubahan ini, menimbulkan pikiran lain pada diriku…, Ya… pikiran untuk bisa kembali menikmati tubuhnya…., tapi bagaimana caranya…?

http://www.ceritadewasangentot.net/ngentot-teman-kerja-perempuan-solehah-berjilbab/